Cinta Beda Agama

312 13 0
                                    


"Na, kata orang yang bisa dipercaya dari laki-laki adalah pembuktiannya, ini aku dengan segala kesederhanaan yang kupunya. Aku bersimpuh didepanmu dengan segala kerendahan hati yang kau punya. Menikahlah denganku, denganmu aku yakin pada tiap-tiap hal yang ada dalam hidup, bersamamu segala langkah yang begitu memberatkan akan tetap jadilah yang membahagiakan selama kita masih bergandengan."

"Kita akan sampai kapan begini terus Dim?"

"Maksud kamu apa sayang? Udah deh, nggak usah ngomong yang aneh-aneh. Aku masih di sebelah kamu, aku masih jadi seseorang yang mencintai kamu dengan cara yang paling sederhana, tapi tidak berniat untuk beranjak kemana-mana."

"Kita beda Dim, kamu tau itu."

"Kita cari jalan keluarnya. Bukankah setiap masalah akan selalu ada jalan keluarnya?"

"Aku serius. Kadang aku mikir, seperti apa sih kita bisa melawan takdir? Kalau aku boleh minta sama Tuhan, aku pengen banget minta Tuhan buat ubah garis takdir kita Dim, dan meghapus apa yang jadi pembeda."

"Kamu maunya apa? Kamu mau nyerah pada apa yang sejauh ini kita perjuangkan? Jalan kita sudah terlalu panjang Na, tangan kita juga sudah saling tergenggam. Beberapa mimpi mulai kita wujudkan, lalu kamu kini ingin berhenti dan menyerah ditengah jalan?"

"Aku nggak pengen nyerah, tapi sejujurnya aku lelah selalu memimpikan kita di depan sana. Kita yang melewati hari dengan doa dan sukacita yang sama, kita yang bahagia dan tertawa atas nikmat-NYA."

"Aku nyiapin ini semua untuk kita, untuk kita didepan sana, dan untuk kamu bahagia. Kamu tau kan, sesulit apapun hidup, denganmu aku ingin melewatinya. Aku kasih kamu suprise untuk hadiah anniv kita, tapi sayang kamu sama sekali tidak terkejut dan bahagia, justru aku yang suprise sama keputusan dan perkataan kamu yang mau melepas kita. Kenapa Na? Kenapa harus sekarang? Saat aku yakin pada semua yang kita punya meski cara beribadah kita tidak sama. Kenapa? Kenapa sekarang semuanya terasa sia-sia?"

"Dim, semua nggak akan sia-sia kalau saja kita tidak berbeda. Sekuat apapun kita berjuang, kamu tau kita akan berujung pada pahitnya perpisahan, sedangkan salah satu dari kita sudah terlalu cinta pada agama masing-masing. Kita seakan berjalan ditengah gurun pasir yang lapang tanpa ada kehidupan dengan secercah harapan, namun semuanya seakan begitu menyakitkan."

"Kalau kamu lelah, aku siap ada menemanimu hingga kamu bisa melangkah lagi Na. Tapi kalau kamu mau nyerah, aku bisa apa? Sedangkan sejauh ini yang kubisa hanya selalu ada tanpa perlu kamu minta, hanya menjaga tanpa tau sampai kapan akhirnya."

"Tapi kita beda Dim, mengertilah."

"Tapi kenapa setelah langkah kaki kita sejauh ini, ketika segala mimpi kita rangkai dengan berani lalu perbedaan jadi alasan perdebatan?"

"Kamu tau kan, sedalam aku percaya pada cinta yang kita punya namun semakin jauh melangkah di depan sana seakan tidak menjanjikan apa-apa."

"Aku ngerti maksud kamu. Sekarang semua terserah kamu, sama seperti apa yang aku ucapkan dulu ketika aku memilihmu menjadi satu-satunya wanita selain ibu dan adik perempuanku, aku tidak akan pernah menyakitimu. Itu janjiku. Dan jika kini menurutmu kita tak lagi baik, sungguh aku akan melepasmu dengan ikhlas."

"Kenapa sih kita harus beda Dim? Kenapa kita nggak sama kaya mereka-mereka diluar sana mencintai tanpa harus menyakiti karna pilihan yang sangat tidak ingin dipilih. Kamu tau tentang cinta juga bahagia segalanya kudapatkan jika kita bersama."

"Aku tau Na pada akhirnya kisah kita akan seperti ini. Mungkin aku terlalu naif pada takdir yang sebenarnya tidak menggariskan kita untuk bersama, atau mungkin aku terlalu cinta sampai-sampai aku berfikir bahwa apa yang kita perjuangkan tidak akan berakhir sia-sia. Aku cuman mau liat kamu bahagia, meski mungkin bukan lagi aku yang disebelahmu. Aku nggak mau jadi penghambat bahagia kamu. Sekarang aku ikhlas kalau kamu ingin melepas. Kamu tau kan untuk apapun yang bisa buat kamu bahagia, aku bersedia. Termasuk saat aku harus melepas kita. Aku harap ini adalah sebaik-baiknya keputusan yang kamu pilih."

"Terimakasih Dim. Aku harus pergi. Terimakasih karna telah berani bersimpuh dihadapan Tuhan menyebut namaku dengan hati yang begitu lapang. Terimakasih untuk segala cinta dan juga bahagia yang tidak pernah ada habisnya. Kamu akan selalu jadi laki-laki yang begitu manis diingatanku. Kamu akan jadi laki-laki yang ketika aku mengingatmu, aku hanya akan berkata aku pernah begitu bahagia dicintai olehnya."

"Aku akan selalu ada saat kamu mebutuhkanku Na, disaat hidup membuatmu merasa keberatan, disaat segala kisah tidak selalu indah. Aku mencintaimu dengan segenap hati yang kupunya. Meski bukan aku, melihatmu bahagia adalah sebik-baiknya bahagia untukku."

Cinta Beda AgamaWhere stories live. Discover now