-Love manuscript-
Pemuda itu menatap bingung gedung besar didepannya, ia masih mendongak dan menggeleng-gelengkan kepala pelan, merasa bingung apa yang akan ia lakukan. Taemin tak menyangka jika ia dapat berdiri dedepan gedung ini padahal sebelumnya pemuda kecil itu masih tidur nyenyak didalam kamarnya, Taemin bahkan bertambah bingung dengan kedua tangannya yang kosong tanpa membawa berkas novel jika ia memang ingin menunjukannya pada editornya.
Puk.
Taemin seketika menoleh saat tepukan pelan dibahu kirinya, merengut bingung dengan tatapan seseorang yang menatapnya penuh senyum.
"Apa ada perkembangan dengan novelmu?" Taemin menelan salivanya pelan mendengar pertanyaan Jae In atau lebih tepatnya Han Jae In, seseorang yang sudah ia anggap kakaknya sendiri sejak ia terus mendaftarkan novelnya digedung ini.
"Kurasa belum." Jawabnya dengan memasang ekspresi wajanya yang membuat siapapun yang melihatnya akan mengurungkan niatnya untuk marah.
"Lalu ada alasan lain yang membawamu kemari? Aku tidak melihat naskah ditanganmu?" Taemin menunduk melihat kedua tangannya, memang sejak datang kesini ia sama sekali tidak sadar jika ia tak membawa naskahnya, Taemin mendongak pelan.
"Atau jika boleh kutebak alasan lain itu ada dilantai tiga ruang editor no. 2 benar?" Taemin terkejut dan menggeleng pelan.
"Bu..bukan.." dan Teamin juga tidak sadar dengan suaranya yang terbata.
"Tidak perlu sungkan seperti itu jika denganku Taemin, santai saja." Ucapnya sembari tertawa kecil pada Taemin.
"Ayo temui saja dia, kupikir ia juga ingin bertemu denganmu, kau tahu?" Jae In memajukan tubuhnya pelan dan mengarahkan bibirnya ketelinga Taemin.
"Dia terlihat aneh akhir-akhir ini." Taemin mengerjab pelan. Mencoba mencerna bisikan wanita yang kini berjalan santai memasuki gedung dihadapannya.
"Hei," teriak Taemin. Mencoba menghentikan langkah Jae in dan berhasil, wanita itu menoleh disertai seringaian jahil diwajahnya. "Apa maksudmu dengan 'terlihat aneh'?" Tanya taemin polos.
"Kau ingin tahu?"
"Berhenti menggodaku.!"Jae in tergelak mendengar gertakan Taemin yang terdengar lucu baginya.
"Menyenangkan sekali menggodamu seperti ini, Taemin."
"Hei,"
"Sudahlah, temui saja dia." Jae in menepuk pundak taemin sebelum kembali berjalan menjauhi pemuda itu. Membiarkannya terlihat konyol dengan kalimatnya.
"Noona, maukah kau menemaniku menemuinya?" teriak Taemin lagi. Untuk kedua kalinya Jae in menghentikan langkahnya dan menoleh kearah Taemin dengan tatapan aneh.
"Untuk apa? Lagi pula, aku yakin dia tak suka jika kau datang keruangannya bersamaku." Jawab Jae in tanpa mendekat kearah Taemin seperti sebelumya.
"Kenapa?"
"Tentu saja karena dia ingin berdua denganmu, bodoh."
Hening. Taemin tidak mengucapkan apapun. Tapi jika ada seseorang yang bertanya apa yang ia pikirkan, maka sepuluh lembar kertas tak akan cukup untuk mengungkapkan apa yang ia pikirkan saat ini.
"Ingin berdua denganku?"
Jika seorang melihat wajahnya, ia yakin saat ini wajahnya lebih merah dari tomat masak. Memalukan.
-love manuscript-
Tok
Tok
Tok
YOU ARE READING
LOVE MANUSCRIPT
Romanceberawal dari ambisi seorang Lee Taemin, mahasiswa sastra yang ingin menerbitkan novelnya sendiri, lantas mendadak mendapatkan kekasih tak terduga. Lee Taemin yang polos dan Choi Minho yang mempunyai tekanan darah tinggi. mereka menjalin hubungan ka...