Dhena menatap siluet dua sejoli yang berada tak jauh dari tempatnya. Tampak dari lagak keduanya bahwa mereka merupakan sepasang kekasih yang sedang dimabuk kasmaran.
Dhena kesal, apalagi saat tangan siwanita bermain manja dilengan sang cowok. Mau muntah, tapi Dhena juga mengingat bahwa dia sekarang ada di Supermarket.
Mata tajam Dhena tak jua beralih dari pemandangan mengesalkannya itu. Tapi, kenapa dia harus terus memandang kalau kalau dia kesal? Jawabannya cemburu. Bullshit memang,
"Lo liatin apa, sih!" pria disamping Dhena menghentikan dorongannya pada troli, sambil ikut menarik perhatiannya pada arah tatap Dhena.
Gadis mungil disampingnya tak ada tanda untuk tersadar. Membuat Arka sedikit mendengus, sebelum akhirnya memukul pelan ubun ubun Dhena.
Aww..
Gadis itu akhirnya mulai tersadar, kemudian bekeluh menatap mata cowok disampingnya tajam.
"Sakit tau!"
"Perasaan gue mukul pelan, deh." ucap Arka membela.
"Tapi sakit,"
"Emang dasar lonya ajah yang lemah." Arka kembali berucap mempertahankan asumsinya.
"Emang yah, cowok itu sama ajah! Selalu gak mau kalah, egois, maunya menang sendiri! Akhir akhirnya bilang si cewek yanh lemah padahal dianya ajah yg sok kuat" Bentak Dhena membuat beberapa pertanyaan melintas dalam benak Arka. Alisnyapun ikut menjinjit pertanda dia tidak mengerti arah pembicaraan sang gadis.
"Lo lagi PMS?" tanya Arka sarkas, menyimpulkan sikap sensitif Dhena yang malah makin terpancing emosi.
"Kak Arka apaan, sih. Gak malu banget nanya ke perempuann hal privasi gitu!" Dhena kembali membentak.
Arka benar benat tak tahu mau ngomong apa. Bilang gini salah, bilang gitu salah serba salah memang kalau berhadapan sama cewek.
"Sekarang yang gak mau ngalah siapa, sih?! Cowok apa cewek." tutur Arka menyerah.
Pria itu hanya dapat meninggalkan Dhena yang berusaha mati matian menahan emosi nya.
"Tungguin!" seru Dhena sembari mengikuti langkah Arka yang membawanya tepat didepan bahan bahan makanan rumah.
"Ini jahe apa kunyit?" Arka mengernyit sambil mengambil sebungkus kunyit dari setales tempat bumbu bumbu itu.
"Emang kak Arka mau makan kunyit?" pertanyaan sarkas Dhena mampu membuat Arka memandangnya jengkel.
"Mau makan lo!" bentak Arka.
Wajah Dhena yang tadinya tampak polos langsung saja memasang tampang dongkol yg kentara.
"Guekan cuman nanya," kesal Dhena.
"Kalau gak tau yaudah, gausah jawab." ucap Arka.
"Gue tau, itu kunyit kalau yang ini baru jahe." papar Dhena sambil mengambil sebungkus jahe disamping letak kunyit.
"Tau dari mana?" merasa belum percaya, Arka kembali bertanya.
"Waktu SMA gue itu anak IPA, dan biasanya anak IPA itu tau ini apa." tutur Dhena sambil tersenyum mengejek Arka.
"Lo nyindir gue karna gak tau ini apa? Padahal gue anak IPA?" pertanyaan beruntun Arka hanya dijawab kedikan bahu dari Dhena yang mengulum senyumnya melihat wajah Arka yang mulai mendongkol.
"Kalau situ merasa yah bagus," ucap Dhena melanjutkan langkahnya.
"Na!" seruan Arka menghentikan langkah Dhena, sembari berbalik melihat Arka yang memegang sebuah tomat merah yang benar benar bulat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Adhena (Complete√)
Teen Fiction"Seharusnya gue tau Na, kalau lo itu hanya sebatas rubik, sulit buat ditebak. Kadang, semampu apapun kita buat susunan rubik itu jadi, tak berarti apapun. Malah rubik itu bisa makin berantakan." ucap pria itu dengan nada yang terdengar sedikit lirih...