Kehadiran Fathur disini membuat Esta tak nyaman. Jelas saja, sifat Fathur yang sok akrab membuatnya risih dan juga tentang masalah di masa lalunya.
Karena jemu berada di kamarnya, akhirnya dia keluar untuk sekedar mencari angin. Dan juga dia sedang ingin sendiri tanpa ada siapapun yang menganggunya.
"Kau mau kemana?!" ucap Fathur yang berhasil membuat Esta menghentikan langkahnya.
"Bukan urusanmu," jawab Esta ketus.
Fathur hanya tersenyum kecut. Padahal Fathur sudah tak lagi dendam dengan Esta. Namun Esta sepertinya segan memaafkannya. Jelas karena sikapnya yang keterlaluan padanya. Tapi itu sudah berlalu, apakah dia tak bisa melupakannya?! Entahlah..
Entah kemana Esta melangkahkan kakinya. Dan saat ini hari sudah menjelang malam. Namun Esta tetap melangkah menjauh dari rumahnya.
Esta tersenyum saat ia berada di halte tempat bertemu dengan cintanya waktu itu. Adreen, nama itu sangat spesial baginya.
"Hai, ini sudah mau malam. Kau tak mau pulang?!" ucap seseorang dibelakang Esta.
Esta menoleh seketika senyum diwajahnya menghilang. Kini raut kesal menghiasi wajahnya.
"Kau mengikutiku?!" tanya Esta.
"Aku khawatir padamu. Apa itu salah?!" ucap Fathur.
"Ck, kau perduli padaku?! Sungguh hal yang mengejutkan," ucap Esta merotasikan bola matanya.
"Kenapa kau begitu?! Apa kau tak akan memaafkan ku?! Sebenci itukah kau padaku?!" ucap Fathur.
"Ya seperti itulah. Kau tahu kaca yang pecah tak akan utuh seperti semula. Seperti itulah aku, dulu kau telah menghancurkanku dan sekarang kau berharap untuk memaafkanmu. Itu bukan hal yang mudah Fathur," ucap Esta.
"Kau tega. Bahkan Tuhan maha pemaaf kenapa kau yang hamba- Nya tak mau memaafkan?!" ucap Fathur dengan wajah tegas.
"Memang aku sudah memaafkanmu tapi untuk bersikap baik padamu itu tak mudah bagiku," ucap Esta sambil menunduk.
"Aku bisa mengerti itu. Pulanglah, sebentar lagi hujan. Kau benci hujan kan?!" ucap Fathur.
"Biarkan aku disini. Aku ingin menenangkan diriku. Kau pulang seja, tinggalkan aku disini," ucap Esta.
Fathur mematung ditempat. Tak tega meninggalkan Esta sendirian di sini.
"Kenapa kau tak pergi?! Jangan khawatirkan aku. Aku takkan kenapa-napa." ucap Esta.
"Entahlah. Kakiku berat untuk meninggalkanmu sendiri disini. Biarkan aku disini bersamamu." ucap Fathur.
Tiba-tiba hujan deras menguyur mereka. Namun mereka tak ada niatan untuk berteduh dan membiarkan saja air hujan membasahi mereka.
"Berteduhlah, aku tak mau kau sakit," ucap Esta.
"Tak apa. Aku harus sakit jika kau juga sakit," ucap Fathur sambil mengusap wajahnya karena air hujan.
Mendengar kata terakhir dari Fathur membuat hati Esta merasa bersalah. Jelas saja, dia terlalu terlarut dalam masa lalunya.
"Maafkan aku," ucap Esta.
"Untuk apa?!" ucap Fathur.
"Aku egois," ucap Esta.
Saat itu juga senyum di bibir Fathur langsung merekah sempurna. Entah angin darimana hatinya sekarang merasa sangat lega.
"Boleh aku memelukmu?!" ucap Fathur.
"Tentu saja," ucap Esta.
Saat itu juga Esta dan Fathur berpelukan dibawah derasnya hujan sore ini. Senja memang serius, semua tak ada yang tahu bahwa sesuatu yang buruk akan menjadi indah saat itu juga.
___________________
Aku nulis apa sih?!
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja ● Mark Lee
Teen Fiction🍁Book 1 Senja berhasil mempertemukanku dengannya Sosok lelaki tak sempurna namun bisa melakukan apa saja Esta namanya, lelaki buta yang selalu membuatku tertegun dengan kata-katanya #2 tunanetra #513 indonesiamembaca #955 persahabatan #872 nctdrea...