05. Double 'Bri'

420 65 11
                                    

"Lo ngapain ke gedung depan?"

"Nyari Gita. Bantuin lo,"

"Emang Gita dimana? Chat lo di bales sama dia?"

"Enggak,"

Gue mendesah pelan saat Celine malah meneruskan langkahnya menuju ujung bangunan bertingkat empat ini.

Sambil mengikuti langkah Celine, gue mengeluarkan ponsel, memeriksa apakah ada pesan balasan dari Gita. Namun nihil, gue gak menerima pesan apapun, mungkin sibuk.

Sebelum sukses mematikan ponsel, gue melihat satu pesan baru yang cukup menarik minat untuk di baca.

Dion: Jia, ini kak Dion
Dion: Semalem gpp?
Dion: bang Jae marah sama lo?
Dion: Dia marah ke gue, bonyok beneran gue kalo gak ada bang Bri. Puasa ngomong sama gue. Jutek bgt.
Dion: Smg sama lo enggak.

Ini Kak Dion? Dapet id gue dari mana?

Koko perasaan gak pernah kasih id gue ke siapa pun. Kalau pulang sekolah gue di jemput sama temennya pun, kontekan selalu lewat Koko.

Jia: Jia gpp kak.
Jia: Koko g mrh kok sm Jia.
Jia: Tapi kak Dion gpp?

Setelah membalas, gue pun langsung menyusul Celine untuk menemui Gita, —yang di yakininya ada di suatu tempat.

***

Siang ini, Jae sedang duduk bersama ke empat temannya di kafe. Menghilangkan kebosanan di kampus, mereka memutuskan untuk titip absen kepada teman mereka yang berbaik hati.

Ada sedikit keanehan dari pertemuan Jae dan ke empat temannya hari ini. Bukan karena Jae berhenti bertengkar dengan Wisnu karena hal-hal kecil, bukan juga karena Jae yang terlihat tertarik dengan pembahasan serius Sandi. Tapi karena Jae yang sedari tadi menutup mulutnya rapat-rapat sehabis tragedi 'hampir adu jotos', —yang akhirnya terselesaikan karena Brian.

Mereka duduk saling melingkar berhadapan, sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Brian yang melihat ke empat temannya pun hanya bisa menghela napas dengan menggelengkan kepala.

Yaa, begini ini.

Kalau satu orang moodnya turun, yang lain pasti ikut. Apalagi sekarang ada dua orang yang mendadak puasa ngomong. Brian sendiri pun bingung harus bagaimana, pasalnya dia sendiri gak tau apa sebab-penyebab dari diamnya mereka. Apalagi kalau ingat pagi tadi Jae dengan tiba-tiba ingin menghabisi Dion.

"Baliklah gue, percuma, ngabisin duit doang di sini." Brian bangun dari duduknya dan bersiap mengambil tasnya.

"Ettt... duduk dulu!" Sandi menarik lengan Brian agar duduk kembali. Brian mengikuti.

"Apaan? Percuma di sini, berasa nongki sama patung."

"Ngambek mulu, heran..." Wisnu mengikuti.

"Gue aja yang balik," Jae tiba-tiba berdiri, membuat teman-temannya menatap, tidak terkecuali Dion.

Baru beberapa langkah Jae menjauh, suara Sandi menginterupsi membuat dia berhenti.

"Kalo ada masalah bicarain baik-baik, gak begini!"

Jae menoleh, "Ini urusan gue sama Dion, bukan urusan kalian."

Brian berdiri juga, menatap Jae. "Gue temen lo!"

Jae diam.

"Balik sini, omongin baik-baik." ucap Brian yang di ikuti oleh Jae.

Mereka duduk berhadapan kembali, dan memulai fokus kepada masalah antara Jae dan Dion.

Possessive Bro • JaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang