~9~

40 3 0
                                    

Sekolah sudah berakhir beberapa menit yang lalu, tapi Nura masih duduk sendiri di kelas.

Sebenarnya Nura tidak pulang dengan Sela karena Sela pulang kerumah tantenya. Dia hanya ingin mengetes Salman apakah respon pria itu. Dan akhirnya Nura hanya bisa menunggu Salman pulang duluan dengan begitu Nura tidak akan malu sudah berbohong pada Salman.

Sudah 1 jam Nura berdiam diri di kelas, ia pun melihat ke arah jam yang menunjukan pukul 05.15, matanya membulat dan bergegas kearah gerbang.

Jika sudah sore begini angkot tidak akan muncul dan harus menunggu lebih lama. Halaman sekolah bahkan sudah sepi, ia merutuki kebodohannya sendiri.

Sampai di gerbang ia menghela nafas gusar, sekarang bagaimana ia harus pulang, angkot pun sama sekali tidak ada yang muncul.

Nura menengok kanan dan kiri sampai matanya terfokus pada sebuah motor di sebrang jalan lebih tepatnya di parkiran depan kafe.

"it-itu motor Salman?" gumamnya ragu, walau ia begitu yakin bahwa itu motor Salman. Tapi mana mungkin Salman ada disana.

Dan seketika jantungnya berdetak cepat ketika tanpa sengaja matanya bertemu dengan sepasang mata yang menatap tajam dirinya di dalam kafe.

3 detik bertatap sampai Nura memalingkan wajah dengan perasaan takut. Sampai derap langkah kaki terdengar membuat Nura memejamkan matanya rapat dan mencari-cari jawaban jika nanti Salman bertanya kepadanya.

Hal yang tidak terfikirkan oleh Nura terjadi, tanpa sepatah kata Salman menarik tangan Nura membuatnya melotot kaget. Walau begitu Nura mengikuti Salman sampai di parkiran.
Salman tidak berkata apa-apa dan langsung menyodorkan helm kearah Nura yang terus memandangnya, bukannya menerima Nura malah menatap lekat mata Salman. Salman yang ditatap seperti itu menaikkan alisnya seakan bertanya.

Tanpa membuang waktu Salman memakaikan helm bahkan merapihkan rambut Nura yang hampir menutupi wajahnya, pipi Nura bersemu dan jantungnya berdetak kencang ketika tanpa sengaja tangan Salman menyentuh pipinya.

"ayok," Salman menaiki motornya dan memberi isyarat agar Nura segera menaiki motor. Setelah Nura duduk tangannya ditarik dan dilingkarkan di perut Salman, awalnya Nura ingin menolak namun tangan Salman terus menggenggamnya.

Ia masih tidak percaya ini, apakah ini mimpi atau nyata. Walau begitu ia tidak bisa memungkiri jika hari ini ia begitu bahagia.

🌸🌸🌸

Nura memasuki rumahnya dan melihat kakak perempuannya yang sedang menonton tv, ada niat jail Nura berjalan mengendap-ngendap kearah sofa dimana kakaknya itu sedang menonton tv tetapi anehnya ia memakai headset di kupingnya.

"WOI TAYO!!!"

"aaaaaaaaa....."
Dengan teriakan melengking nanda -kakak Nura- terjatuh dari sofa dan membuat Nura tertawa terpingkal.

"ADEK KURANG BELAYAN LU YA!" teriak Nanda saat Nura berlari kearah kamarnya dengan suara tawa yang menggelegar.

Untungnya dirumah mereka sedang sepi, kedua orangtuanya sedang menghadiri acara pernikahan saudara. Mungkin sekarang tetangga sedang mengumpat dengan teriakan Nura dan Nanda.

Sampai dikamar Nura menjatuhkan dirinya di kasur dengan bibirnya yang terus tersenyum.

