Jangan lupa vote dan komen ya
Share juga boleh
~•~
Angel terkejut dan menoleh ke belakang. "Angga?"
Cowok itu membanting tangan Angel dengan tatapan perhitungan.
"Ohh jadi ini cowok lo?" tutur Putri sambil menatap keduanya bergantian dengan alis terangkat.
Angga menyenyit heran. "Cowok?"
Angel menoleh cepat dan menatap mata Angga yang tidak terima sedangkan Putri tersenyum menahan tawa dengan tatapan meledek.
Cowok itu mengerjap saat Angel memegang lengannya. "Angga, gue kira, kita...," tutur Angel berlagak lirih.
"Lo apa-apaan sih?! Kalo mau cari masalah jangan bawa-bawa nama gue," tukas cowok dengan mata menyipit tidak terima karena namanya kini sedang diperbincangkan sepanjang koridor selama dia berlari barusan.
Putri berlagak menghela napas dan duduk di mejanya kembali lalu mendongak menatap Angel dan Angga sambil menopang dagu.
"Mending ributnya di luar deh, urusan sama gue udah selesai kan?" sindirnya pada cewek berbando warna abstrak itu.
Angga pun kesal dan melenggang pergi meninggalkan Angel yang merasa bersalah. Cewek itu menatap sinis Putri dan menunjuk wajahnya.
"Awas lo!"
Putri mengangkat bahu. "Terserah," balasnya tidak peduli.
Tak lama kepergian cewek itu, suasana kelas kembali seperti normal. Sang ketua kelas pun kini sudah duduk tenang sambil dipijat wakil-wakilnya karena tadi hampir saja dirinya akan menjadi korban seprotan guru-guru.
Seli dan Mira bertepuk tangan pelan untuk sahabatnya itu sambil menggeleng-geleng tidak percaya.
"Gila gila, jago banget temen gue," tutur Seli sambil menepuk tangannya.
Mira pun duduk di depan meja Putri dan Seli, lalu menghadap kebelakang. "Eh, tuh cewek 'kan paling ditakutin sama cewek-cewek satu sekolahan, bisa-bisanya lo, ck ck ck."
Putri mengangkat alisnya. "Emang ya? Bodoamat lah," sahutnya acuh sambil menopang dagunya malas.
"Idiih bocah ini kalo dibilangin," celetuk Seli sambil terkekeh.
Mira menepuk meja heboh. "Iya Put! Bapaknya kan orang kaya, kalo dia sampe ngadu bapaknya, gue takutnya lo diculik," tutur Mira serius.
"Hahaha! Nanti gue kentutin penculiknya biar ilfil sama gue!" sahut Putri tertawa ngakak dengan pikirannya sendiri. Dia memukul-mukul meja sampai ototnya terasa lemas.
Seli menggeleng-geleng. " Percuma Mir, nasehatin dia mah," tuturnya setengah berbisik.
Mira merengut manggut-manggut. "Iya." lalu menatap cewek ini dengan malas.
~•~
Suara bunyi lonceng berdering nyaring ditengah siang bolong, membuat para siswa SMA 1 Garuda teriak merdeka karena sungguh mereka sudah sangat rindu dengan kantin.
Tak butuh waktu lama setelah suara itu terdengar, para siswa berlarian keluar kelas. Ada yang ke kantin, ada yang berlari ke lapangan untuk melanjutkan pertandingan kemarin yang masih ambang, dan lainnya.
Seperti biasa Putri, Seli, dan Mira bertiga-tiga berjalan ke kantin melewati koridor yang sisi kanannya lapangan basket. Tampak gelisah, Seli berdecak kesal sambil memegangi ponselnya yang tak kunjung berbunyi.
Mira dan Putri melirik temannya penasaran. "Eh kenapa sih?" tanya Mira penasaran sambil memajukan wajahnya untuk menatap ponsel.
Seli menghentakan kakinya. "Ish, ini loh si Tio dari tadi gak jawab chat gue, padahal biasanya pas istirahat dia online loh!" decaknya merengek.
Putri terkikik jahil. "Hayo, jangan-jangan bener apa yang gue bilang kemaren," tuturnya sambil menaik-turunkan alis.
Mira melirik dan tersenyum jahat. "Wah iya kali Sel, hiii~" sahutnya ledek.
Seli menatap kedua temannya itu tidak terima. "Ih parah banget, ayo udah cepet!" dia pun melengos pergi.
Bukan karena marah, tapi jujur sebenarnya dia sangat kelaparan. Persetan tentang Tio yang selalu berubah-ubah, dia tidak peduli dengan apapun saat perutnya kosong tidak terurus.
Mira menoleh ke arah Putri dan mengangkat bahu sedangkan terkikik mengerti apa maksudnya. Mereka pun berlari kecil sebentar dan menyamakan langkahnya dengan Seli.
Saat di pertigaan belok ke kantin tiba-tiba satu cowok berlari ke pinggir lapangan mendekati mereka bertiga berdiri yang hanya dibatasi jaring dan beberapa pot tanaman.
Seli menoleh ke belakang dan menatap Putri sambil mengangkat alisnya.
"Eh Put, itu cowok yang tadi pagi 'kan?" tunjuk Seli sambil memajukan dagunya.
Semua tahu Seli tak pandai berbisik, membuat cowok itu mendongak saat hendak menaruh almamaternya di kursi panjang. Bersamaan dengan Putri yang refleks menoleh, mata mereka hampir dua detik bertatapan karena terkejut sampai akhirnya gadis itu membuang muka.
Angga pun tersadar dan mengerjapkan matanya. Dia langsung melempar almamaternya asal dan merogoh kantong celana seragamnya.
"Eh tunggu," pinta cowok itu terbata-bata.
"Eh udah yok cepet, gue laper!" pungkasnya berbisik sambil mendorong pelan pantat kedua temannya, bermaksud menggiring supaya cepat-cepat berjalan.
"E-eh enak aja!" protes Mira tidak terima, setengah berbisik.
"Tapi itu dia--" timpal Seli sambil sesekali melihat cowok itu sibuk sendiri mencari sesuatu.
"Udah, ayo cepet!"
.
Angga merogoh kasar kantongnya karena cukup sulit meraih gelang itu. Dia pun berdecak kesal sebelum akhirnya gelang itu berhasil dia ambil. Saat mendongak matanya tak berkedip, ternyata cewek itu sudah pergi entah kemana.
Dia menoleh kanan kiri dan mengedarkan pandangan dengan bingung.
"Woy cewek jutek! Mana lo?! Nih gelang lo ketinggalan!!" teriaknya berharap cewek itu bisa dengar walau sepertinya tidak mungkin.
Badannya seketika lemas frustasi dan menghela napas. Dia pun mengantongi gelang merah tua itu lagi dan lanjut berlari ke tengah lapangan.
"Angga ayo cepet!" panggil salah satu anggota tim dari tengah lapangan.
Angga pun menoleh dan berlari kecil menghampiri kawanannya.
To be continue
Ada typo komen aja ya..

KAMU SEDANG MEMBACA
MATSA [ Tamat ] 𝗿𝗲𝗸𝗼𝗺𝗲𝗻𝗱𝗮𝘀𝗶
Teen FictionHanya cerita si cewek yang mati rasa bernama Putri. Sudah berkali-kali dikecewakan oleh cowok-cowok yang selalu mempermainkan dirinya, membuat Putri menutup diri dan tidak peduli lagi dengan apapun yang berhubungan dengan laki-laki, apalagi ternyata...