Sama halnya yang terjadi di salah satu sudut Kota Seoul. Hujan turun membasahi kota dengan derasnya malam itu. Padahal ramalan cuaca pagi ini mengatakan tidak akan turun hujan.Di tengah hujan yang turun dengan deras berdiri seorang gadis mungil dengan wajah yang murung. Sunny melihat jam tangan yang melingkari pergelangan tangannya. Ia mengingat kejadian hari itu. Masih sangat jelas diingatannya.
Hari ini tepat satu tahun ia ditinggalkan oleh kekasihnya. Kekasihnya tiba-tiba memutuskan hubungan mereka. Dan ia tahu jelas mengapa alasan kekasihnya itu pergi meninggalkanya.
Berawal dari kesalah pahaman di antara keduanya. Sunny yang saat itu terlalu termakan emosinya tidak mau mendengarkan penjelasan dari laki-laki itu. Sunny terlanjur sakit hati dengan perlakuan yang dia terima dari kekasihnya. Dan berakibat hubungan keduanya merenggang.
Tidak lama setelah pertengkaran yang dahsyat itu, kekasihnya meminta bertemu dengan Sunny. Mereka pun bertemu dan tak dinyana itu merupakan pertemuan mereka untuk yang terakhir kali.
Berulang kali ia mencoba melupakan kejadian hari itu. Tapi ternyata, itu bukan hal yang mudah. Setahun ia mencoba bangkit dari keterpurukan. Bukannya bisa melepaskan semua, melainkan Sunny merasa hal itu semakin menjeratnya.
Suasana kali ini begitu mendukung apa yang sedang dirasakan oleh isi hatinya. Sepi dan kelabu. Ribuan air hujan jatuh menghantam tanah, membasahi tubuh itu.
Sunny tidak menggubrisnya. Seakan-akan ia menyatu dengan air yang terus turun dari langit. Hujan menyembunyikan setiap air mata yang jatuh memasahi pipinya.
Harusnya waktu itu dia tidak termakan oleh emosinya. Harusnya Sunny bisa mengontrol apa yang ia rasakan. Egonya yang terlalu besar mengalahkannya.
Seperti yang orang lain selalu bilang, penyesalan itu selalu datang di akhir. Ditambah dengan terlalu lambatnya dia menyadari. Jika datang di awal, mungkin Sunny akan mendatangi laki-laki itu dan meminta maaf kepadanya.
Bahwa ia sudah melakukan kesalahan. Bahwa dia sangat menyayangi dan mencintai laki-laki itu. Bahwa Sunny tidak ingin kehilangan dirinya. Sunny ingin selalu laki-laki itu berada di samping dia.
Matanya kembali terasa panas. Air mata terasa kembali membasahi pelupuk matanya.
Namanya Sunny Lee. Tetapi Sunny yang dulu dan Sunny yang ia kenal sekarang sangat berbanding terbalik. Seperti namanya, Sunny yang bersinar seperti matahari. Sangat ceria dan membawa warna di kehidupan orang lain. Dia selalu membawa suasana lebih hidup dan ceria. Semua orang senang berada di dekatnya.
Berbeda halnya dengan Sunny yang sekarang. Meskipun ia masih tertawa untuk orang lain, masih membawa ceria dalam suasana, tetapi ia tidak bisa untuk tertawa dirinya sendiri.
Seperti malam ini. Rasanya dunianya sudah lama padam. Tidak ada lagi matahari dalam kehidupannya. Tidak ada yang membuatnya bisa menikmati lagi kehidupannya. Hidupnya terasa sia-sia.
Sunny hanya menjalankan kehidupannya. Tanpa tahu apa tujuan hidupnya lagi.
Entah kenapa waktu terasa berjalan begitu lambat. Meskipun waktu sebenarnya berjalan seperti biasanya, tapi itu tidak dapat dirasakan oleh Sunny.
Detik demi detik terus berlalu. Hari semakin gelap. Hujan belum juga reda.
Sunny menengadahkan kepalanya menatap langit. Ribuan air hujan menghujam wajahnya. Sunny menikmati air hujan yang turun mengenai dirinya itu. Dengan begitu ia merasa bahwa dia dapat melupakan segalanya.
"Apa kau di sana baik-baik saja?" Gumam Sunny pelan. Suara hujan meredam suara miliknya. Ia tidak ingin suara hatinya didengarkan oleh orang lain. Sunny hanya ingin melepaskan semua beban di hatinya.
Tiba-tiba tubuh gadis itu tersentak. Seperti ada sesuatu yang mendorongnya. Ini pikiran gila!
Sunny merasa pikirannya tidak masuk diakal. Bagaimana hal ini tidak terpikirkan sebelumnya?
Dia termakan oleh pikiran yang sempit. Kemarin Sunny tidak bisa berpikiran dengan jernih. Berada di bawah hujan seperti ini, mengingat kembali apa yang telah dia lalui, kenangan yang bersemayam di lubuk hatinya.
Ia masih punya kesempatan.
Semuanya belum benar-benar terlambat. Semuanya masih bisa dia ubah. Itu hanya sebuah kesalah pahaman. Dan mereka berdua terlalu gegabah memutuskan hubungan yang telah mereka jalin.
Waktu terus berjalan. Sunny yakin dirinya masih mendapatkan kesempatan untuk memperbaiki semuanya. Tidak ada kata terlambat jika ia tidak mencobanya.
Gadis itu membalikan tubuhnya. Dalam pikirannya hanya ada satu, Sunny harus mengejar kembali cintanya. Ia tidak mau penyesalan merenggut dia selama-lamanya.
Jika ia menginginkan sesuatu, maka Sunny harus memperjuangkannya. Bukan berdiam diri dalan keterpurukan.
Sunny menghapus air matanya kasar. Dalam rintik hujan yang mulai mereda ia berlari menuju suatu tempat. Tempat di mana ia akan kembali menemukan cintanya.
Senyum mengembang di wajahnya. Wajah cantik itu tidak semuram dahulu, meskipun wajah cantik itu masih dihiasi bekas air mata. Berlari sekuat tenaga, ia yakin satu-satunya harapan yang dimiliki akan terwujud.
Tunggu aku, aku akan membuatmu kembali kepadaku.
- END OF SUNNY'S PART -
***
KAMU SEDANG MEMBACA
TIME MACHINE
Fanfiction(COMPLETED) "Jika saja aku memiliki mesin waktu, aku ingin memutar kembali waktu yang pernah kusia-siakan dan kembali kepadamu, memohon agar kau memaafkan aku." Cerita ini terinspirasi dari PV Girls' Generation - Time Machine. Tiap chapter akan men...