12. Pengakuan Mendadak

204 35 4
                                    

Kembalinya Momo ke rumah, membawa kebahagiaan tersendiri buat gue. Yang biasanya suasana rumah suram kalau ada Mba Windy, sekarang adem-ayem aja. Kalau Mba Windy lagi marah-marah, gue kacangin aja. Pura-pura sibuk ngurusin Momo.

Tapi hari ini Mba Windy udah berasa malaikat maut. Gue nyuci piring aja disalahin. Cuman gara-gara airnya muncrat kemana-mana. Padahal ya gue juga tiap nyuci piring begitu. Tapi baru sekarang ini sewot.

Makanya sekarang gue lagi di rumah Andra. Mumpung Mba Windy lagi fokus ngomelin Willy, gue kabur aja ke rumah depan. Kebetulan Andra lagi banyak makanan, jadi gue bisa ngemil sebentar sebelum balik ke rumah.

"Eit, keripiknya kok udah abis sih?" Andra menunjukkan toples keripik pedasnya ke gue. Dengan tatapan menuduh ia bertanya, "Lo yang ngabisin?"

"Iye. Laper," jawab gue cuek.

"Ck! Padahal ini kesukaan gue," protes Andra yang kembali menatap isi toples yang kosong dengan tatapan sendu.

"Maaf, selaper itu gue."

"Lagian emang nggak dikasih makan apa dirumah? Sampe kabur kesini," tanya Andra jadi menoleh ke jendela luar, melirik rumah gue yang ke-li-ha-tan-nya adem.

"Momo aja belum makan siang. Apalagi gue," curhat gue sembari membaringkan tubuh dikasur empuk milik Andra.

Andra mendadak teringat sesuatu, "Ngomong-ngomong, lo udah minta maaf sama Acha?"

"Kok jadi Acha?" Balas gue bingung.

"Pertanyaannya udah apa belum? Kok malah balik nanya sih." Celetuk Andra sewot.

"Ya kalo udah emang kenapa?" Tanya gue balik.

"Terus kapan lo mau nembak dia?"

Mata gue melebar. Gue gak nyangka pertanyaan itu bakal terlontar dari mulut Andra. "Bukan urusan lo."

"Aih... gitu masa..." ujar Andra tak terima. Cowok itu bergumam lama. Memikirkan pertanyaan yang lain. "Kalo gitu, lo suka kan sama Acha?"

"Nggak,"

"Ngaku! Udah gue kasih keripik juga."

"Najis, pamrih," Gue mencibir.

"Makanya ngaku!" Paksa Andra sekali lagi. "Gue suruh Mba Windy jemput lo nih." Ancam Andra yang lagi-lagi membuat gue mendelik.

Gue bangun dari posisi tiduran. Lalu melangkah menuju pintu kamar Andra dan membukanya. "Mending gue pulang sekalian."

"Et et et," Andra mengejar gue yang udah mau buka pintu utama rumah dia. "Jujur dulu dih!"

Gue membuka kenop pintu, lalu menoleh sebentar ke Andra yang memakai kaos oblong dan boxer.

"Heh! Jujur dulu!"

"Gue suka sama Acha sejak SMP. Puas lo?" Refleks gue langsung menutup pintu biar gak melihat reaksi alay Andra ketika gue ngomong kayak gitu.

Gue pun memakai sandal, kemudian membuka pagar rumah Andra. Lalu gue terdiam sejenak menatap seseorang yang sepertinya menunggu didepan rumah Andra daritadi.

"Lo.... ngapain, Cha?"

Acha menggaruk lehernya, "Tadi Acha nyari Wildan dirumah. Tapi kata Willy kamu ada dirumah Andra."

"Kenapa?"

"Apanya yang kenapa?"

"Kenapa nyari gue?"

"Acha lupa mau ngomong apa,"

Gue mengernyit, "Kok bisa lupa?"

"Soalnya Wildan bilang kalau suka Acha dari SMP. Acha jadi lupa semuanya."

Gue menganga kecil. Tak menyangka cewek bodoh dihadapan gue mendengar ucapan gue yang sangat memalukan tadi.

"Acha ga salah denger kan?" Tanya Acha memastikan. Ia jadi ragu karena ekspresi gue yang gak ketebak.

Gue menghela nafas pasrah. "Udah pulang sana," usir gue tanpa menjawab pertanyaan Acha.

"Satu lagi!" Acha mengacungkan jari telunjuknya dengan tatapan memohon.

Alis gue terangkat menunggu omongan Acha selanjutnya.

"Sejak kapan Wildan suka Acha? Ma-maksudnya, gara-gara apa Wildan bisa suka sama Acha? Padahal Wildan kan—"

Penuturan Acha terhenti ketika gue dengan bodo amatnya berjalan menuju rumah.

"Acha belum selesai ngomong," protes Acha jadi berlari kemudian berhenti untuk menghalangi jalan gue.

"Gue suka sama lo gara-gara keseringan ngirim uang arisan. Udah jelas kan? Minggir sana,"

Gue mendorong tubuh Acha pelan ke samping. Lalu tanpa peduli banyak gue masuk kerumah, meninggalkan Acha yang masih syok. Tapi gak lama gue tertawa ketika mendengar Acha bersorak bahagia.









"Ya ampun, Acha mau mati aja rasanyaaa. Aaaaaaaaa!! Yes yes yes!!! Lalala yeyeye, inbox mantappp! MANTAPPU JIWAAAA!"







-Tbc-

Simple - Jeon Wonwoo ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang