Notre Ange

63 17 4
                                    

Alur maju-mundur⊙︿⊙

































Notre Ange























Tawa riang serta pekikan nyaring yang berasal dari sekumpulan balita di taman sore hari itu menjadi background music yang memanjakan telinga. Meski berisik dan terlihat ribut karena saling bersahutan, namun kelucuan serta wajah polos bocah-bocah tersebut membuat siapapun merasa tidak terganggu dengan hal tersebut.

Hyungseob tersenyum tipis sesekali kekehan ringan akan ia keluarkan ketika melihat bocah gemuk dengan kulit putih pucat kesayangannya tertawa, terkadang terjatuh namun bangkit dengan terburu-buru dan kembali berlarian dengan teman-temannya. Surai hitam pekat milik sang bocah yang membentuk apple hair bergerak seirama dengan langkah kakinya, tertiup angin dan menambah kesan menggemaskan untuknya.

Karena terlalu serius memerhatikan sekumpulan balita yang sedang bermain, Hyungseob sampai tidak menyadari kehadiran seseorang yang kini sudah duduk manis di sebelahnya.

"Dia sudah besar, ya, hyung." Hyungseob menoleh setelah mendengar suara familiar dari sebelahnya. Sudut bibirnya terangkat menampilkan senyum manis yang menjadi ciri khasnya.

"Ya, putraku sudah besar dan tumbuh menjadi anak yang sangat pintar." Sahutnya dipenuhi rasa bangga. Sepasang kelereng beningnya berbinar cerah tatkala mengingat betapa membanggakannya putra kecilnya itu.

"Itu semua karena didikanmu, hyung." Pujinya.

Hyungseob terkekeh pelan, telapak tangan kirinya terangkat untuk mengusak surai kecoklatan lawan bicaranya. "Kau berlebihan Woong-ah."

Euiwoong meraih telapak tangan Hyungseob yang bersarang di puncak kepalanya. Menggenggmnya erat dan kemudian meremasnya pelan.

"Mereka akan menyesal karena telah membuangmu dan Darrel.."



Deg


Hyungseob membatu. Kinerja jantungnya berhenti sepersekian detik. Rasa sakit itu datang lagi, membayangi kehidupannya yang ia anggap sudah sangat cukup dan bahagia.

Perhatiannya ia alihkan pada bocah berusia empat tahun yang kini berjalan menghampirinya dan Euiwoong.


Ahn Darrel,

Malaikat kecilnya...



















.

.





















Hyungseob menunduk takut seraya memeluk tubuhnya sendiri. Tubuhnya bergetar hebat disertai isak tangis yang tak kunjung berhenti. Ia tak berani menatap ketiga pasang mata yang menatapnya dengan pandangan menuntut.

Terlebih, melihat bagaimana wajah sang Ayah yang memerah menahan amarah. Wajah sang Ibu tak jauh berbeda. Bahkan, dirinya mampu mendengar gemeletuk gigi yang saling bersahutan.

Takut, Hyungseob benar-benar takut.

"Cepat katakan padaku, Ahn Hyungseob! Bajingan mana yang sudah menghamilimu?"

Hanya gelengan lemah yang bisa ia berikan atas pertanyaan yang diajukan Ayahnya. Napasnya sudah mulai putus-putus karena terlalu lama menangis dan menahan sesak.

"Jawab pertanyaan Ayahmu, bedebah kecil!" Gelegar suara Ibunya membuat Hyungseob semakin meringkuk ketakutan. Bayang-bayang kesakitan untuknya di hari-hari kedepan mulai menghantui dirinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 30, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SHOEBOX ; JINSEOBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang