Nggak tau kenapa, kalau lihat cogan bawaannya pengen dikarungin terus bawa pulang.
- Giska, Chef Cantik -
-------------------------------------
Aku keluar dari ruang sidang skripsi dengan nafas lega. Akhirnya skripsiku diterima tanpa ada revisi lagi. Seperti yang ku bayangkan kemarin, dosen pasti akan terpana dengan gulali buatanku. Dan ternyata memang benar. Dia tidak berhenti memuji hasil eksperimenku.
"Giska, berhasil?" tanya salah seorang teman kelasku. Namanya Wildan. Cowok dengan ukuran tubuh ideal, berkulit putih dan tampan.
"Tentu saja." Aku berseru bangga sambil berkacak pinggang. Wajah Wildan terlihat panik dan grogi.
"Aku takut binggo, Gis. Gimans kalo aku gagal?" keluarlah gaya ceweknya. Yang membuatku menatapnya malas. Tubuhnya memang ideal, ditambah dengan wajah tampan, plus jago masak. Namun, gaya cucok dan lebaynya itu lo--- enggak banget! Jika saja dia berwibawa layaknya laki-laki pada umumnya aku pasti akan menyukainya.
"Wildan.. jangs lebay deh! Cowok yang berani dong. Ayo.. semangat!!" Aku mengikuti gaya bicaranya yang lebay itu. Dia memanyunkan bibirnya. Sok imut!
"Kamoe biks aku tambah grogi aja deh!" Dia duduk di kursi. Dengan gaya-- menyilangkan kedua kakinya. Cewek banget! Apalagi hari ini dia pakai baju kaos warna merah maroon, kemeja motif polkadot warna-warni sebagai luarannya dan celana jeans senada dengan kaosnya. Cucok! Satu lagi, dia selalu memakai syal warna pink. Tambah cucok nggak tuh?
"Tenang aja udah. Aku duluan, ya. Assalamualaikum!" Aku berjalan pergi. Melihat Wildan lama-lama bisa membuat kalian gatal-gatal dan infeksi mata.
***
Tadinya, aku ke fakultas kedokteran untuk menemui Billa. Tapi, dia malah memilih pergi bersama kak Argi. Selalu saja sibuk dengan acara pernikahannya. Satu bulan lagi pernikahan mereka akan berlangsung. Tak kusangka Billa akan menikah dulu, sebelum aku.
Jodoh memang tidak ada yang tau kapan dan dimana datangnya. Seperti Billa dan kak Argi yang berjodoh berawal dari berusahabat. Atau mungkin juga sepertiku. Yang saat ini melihat seseorang yang--- semoga saja menjadi jodohku.
"Giska?" mataku mengerjap beberapa kali. Imajinasiku mulai berlarian. Membayangkan pernikahan bersama mas Arfan, hidup bahagia bersama, memiliki keturunan yang lucu-lucu. Ah, Giska.. berhenti berkhayal!
"Iya mas Arfan."
"Kata Argi kamu lagi cari temen makan siang, ya?" iih.. kak Argi apa-apaan sih malu-maluin aku aja. Nyebelin! Kelihatan bangetnih kalau aku jomblo.
Aku menunjukkan deretan gigiku. Menggaruk kepalaku yang tertutup jilbab. Suka bego emang kalau ketemu Cogan gini. "Tadinya mau sama Billa, tapi dia malah pergi sama kak Argi."
"Makan bareng sama aku gimana?" Oh God.. aku tidak akan menolak. Kesempatan emas. Dan kupastikan tidak akan ada pengganggu lagi.
Aku segera menganggukkan. "Iya mas, boleh."
"Ayo!" Mas Arfan menampilkan senyum menawannya. Lalu, berjalan menuju mobilnya. 28 tahun. Usia yang matang bukan untuk dijadikan seorang suami. Pekerjaan jelas, tampan, mapan, beriman. Coba katakan padaku wanita mana yang akan menolaknya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Salam Untuk Arzen [ On Going ]
RomansSPIN-OFF MY YOUNG HUSBAND Kisah Arzendi dan Giska (Romance-Spiritual-Comedy) Dalam hal memasak aku memang ahli. Tapi, sepertinya aku tidak ahli dalam menyikapi perasaanku sendiri. -Giska Hafshah Mahendra-