Bagi Aurora hidup itu kejam. Terlebih dengan semua aturan hidup yang mengharuskannya mengikuti kemauan orang tuanya. Jika melanggar, maka siap - siap saja. Entah sebuah pukulan dengan tangan, tendangan atau mungkin dipukul dengan benda keras.
Bagi Aurora hidupnya itu seperti boneka. Diatur sedemikian rupa semata - mata untuk memuaskan keinginan hati. Singkatnya hidup Aurora itu sepenuhnya sebagai boneka bagi mama dan papanya.
Tapi Aurora tak bodoh dengan membenci mereka. Aurora menyayangi mereka. Karena merekalah yang membesarkan Aurora dan menjaga Aurora sampai dia seperti sekarang. Aurora bersyukur mempunyai orang tua seperti mereka.
Walaupun terkadang memaksa tapi mereka melakukan semuanya untuk kebaikan Aurora. Dan Aurora menerima kenyataan itu. Walau terkadang jiwanya memberontak dari segala hal yang harus dilakukannya.
" Ma, aku berangkat dulu. "
Rutinitas Aurora adalah berangkat sekolah setiap pagi lalu belajar giat supaya bisa menggapai cita - cita. Pagi ini Aurora diantar papanya berangkat sekolah. Seperti biasa papanya mengantarkan Aurora menggunakan sepeda motor.
Udara disekitar daerah yang menjadi tempat tinggal Aurora sejuk. Dan tentu menyengarkan membuat gadis itu bertanya - tanya apakah di kota - kota besar para penduduknya bisa menghirup udara segar?
Lamunan Aurora terhenti. Motor yang dikendarai papanya sudah berhenti tak jauh dari gerbang. Aurora turun lalu mengucapkan salam lalu berjalan ke area sekolah. Aurora masuk melalui gerbang dan hal yang tidak disukainya adalah tatapan salah satu kakak kelas yang menatapnya dari gerbang sekolah.
Aurora tidak suka ditatap seperti itu. Isyarat tatapan matanya seakan ingin berkata sesuatu tapi tertahan. Aurora masuk dan tatapan kakak kelas yang berada di koridor masuk lapangan membuatnya memalingkan wajah.
Aurora berlari ke arah lapangan sekolah, hari ini ada upacara bendera. Aurora melepas tasnya dan mengambil topi. Lantas gadis itu mengikuti upacara.
Kenapa mereka menatapnya? Apa ada yang salah dengan Aurora? Jika ingin berkata sesuatu katakan saja. Aurora tidak sombong hanya untuk mendengar maksud mereka selalu mengatakannya.
Aurora bukan cenayang yang bisa tau semua isi pikiran mereka. Dan kenapa paginya selaku diawali dengan tatapan para kakak kelas yang bahkan tidak dikenalnya?
Hidup Aurora memang penuh teka - teki. Entah kenapa? Tapi, Aurora tak peduli. Cuek dengan apa yang terjadi sudah cukup. Dan akan lebih baik jika Aurora menghindari yang namanya cinta.
Itu lebih baik untuk hidup Aurora Queen Lucian.
~ DEALOVA ~
PROLOG
KAMU SEDANG MEMBACA
DEALOVA
Teen FictionAurora suka Liam dia baik, perhatian dan sisi hangatnya selalu muncul hanya pada Aurora. Tetapi, di kehidupan Aurora bukan hanya ada Liam saja, ada Rivaldo, Brandon, dan Gavael. Disaat mereka mulai membuka hati dan menyatakan perasaannya pada Aurora...