"hahhhh capeknya,"

Mata yang tadinya terpejam langsung terbuka saat bayangan ia bersama Salman tadi terngiang di kepalanya, kepalanya menggeleng kuat mencoba menghilangkan bayangan gila itu. Astaga ia jadi malu untuk ketemu Salman besok.

🌸

Keesokannya, Nura berjalan menuju kelasnya seorang diri jika kalian bertanya dimana Salman? Nura tidak perduli. Ia hampir telat menunggu Salman menjemputnya. Tetapi orang yang ditunggu tidak muncul sampai akhirnya ia memutuskan untuk berangkat menaiki angkot.

Kelas sudah ramai dan sibuk berjalan kesana kemari sembari membawa buku, apa lagi jika bukan mengerjakan PR. Nura mah anteng karena ia sudah mengerjakannya dan saat yang lain bertanya tugasnya Nura dengan senang hati menjawab "belum".

Ia bukannya pelit tapi setiap kali ada tugas, ialah yang terus diandalkan oleh penghuni kelas, dan jika bukan karena tugas mana mau mereka mendekat kearah Nura terkecuali sahabatnya yang memang selalu bersamanya.

Selama pelajaran berlangsung, Nura terus menguap dan sesekali memejamkan matanya. Ini memang salahnya yang begadang untuk mengerjakan tugas fisika dan matematika. Itulah mengapa hari ini ia menjadi pelit.

Iapun meminta izin untuk mencuci muka, dan setelahnya ia berjalan seorang diri menuju toilet.

Saat akan keluar dari toilet dirinya terdiam melihat seorang gadis berdiri di hadapannya.

Awalnya gadis itu berekspresi datar dan tanpa diduga gadis itu tersenyum kearahnya, senyum yang sering ia berikan untuk orang-orang yang dekat dengannya.

"Hai Nura," sapanya.

Nura terdiam, entah harus membalas apa saat seseorang yang dulu menatapnya tidak suka kini tersenyum bahkan menyapanya.

"kamu pasti kaget ya karena aku nyapa kamu untuk pertama kalinya," tebaknya mengenai sasaran, Nura mengangguk jujur dan gadis dihadapannya itu mencoba maklum.

"mungkin kamu pernah berfikir kenapa aku bersikap sinis dan tak suka sama kamu sedangkan untuk anak yang lain aku dikenal dengan sikap ramah," gadis itu menjeda ucapannya dan melihat Nura yang masih mendengarkannya.

"aku memang egois,dan aku mengetahui itu. Tapi aku tidak bisa ngerelain kamu sama dia, orang yang selama ini menemani dan menjaga aku bahkan dari aku belum bisa berjalan," matanya berkaca-kaca menatap Nura.

Nura tidak tega melihat gadis dihadapannya ini menangis, ia pun memeluk gadis itu dan menepuk bahunya pelan.

"aku tau Reni, kamu bukan orang jahat dan aku juga tau gimana rasanya jika seseorang yang selalu bersama kita dengan tiba-tiba dimiliki orang lain," Nura menghela nafas.

"aku bahkan sudah lupain itu, jadi kamu engga perlu lagi jelasin,"

"maaf ra," ucap Reni dengan tulus. Nura tersenyum dan tanpa diduga keduanya tertawa.

"jadi melow gini," Nura terkekeh melihat Reni mengelap ingusnya dengan tisu.

"oh iya bagaimana hubungan kamu dengan aldi?" Reni tersenyum mendengar pertanyaan dari Nura.

"dia tetap posessive," ujarnya dan Nura menggelengkan kepala.

"kayaknya gue udah kelamaan disini, gue balik kekelas ya ra, takut Aldi nyariin, bye"

Nura membalas lambaian tangan Reni sampai hilang dibalik pintu. Ia tersenyum getir menahan sakit didadanya karena menahan isak tangis. Lagi dan lagi kenangan dulu muncul.

Tunggu part selanjutnya untuk mengetahui kisah antara Nura, Aldi, dan Reni😊
Vote and comment:)

Ketos KillerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang