Beban.

4.8K 651 43
                                    


.

Setelah menemukan Vanya tadi dan menenangkannya, Yohan pun membawa Vanya pulang kerumahnya. Dan disinilah mereka sekarang, didepan teras, duduk di bangku kayu jati.

Karena orangtua Vanya belum pulang, rumahnya kosong dan terkunci. Vanya juga sedang tidak membawa kunci cadangan, alhasil mereka harus menunggu didepan sampai orang rumah pulang.

"Vanya tau ga?"

Vanya hanya berdehem, menoleh kearah Yohan yang berjarak tak jauh darinya, hanya sebuah meja kayu bundar yang memisahkan jarak mereka berdua.

"Pas kamu telpon aku, aku lagi sama Lala." Yohan menunduk lalu tertawa hambar sebelum akhirnya kembali mengangkat kepalanya, "Aku yakin pasti sekarang dia lagi ngedumel, ngata-ngatain kamu."

Vanya menimpalinya dengan tertawa, sudah sering Yohan berbicara seperti ini. Sepertinya kesan dirinya dimata Lena saat ini sudah benar-benar jelek.

"Lagian kamu mau sampai kapan si Yo, kaya gini terus, bikin dia sakit hati, kamu juga sakit hati. Kenapa kamu enggak jujur aja?"

Yohan menghela nafasnya sambil menggoyang-goyangkan kedua kakinya ke kanan dan ke kiri.

"Aku masih belum siap." ucap Yohan diakhiri senyuman yang menghias indah diwajahnya. Bahkan Vanya sangat terpana dengan pesona yang dimiliki oleh Yohan.

Namun ia cukup tau diri dengan posisinya. Yohan menyukai perempuan lain, bahkan Yohan sudah memiliki perempuan itu. Vanya tidak boleh egois.

Apalagi Yohan sepertinya memang sangat-sangat mencintai Lena. Setiap bercerita tentang pacarnya yang marah atau kesal karena dirinya, Yohan selalu tertawa, benar-benar terlihat bahagia.

Yohan yang selalu ada untuknya disaat ia butuh orang itu saja sudah cukup baginya. Vanya sudah cukup berterima kasih dengan apa yang selama ini Yohan berikan padanya.

"Semakin lama, luka yang kamu Torehkan dihatinya semakin bertambah, beban dihati kamu terhadap dia juga akan semakin besar, apa kamu nanti bakal sanggup menanggung akibatnya?"

Yohan memicingkan matanya, kurang mengerti dengan apa yang dimaksud oleh Vanya.

"Emangnya menurut kamu apa akibatnya?"

"Dia bisa benci banget sama kamu Yohan, kalau kamu terus sembunyiin ini dari dia. Akupun kalo ada diposisi dia bakal benci banget sama kamu, bahkan aku akan tinggalin kamu setelah kamu jelasin semuanya ke aku--"

"Iya aku tau, aku emang nggak bilang-bilang karena aku tunggu diri aku siap buat kehilangan dia." Yohan berucap satai, namun sebenarnya hatinya terasa sangat sakit mengatakan hal ini.

Apalagi membayangkan jika Lena akan pergi meninggalkannya setelah dirinya menceritakan semuanya. Lebih baik dia mati dari pada merasakan semua itu.

Namun cepat atau lambat ia pasti akan merasakan hal itu.

"Tapi Yo, kalau kamu bilang sekarang, mungkin dia nggak akan semarah dan sebenci yang kamu bayangin, dia juga mungkin nggak akan ninggalin kamu. Aku perempuan, aku tau gimana rasanya."

"Stop! Vanya! Jangan bahas hal ini lagi!" bentak Yohan membuat Vanya menundukan kepalanya, meremas ujung rok sekolah selututnya.

Kim Yohan • Bad ° [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang