TAWA

23 0 0
                                    


Tawa yang selalu tak terlupakan adalah tawa yang di hasilkan oleh sahabat dan keluarga tercinta...

***


Sebuah taman yang terletak di belakang sebuah rumah mewah dan terkesan sangat kaya terlihat tiga orang pria yang tengah sibuk dengan keasikan mereka.

Geo yang sibuk memainkan gitar dengan jari lentik miliknya, di lengkapi dengan suara merdu Dariel yang sedang bernyanyi, sedangkan Revano sibuk dengan membaca buku novel yang ada di tangannya sembari menikmati permainan gitar dan suara merdu dari kedua sahabat.

You were always unselfish and sacrificed
Everything you risked to change life
Even when there was darkness
You broke the shackles and brought light

You called everyone to believe in Allah
O Muhammad! You are my…

You are my hero, you are my Hero....

Tiba tiba.... BRUK!!!

Semua mata menoleh ke arah suara yang membuat mereka terkejut.

"Astaghfirullah Valerie!" teriak Dariel panik dan langsung menghampiri Valerie yang terjatuh karena tersandung vas bunga. Sedangkan Revano dan Geo berdiri karena terkejut.

Dariel membopong Valerie ke arah sofa dan mendudukan gadisnya yang sedang terluka itu. Sedangkan Valerie yang terjatuh hanya cengengesan tak jelas seperti orang gila (?).

"Kenapa bisa jatuh gitu? Hati hati jalannya." nasehat Revano lembut selembut benang sutra. Eaa~

"Tadi gue gak liat ada vas bunga disitu." jawab Valerie seadanya.

"Udah berapa tahun sih lo disini By? Masih aja gak hafal posisi vas bunga segede itu." ujar Geo sembari mengambil P3K mini yang ada di dalam tas miliknya, karena ia tahu bahwa Valerie sangat sering terjatuh. Apakah itu karena rok baju gamis yang terinjak sendiri oleh gadis itu atau batu yang menyandung kaki dan sebagainya. Jadi, oleh karena itu lah Geo selalu menyiapkan semua itu untuk gadis ceroboh ini.

Sembari membersihkan luka yang ada di lutut dan memar yang ada di telapak tangan Valerie, Geo tersenyum mendengarkan semua ocehan gadis itu yang kesal karena seorang penerbit yang baru saja menolak dan mengejek karya miliknya.

"Trus gimana? Lo gampar gak penerbitnya? Atau lo jambak gitu?" tanya dariel dengan nada bergurau.

"Tadinya sih pengen. tapi dosa, mbaknya lebih tua dari gue." jelas Valerie polos dengan ekspresi cemberut hingga membuat ketiga sahabat yang menyaksikan itu tertawa karena memang faktanya dari dulu bahwa ekspresi menggemaskan itu selalu menjadi candu tersendiri bagi Revano, Dariel, dan Geo.

"Gue laper." Valerie mulai mengadu kepada ketiga sahabatnya. Revano langsung merogoh saku jaket yang ia pakai dan memberikan sebuah kue cokelat kepada Valerie. Gadis itu terlihat senang karena dirinya memang sangat menyukai apapun yang berhubungan dengan cokelat.

Itulah kebiasaan Revano, jika Geo yang selalu menyiapkan P3K mini untuk Valerie, maka Revano lah yang selalu menyiapkan makanan dan minuman di saku ataupun di tas miliknya. Karena, Valerie bisa mengatakan kapan saja atau dimana saja bahwa dirinya sedang kelaparan.

Sedangkan Dariel, Pria itu selalu menyiapkan jaket untuk Valerie jika gadis itu kedinginan. Jadi, sangat di wajibkan bagi ketiga pria tampan itu untuk adanya satu atau dua jaket milik Valerie di dalam lemari milik Dariel. Karena, Dariel tahu bahwa Valerie bukan tipe wanita yang repot untuk membawa sesuatu yang berat jika ingin pergi kemanapun. Maka dari itu semua keperluan Valerie biasa di bawa oleh Revano, Geo, dan Dariel jika mereka pergi ke suatu tempat maupun itu dekat atau jauh.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 03, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang