Entah bermula sejak kapan, Yooki tidak ingat. Mungkin semenjak perdebatan ayah dan mama hari itu karena ayah membeli smartphone dari uang simpanan mama tanpa izin. Ataukah semenjak ayah menanyakan suatu hal yang terdengar seperti lelucon yang dilemparkan ketika sedang berkumpul di ruang tengah bersama mama, dan juga kakak. Ayah berkata dengan senyum yang mengembang dan rangkulan hangat ketika Yooki berada dalam pangkuannya, jika bisa disimpulkan, jelas Yooki akan mengatakan bahwa ayah sedang melemparkan lelucon. "Yooki, bagaimana menurutmu jika punya mama baru?"Gadis cilik itu nampak menimang, menaruh telunjuknya di depan dagu seolah berpikir, lengkap dengan cengiran di bibirnya yang belum jua memudar sebab lelucon ayah sebelumnya yang garing, "Boleh, Ayah. Bukankah bagus? Yooki jadi punya dua mama. Itu terdengar keren." Disusul dengan kikikan geli dari dua belah bibirnya dan ayah yang tersenyum puas seolah baru saja memenangkan undian sebuah mobil sport.
Tetapi hari-hari setelahnya, Yooki tidak merasakan presensi ayah dimana-mana. Tidak di teras rumah. Tidak di halaman belakang rumah. Tidak di dapur untuk mengganggu mama yang sedang memasak. Tidak juga di dalam kamar. Yooki lupa, sudah berapa lama ayah tidak pulang semenjak membicarakan lelucon konyol itu dan dia yang meng-iya-kan-nya begitu saja. Tidak ada yang salah dari itu 'kan?
Saat malam harinya, entah kenapa tahu-tahu Yooki menemukan dirinya sudah menyelundupkan diri ke dalam truk pengangkut barang milik mama. Mendekap diri di sana dengan tas ransel seukuran punggungnya dalam dekapan. Ia semakin mengeratkan tangan mungilnya, merengkuh diri lebih erat kala mesin truk itu menyala lalu melaju perlahan, membawanya entah pergi ke mana. Tetapi yang Yooki ingat saat itu, dia hanya ingin ikut mama pergi. Jauh dari rumah. Jauh dari ayah. Dan jauh dari anak-anak nakal yang sering mengejeknya.
"Mama kira kamu tidak ingin ikut dan tetap tinggal bersama ayah. Kenapa ikut?"
Yooki ingat ucapan mama kala itu terdengar sarkatis ketika mendapatinya meringkuk diantara tumpukan barang. Netra mama terlihat jengkel, menilik tajam kendati teduh dibeberapa bagian. Mama tidak suka jika Yooki ikut dengannya, tetapi mama tidak marah. Tetap di izinkannya Yooki untuk tinggal bersama. Di sebuah bangunan yang hampir mirip gudang penyimpanan. Mama bilang ..., itu rumah nenek.
Yooki hanya tercengang bak anak idiot lalu menunduk entah alasannya apa ketika mama berujar dingin, "Besok mama juga akan menjemput kakakmu." Hati Yooki terasa mencelos, harusnya ia senang karena Yoongi akan dijemput mama untuk tinggal bersama. Tetapi, Yooki malah merasa ada yang janggal, sebuah rasa tidak suka? Ia tidak yakin.
"Apa mama juga akan menjemputku jika aku yang diam di rumah ayah?"[]
KAMU SEDANG MEMBACA
This Broke
Short StoryYooki hanya berpikir bahwa ia akan tetap baik-baik saja selama Yoongi ada bersamanya.