Ten

4.1K 280 43
                                    

Leon sedang memeriksa beberapa berkas dibantu Brian. Suami Aeris itu terlihat sibuk karena sebentar lagi akan menghadiri rapat bersama klien penting.

"Sebenarnya kamu tidak perlu ikut karena aku sanggup menyelesaikan pekerjaan ini sendiri, Leon."

Leon hanya melirik Brian sekilas lalu kembali memeriksa berkas yang ada di tangan.

Brian memutar bola mata karena Leon mengabaikannya. "Aku tahu kamu mendengar ucapanku. Kenapa kamu ikut ke sini, Leon?"

"Aku ingin proyek ini berjalan lancar."

Alis Brian terangkat sebelah. "Kamu meragukan kemampuanku?"

Leon hanya diam. Sebenarnya dia tidak perlu ikut ke luar kota karena Brian pasti bisa menangani proyek mereka sendirian.

"Kamu tidak menghindari Aeris, kan?"

Tubuh Leon menegang. Dia memang sengaja pergi karena ingin menghindari Aeris. Bagaimana pun juga dia belum siap menceritakan masa lalunya pada gadis itu. Mungkin menghindar adalah cara yang tepat, pikirnya.

Brian tersenyum miring. "Apa kamu sudah mengatakan masa lalumu ke Aeris?"

Leon gelagapan, berusaha fokus membaca berkas yang berisi materi untuk rapat nanti. Namun, dia tidak bisa fokus karena terus memikirkan Aeris. Leon sadar sudah menyakiti perasaan gadis itu. Lalu apa yang harus dia lakukan? Mengatakan masa lalunya pada Aeris? Namun, dia takut gadis itu akan pergi meninggalkannya jika sudah mengetahui semuanya.

"Malah melamun." Suara Brian memecah lamunan Leon.

"Kenapa kamu belum memberitahu Aeris tentang masa lalumu dan Alea?"

Leon menyandarkan punggung di kursi, sebelah tangannya memijit kening yang terasa penat. "Aku belum siap," jawabnya tanpa berani menatap Brian.

"Kenapa belum siap?"

Leon menarik napas panjang untuk mengurangi sesak yang menyelip dalam dada. "Masa laluku sangat berengsek, Bri. Aku merasa tidak pantas menjadi suami dari gadis sebaik Aeris."

Brian menyeringai. "Kalau kamu merasa tidak pantas menjadi suami Aeris, kenapa tidak kamu lepas saja gadis itu?"

Leon terdiam. Meskipun cinta belum tumbuh dalam hatinya, tapi entah kenapa dia tidak mampu melepas Aeris. Tanpa dia sadari gadis itu telah berhasil menarik seluruh perhatiannya. Dia menyukai semua hal yang ada dalam diri Aeris. Selama ini dia bersikap dingin karena bingung menunjukkan rasa sayangnya ke gadis itu.

"Tidak mau, kan?"

"Ya," jawab Leon jujur.

"Kalau kamu tidak mau melepas Aeris, jangan menyiksa dia seperti ini, Leon."

Leon tahu apa yang dia lakukan ini salah, tapi dia masih butuh waktu untuk mengatakan semuanya.

"Jangan sampai Aeris pergi meninggalkanmu karena dia sudah tidak tahan lagi menghadapi sifatmu."

***

Aeris tidak pernah menyangka Tuhan akan mempertemukannya lagi dengan Kai. Lelaki play boy yang tinggal di sebelah apartemennya dulu. Kai tidak banyak berubah, hanya saja tubuh lelaki itu sekarang sedikit lebih kurus.

"Aeris, ini klien besar kita, Alea Kristiana." Anna memperkenalkan Alea ke Aeris.

Aeris dan Alea pun saling memperkanalkan diri. "Aku tidak menyangka Kai mempunyai adik yang hebat dan cantik seperti kamu."

Alea tersenyum mendengar ucapan Aeris barusan. Ternyata apa yang Kai katakan benar, Aeris memang ramah. "Aku juga tidak menyangka mempunyai kakak sepertinya."

Menikah dengan Keponakan [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang