Part 1

19.3K 1.1K 70
                                    

Happy reading
---------------------------

Ramainya undangan yang bergantian memberikan ucapan selamat di acara resepsi mewah pernikahannya tidak membuat hati Diandra bahagia. Ia hanya merasakan kini tengah berada di mimpi terburuknya. Bahkan, tidak sedikit dari para undangan yang tadi memberinya ucapan selamat menatapnya menjijikkan, seolah dirinya bangkai busuk. Terutama teman-teman Hans yang mengetahui hubungan laki-laki itu dengan kakaknya.

Matanya berkaca-kaca ketika dari posisinya berdiri melihat kedatangan dua orang sahabat tengah menuju pelaminan, dan tentunya untuk memberikan ucapan selamat. Air matanya semakin tidak terbendung ketika salah satu wajah sang sahabat mengingatkannya pada seseorang yang sangat dicintainya. Di bagian terdalam lubuk hatinya, ia sangat merindukan laki-laki yang kini sudah beristirahat dengan damai tersebut. Laki-laki yang sangat banyak memberikannya kepedulian dan cinta kepadanya.

"Jangan menangis di hari bersejarahmu ini, Dee," Sonya berbisik ketika memeluk sahabat yang juga kekasih dari sepupunya sebelum meninggal. "Mungkin hidup ini memang tidak adil buatmu, tapi kamu harus tetap memikirkan masa depan anakmu kelak," sambungnya sembari mengelus perut Diandra dari luar gaun mewah yang dikenakannya.

"Aku merindukannya, Son," ungkap Diandra dengan suara parau dan linangan air matanya sudah membasahi pipinya. "Sangat merindukannya," sambungnya dan memeluk sahabatnya lebih erat. Untung saja di pelaminan tidak ada undangan lain yang sedang antri ingin memberinya ucapan selamat.

Sonya mengusap dengan lembut punggung sahabatnya agar kembali tenang. Sonya bisa memahami dengan jelas yang dirasakan oleh Diandra, apalagi ia menjadi saksi hidup kisah cinta sahabat dan sepupunya tersebut. "Kak Wira pasti sangat sedih melihatmu seperti ini, Dee," ujarnya. "Meski sangat sulit bagimu, tapi kamu tetap harus belajar untuk mengikhlaskan kepergiannya, agar ia bisa beristirahat dengan tenang di alam keabadian, Dee," sambungnya menyarankan.

Di tengah isak tangisnya, Diandra mengangguk. "Kapan-kapan temani aku mengunjungi tempat peristirahatannya ya, Son." Sonya langsung menyetujui permintaannya sebelum memberikan giliran kepada Lenna untuk mengucapkan selamat.

Saat gilirannya tiba, Lenna menghapus air mata yang membasahi pipi Diandra. Dari tadi ia ikut menitikkan air mata mendengar perbincangan kedua sahabatnya. Ia juga sama seperti kedua sahabatnya yang sangat kehilangan laki-laki sebaik Wira. "Dee, tetap kontrol emosimu demi kebaikan kesehatanmu dan janinmu," sarannya sembari memeluk wanita yang sangat berjasa terhadap adiknya.

"Terima kasih, Len," ucap Diandra sambil membalas pelukan erat Lenna. "Meski aku sangat membenci laki-laki yang menanamkan benihnya di rahimku, tapi janin ini tetap tidak bersalah," tambahnya dengan penuh tekanan.

Lenna mengerti maksud perkataan Diandra. "Dee, maaf aku tidak bisa berlama-lama ya," ucapnya setelah ekor matanya menyadari keberadaan seseorang yang tengah memberinya tatapan mematikan.

"Salam untuk Mayra, Len." Diandra melambaikan tangannya setelah Lenna menuruni pelaminan tanpa bersalaman terlebih dulu kepada laki-laki yang kini berstatus sebagai suaminya.

"Aku tidak menyangka jika sahabatku mengundang jalang itu ke acara pernikahannya." Perkataan menghina dari seseorang membuat Diandra mengalihkan perhatiannya.

"Aku tidak pernah mengundangnya," sangkal Hans–laki-laki yang bersanding dengan Diandra di pelaminan.

"Bagaimana perasaanmu setelah menyandang sebutan Nyonya Narathama, Nona?" tanya Felix dengan tatapan meremehkan. "Sepertinya pertanyaanku yang tepat adalah, bagaimana rasanya menjadi pengantin dari kekasih kakakmu sendiri?" ralatnya sembari menyeringai melihat Diandra.

"Tentu saja sangat membahagiakan, Tuan Felix Wiranatha," jawab Diandra tenang, tanpa terintimidasi oleh laki-laki yang merupakan sahabat suaminya.

Felix mengetahui Diandra berbohong. "Hans, apakah mulai sekarang aku harus menghormatinya karena ia sudah menjadi istrimu?" Meski pertanyaannya dialamatkan kepada Hans, tapi tatapan Felix tetap mengarah pada Diandra.

Imperfect PartnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang