"Hari ini, aku ditampar oleh ayah Jennie. Jujur, aku sempat terkejut dan membenci perlakuan kasar ayah Jennie. Tapi, aku tidak bisa membenci Jennie. Aku sendiri juga tidak tau alasannya. Dan tadi, Jennie memelukku dan memohon padaku agar tidak meninggalkannya dengan wajah memelasnya. Ah, bagaimana aku sanggup meninggalkannya jika aku juga mencintainya? Aku tidak akan takut untuk terus menjalani hubungan ini dengannya. Aku juga tidak akan menyerah untuk meyakinkan kedua orang tua Jennie agar mau menerimaku menjadi bagian dari keluarga mereka."
Jisoo menghela nafasnya seraya meletakkan pulpen dan menutup buku catatan kecilnya. Dia membuang pandangannya pada Jennie yang telah tertidur lelap. Jisoo tersenyum melihat wajah tenang Jennie saat tertidur. Begitu lucu, membuat Jisoo ingin mencubit pipi Jennie saat itu juga. Jisoo berdiri dari kursinya dan berjalan menghampiri ranjang lalu menjatuhkan dirinya di samping Jennie.
Sebelum tidur, Jisoo kembali menatap lekat wajah Jennie. Tangan kirinya mengusap wajah Jennie. Ditatapnya lekat-lekat wajah Jennie yang telah menjadi kekasihnya selama dua bulan ini.
"Jangan memandangiku terus. Aku tau, aku cantik." Jisoo terkesiap akan suara tersebut dan sontak menjauhkan wajahnya dari Jennie.
Jennie terkekeh pelan, kemudian mendudukkan dirinya dan menyandarkan punggungnya ke kepala ranjang. Wajah Jisoo telah memerah. Dia tidak berani menatap Jennie yang tengah tersenyum jahil dan menatap ke arahnya.
"Kukira kau sudah tidur." Ucap Jisoo berusaha menetralkan degup jantungnya.
Jennie terkekeh, "Deru nafasmu membuatku terbangun."
"Maaf." Balas Jisoo sembari menundukkan kepalanya.
Tanpa melunturkan senyuman jahilnya, Jennie mendekat ke arah Jisoo dan menarik dagu Jisoo untuk melihat ke arahnya. Jisoo menelan ludahnya dengan susah payah saat dia melihat tatapan menggoda dari Jennie.
"Apa kau menginginkan 'itu' hmm?" Tanya Jennie diiringi sedikit desahan seksinya.
Jisoo menggeleng sembari menjauhkan Jennie darinya, "Jangan mulai, Jen."
Niat iseng Jennie tidak sampai disitu saja. Dia mendekatkan wajahnya ke arah Jisoo. Jisoo sontak memejamkan matanya kala wajah Jennie semakin dekat. Namun belum sempat bibirnya menyentuh bibir Jisoo, Jennie menghentikannya. Dan tawanya pecah saat melihat wajah Jisoo yang telah memerah bak tomat. Jisoo mendengus kesal dan langsung mendaratkan pukulannya ke lengan Jennie.
"Ih! Jahat! Kau jahat, Jen!" Jisoo merengek bak anak kecil.
"Hahaha! Habisnya lucu liat muka kau yang memerah itu." Balas Jennie diiringi tawanya.
Jisoo menghentikan pukulannya. Ia mengambil bantal serta bantal gulingnya. Jennie menghentikan tawanya ketika Jisoo beranjak dari ranjang. Dia menatap bingung pada Jisoo yang melangkah ke arah pintu kamar.
"Kau mau kemana?" Tanya Jennie.
"Mau tidur di sofa ruang tamu." Balas Jisoo diiringi dengusannya, "Aku tidak mau tidur dengan manusia mesum kayak kau."
Jennie mengangguk, "Oh, silahkan saja."
Jisoo membelalak, dia tidak mempercayai ucapan yang keluar dari mulut Jennie. Dia membalikkan tubuhnya menatap Jennie, "Jadi, tidak apa-apa jika aku tidur di sofa ruang tamu?"
Jennie hanya menjawabnya dengan anggukan. Setelah itu, Jennie kembali merebahkan dirinya ke ranjang, lalu menutup matanya. Kembali, Jisoo mendengus melihat kelakuan dari Jennie yang tidak berusaha menahannya. Tangannya terjulur memegang knop pintu. Namun, sebelum itu terjadi, Jisoo terlebih dahulu merasakan sebuah pelukan di perutnya. Senyum langsung mengembang di bibir Jisoo saat tahu siapa pemilik pelukan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unwritten Feelings(Completed)
Fiksi PenggemarSemenjak Jisoo dan Jennie jadian, Jisoo menuangkan segala perasaannya pada sebuah buku catatan kecil. Namun, sebuah cobaan datang menghampiri hubungan mereka berdua. Lantas, mampukah mereka menyelesaikan masalah mereka? Sequel dari Fallen into You.