Dia yang sedang terduduk di pojokan selasar itu pasti dikelurkan dari kelas karena tertidur saat jam pelajaran, dia Arif. Sebenarnya dia termasuk anak yang pintar bahkan sekarang berada di kelas prestasi, namun belakangan ini dia agak berubah, menjadi tertutup dan mulai meninggalkan hobi hobinya.
Dan perempuan yang berjalan mendekatinya itu adalah sarah, bisa dibilang bahwa saat ini arif hanya mau berbicara dengan sarah, karena mungkin problematikanya terlalu pelik.“lo ngapain disitu? Dikeluarin dari kelas lagi?”tanya Sarah seraya berjalan melewati Arif yang termanggu di depan kelasnya, yang ditanya tak menjawab, hanya melirik dengan pandangan kosong, seperti habis melamun.
Arif hanya melihat punggung Sarah pergi menjauh. Dia kembali termanggu, dan mengingat apa yang terjadi pada keluarganya belakangan ini. Dua hari yang lalu ayahnya benar-benar meninggalkan dia dan ibunya. Orang yang mengajarinya sebuah arti gentleman ternyata bukan seorang yang gentleman di matanya.
Dia menendangkan kaki ke tembok di dekatnya, sambil menggeram kesal.
Pukul 12, para siswa berlalu lalang melewati tempat yang disinggahi Arif. Termasuk Sarah, kali ini dia menyempatkan duduk sejenak di samping Arif, ia menatapnya lekat-lekat, mereka saling diam, di keramaian ini. 3 menit berlalu, Arif akhirnya buka suara.“gue udah ga tahan lagi sa..”
“lu harus inget kalo lu harus mempertahanin prestasi lu rif… jangan gini terus, gue gamau lu punya catetan merah di bk!” ujar sarah
“lo gak ngerti sa..” arif menunduk lesu
“lo gak pernah ngizinin gue ngerti dan lo gak pernah bikin gue ngerti…inget, lo punya gue, jangan ragu buat cerita atau sharing sama gue, gue bakal selalu dengerin lo, dan gue bakal coba ngebantu lo semampu gue…” sarah berhasil menarik perhatian arif, yang kini menatapnya
Arif bangkit dari duduknya “udah ah gue mau sholat” dan dia pergi begitu saja meninggalkan sarah.
Sarah turut bangkit dan berjalan cepat mengejar arif yang berlalu. Arif hanya berbicara pada Sarah, dan begitulah, dingin, seperti es.
Sholatnya agak sedikit terganggu, pikiran pikiran gelap menghantui pikirannya, ia sudah sangat muak. Ia membiarkan orang orang pergi meninggakan masjid, kemudian ia merebahkan dirinya di sajadah panjang mushola, tanpa memperdulikan para guru yang mungkin akan sholat bergantian disini beberapa menit kedepan. Ia tidak ngantuk, tapi ia ingin kabur dari dunianya untuk beberapa saat, ia terlalu lelah dan tak ingin memikirkan masalahnya, maka itu dengan tidur dia dapat sedikit mengurangi beban yang ia pikul. Ya dia suka tidur.
Sementara itu, sarah sedang di kantin bersama teman temannya, bercanda ria menikmati sisa waktu istirahat yang tersisa beberapa menit lagi. Segelas kopi dingin tersaji di depannya, minuman yang rasanya sedikit pahit itu adalah teman setianya, itulah sebabnya ia selalu ceria dan semangat setiap saat. Sarah memang seorang coffee addict. Sebaliknya, arif sangat membenci kopi. Ya karena salah satu kandungan kopi akan membuatnya tetap terjaga lebih lama.Arif terbangun. Mendapati jam ditangannnya menunjukan pukul 2 siang, 30 menit lagi adalah waktunya jam kepulangan.
“astagfirullah...” ia mengucap
Bel berbunyi nyaring di seluruh sekolahan, menandakan waktunya pulang. Seluruh siswa berhamburan sambil berebut ingin segera pergi meninggalkan sekolah. Sarah memasuki salah satu ruang yang terletak di ujung selasar, pusatnya segala kegiatan yang berlangsung di sekolah.Sebagai perangkat penting dalam organisasi terpenting di sekolah, ia selalu menyempatkan diri berkunjung ke ruangan dingin di pojok selasar ini, hanya sekedar mengecek beberapa berkas atau mengambil sesuatu yang tertinggal. Biasanya ia kemari bersama Arif, sayangnya kekacauan Arif membuatnya kemari sendirian. Ia tak ingin makin mengusik pikiran sahabatnya itu.
“gila berantakan banget.. gabisa baca apa yah..” batin Sarah, saat sedang mengobrak abrik halus ruangan kesayangannya itu, seraya mengembalikan barang-barang kembali ke tempatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Coffee effect
Short StoryAda apa dengan Arif? Mengapa belakangan ini sifatnya sangat berubah. Apakah mungkin Arif Salah minum Kopi? Tidak, Arif Tidak suka kopi, lalu Apa Yang ia sukai? Kedamaian Dalam hidup yah. Hidup seperti bermimpi Dan bermimpi bagaikan sedang Hidup. Ad...