2. Saran Pensi

380 41 3
                                    

***

Dea melipat mukenanya, kemudian memperbaiki kerudung. Ia baru selesai melaksanakan Ibadah sholat Dhuha di Mushalla sekolah. Tak ramai memang para siswa yang melaksanakan sholat Dhuha. Barusan ia hanya melihat segerombolan cowok yang baru selesai sholat dibalik tabing.

Dea keluar dari Mushalla, dahinya mengerut ketika tak menemukan sepatunya didepan Mushalla. Sesaat kemudia, ia baru mengingat kalau ia meletakkannya diberanda samping.

Namun langkahnya terhenti ketika melihat gerombolan cowok keluar dari pintu samping. Walau Dea tau itu adalah adik kelas, namun tetap saja ia tak berani menerobos.

"Aduh, gimana caranya Dea ngambil sepatu",keluhnya kecil.

Dea seketika melotot kala melihat sepatunya tanpa sengaja tersepak oleh adik kelasnya hingga terlempar jauh,"yah, sepatu Dea kok disepak!"

Dea bergegas menuju keberanda samping ketika cowok-cowok itu sudah pergi.

"Ih, sepatu Dea jadi terbang jauh kan, ni gimana coba cara ngambil nya", kesalnya sambil menghentakkan kaki.

Ketika Dea hendak mengambil sepatu itu dengan keadaan nyeker. Tiba-tiba saja, lewat seorang cowok yang membuatnya terpaku.

Keyhan.

Cowok itu menunduk, mengambil sepatu itu. Keyhan mengangkat pandangannya menatap Dea. Orang yang ditatap malah bengong, tak tau harus berbuat apa.

"Sepatu lo?", tanya cowok itu datar.

Dea langsung mengangguk kaku,"iya, sepatu aku"

Cowok itu langsung berjalan mendekat,"nih sepatu lo, depakek! Jangan nyeker", ucap Keyhan dan langsung berlalu.

Dea menerima sepatu itu,"eh, Key, maka---",tak sempat kalimat itu terucap. Keyhan sudah jauh pergi. Namun, itu tak membuat Dea sedih, ia malah cengar-cengir sendiri melihat sepatunya.

"Sepatu ini gak bakal Dea cuci sampai kapanpun!"

"Aaa! Seneng banget, Keyhan perhatian banget sama Dea!", pekiknya bahagia.

***

Dea berjalan cepat menuju kantin. Siapa lagi tujuannya, kalau bukan Kia dan Naysa.

"Kia! Naysa!",sapanya sumringah.

Naysa dan Kia mengernyit bingung.
"Seneng banget neng!",ucap kia.

Dea mengangguk,"tau gak, tadi keyhan bantuin Dea buat ngambil sepatu Dea yang disepak jauh sama adik kelas di Mushalla tadi", jelasnya sumringah.

"Alahhh", sorak Naysa dan Kia kecewa.

"Kirain ditembak Keyhan", ucap Kia sambil mendecak.

"Ya kali ditembak Keyhan, mimpi itu mah. Kalau ditembak Althaf, itu baru bener", ucap Naysa mengejek.

"Ih! Gak usah ngina ya. Terus, buat apa tuh si Ntop, gak minat. Buat Naysa aja tuh", protes Dea tak terima.

Naysa mengibaskan tangannya,"gak deh, udah punya tunangan sendiri juga",jawab Naysa bangga.

Dea hanya mengangkat bahunya tak peduli. Yang terpenting, hari ini dia bahagia. Tiba-tiba, Dea bangkit dari duduknya.

"Eh,Dea duluan ya", pamit Dea buru-buru.

"Pasti mau kelapangan Futsal kan?",tebak Kia tepat.

Dea mengangguk semangat. Yap! Lapangan futsal. Naysa dan kia hanya menggeleng heran. Mengapa Dea bisa segila ini pada Keyhan.

Awal Dea menyukai Keyhan ketika hari pertama MOS. Ketika itu Dea dan Keyhan tergabung dalam satu kelompok. Lalu mereka disuruh menghitung seluruh jumlah dinding pagar yang ada di SMA Emeerald.

PARADOXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang