Namaku Dan. Aku terlahir dari seorang pengusaha yang kaya raya. Namun sayang. Aku di bentuk oleh dengan uang, gadget. Aku sama sekali tak pernah merasakan apa itu kasih sayang. Mungkin kasih sayang yang ku terima dari pembantu ku mbok Wisang. Semenjak aku keluar dari perut Ibuku, hanya dia lah yang merawatku. Asi dari ibuku sudah di siapkan dalam dot yang disimpan didalam lemari pendingin yang suhu nya sudah diatur. Aku bertanya-tanya dalam hati, apakah aku tak layak mendapatkan kasih sayang dari orang tua ku yang melahirkan ku? Setiap aku sakit pun orang tua ku hanya memberikan uang kepada mbok Wisang, yang kemudian mbok Wisang pergi ke rumah sakit dengan supir pribadi ku yang bernama mang Gun. Itu lah yang biasa aku panggil sedari kecil. Entah, apa yang dipikirkan oleh orang tuaku. Mungkin kalian tau? Hahahah. Kalian tidak akan tau apa yang dipikirkan orang dewasa, yang kupikirkan ke orang tuaku hanyalah kerja, kerja, kerja, dan kerja. Bagai sapi yang dicocok hidung nya.
Aku pun berulang tahun yang ke 7 tahun. Aku pun disekolahkan disekolah yang ternama, ah untuk apa semua ini? Percuma saja, tanpa kasih sayang dari orang tua ku, untuk apa aku sekolah di sekolah terkenal ini. Setiap pagi aku terbangun, mbok Wisang sudah menyiapkan keperluan ku untuk sekolah. Dan apa yang kuliah? Orang tua ku sudah tidak ada hahaha, aku bertanya kepada mbok wisang.
“mbok. Kenapa si orang dewasa hanya mengejar apa yang sementara dihidup ini?”
Mbok Wisang pun terkejut. Bocah berumur 7 tahun ini menanyakan sesuatu yang mustahil“Dan. Kamu ini sudah besar, jadi kamu sudah tau kan, kenapa ibu dan ayahmu kerja sesampai keras begitu? Iya karna mereka tidak mau jika anak sematang wayang nya ini terlihat menyedihkan dan susah seperti masa kecil mereka. Makanya, kamu jangan menayakan hal-hal yang aneh lagi ya, orang tua kamu hanya ingin anaknya tidak memakan pahitnya dunia ini” tutur mbok Wisang
Aku pun hanya mengiyakan apa yang mbok bicarakan.
“sarapan nya sudah dihabiskan? Kalo sudah ini mbok bikini roti isi kesukaan kamu, buat bekal kamu disekolah. Yaudah ayo buruan keburu telat nanti.”
Aku pun berjalan menuju mobil dengan mbok Wisang, tanpa dikira tak ada angin atau hujan, mbok Wisang terjatuh. Aku tak tau apa yang harus kulakukan, yang ada dipikiran ku hanyalah panik.
Setelah itu aku pun bergegas memanggil mang Gun yang berada didepan yang selagi menyeruput kopi panas nya di pagi hari.
“MANGGGGG!!!!!!!!! Kesini mbok Wisang pingsan!!!”
Mang Gun pun bergegas menghampiri ku dan kutuntun dia keruangan mbok Wisang terjatuh pingsan tadi. Kami berdua panik. Mang Gun pun bergegas berlari kearah mobil dan setelah itu dia kembali lagi ditempat kami berada. Digotonglah mbok Wisang kedalam mobil. Akupun menelpon ayah tapi tak ada jawaban ataupun ibu sama saja.
Kami pun bergegas mencari rumah sakit. Sesampainya kami dirumah sakit mbok Wisang langsung ditempatkan di Kasur dorong itu, saat itu aku hanya menangis. Bagaimana tidak? Orang yang sayang kepadaku keadaan nya seperti ini.
“Dan. Mamang anterin kesekolah ya, kamu harus sekolah”
“DAN GAK MAU!!! DAN MAU DISINI NEMENIN MBOK WISANG” anak kecil sepertiku sudah keras kepala. Mungkin batu kalah keras dengan kepala ku.
Aku hanya ingin menemani mbok Wisang sampai dia sadar. Aku tak mau sekolah.
“Dan, nanti kalo tuan dan nyonya tau gimana? Mamang anterin kesekolah ya”
“DAN GA MAU TITIK.” “Apa gunanya mereka berdua ketika aku terbangun dari tidur bukan wajah mereka yang ku lihat, tapi wajah mbok Wisang. Mbok Wisang sudah aku anggap ibuku sendirii mang. Aku mau menenmani nya sampai dia sadar.”
Mang Gun pun mengalah lalu dia mengurus administrasi rumah sakit nya. Aku selalu dilarang memasuki tempat mbok Wisang. Tapi, kata mang Gun, mbok sudah siuman. Seketika aku melihat ditaman rumah sakit ini, betapa sakitnya hati ini, pedih, hancur rasanya. Melihat seorang anak yang duduk dikursi roda bisa bercanda ria dengan orang tuanya. Mereka memiliki kehidupan normal, jika aku bisa memilih dikeluarga mana aku dilahirkan. Aku akan memilih keluarga yang kekurangan harta nya dari pada kekurangan kasih sayang.
Lima hari dirumah sakit mbok sudah bisa pulang dan bisa melakukan pekerjaan yang biasa dia kerjakan. Dengan catatan dia tidak boleh kelelahan, aku pun berinisiatif membantunya.
“aduh Dan. Sudah, tidak usah mbok bisa mengerjakan sendiri kok. Dan kerjakan aja pr nya, ada pr kan dari sekolah? “
“Dan gak mau, nanti aja ngerjain pr nya. Abis bantuin mbok, nanti mbok ajarin Dan kerjain pr nya”
“nanti kalo ketauan tuan dan nyonya mbok yang dimarahi”
“tuan dan nyonya mu sedang sibuk menjadi uang, uang, uang, dan uang. Dan kesepian mbok, kalua mbok mengerjakan tugas rumah siapa yang nanti bermain dengan Dan? Siapa yang nanti ngajarin Dan pr matematika? Nanti sajalah kalua sudah selesai semua Dan ngerjain pr nya. Dan ga mau mbok sakit lagi.”
“ya Allah, berkahilah anak ini” sambil memeluku dengan air mata menetes
Tak terasa sudah mau jam tiga sore. Aku mengerjakan tugas mbok diruang tamu dengan membersihkan meja dan bangku-bangku diruang tamu. Tanpa sadar ibu ku sudah ada didepan pintu, betapa terkejutnya dia melihat anak semata wayang nya mengerjakan tugas pembantunya. Murkalah dia semurka-murka orang murka. Di panggilnya mbok Wisang dengan nada tinggi.
“MBOOKK!!!! SINI KAMU!!!!!”
Mbok pun bergegas menghampiri nyonya dengan wajah ketakuatan.“LIHAT INI. APA-APAAN INI HAH? KOK ANAK SAYA YANG JADI PEMBERSIH DIRUMAH INI? “
“anu nyonya….”
“GA USAH MAKE ANU ANU. JAWAB YANG BENAR….”
Sebelum kemarahan ibu memuncak aku berteriak dan mengeluarkan apa yang selama ini aku rasakan.
“ibu. Yang benar saja, kenapa ibu memarahi mbok Wisang? Ini semua Dan yang mau tanpa paksaan, ibu terlalu sibuk mencari uang, uang, uang dan uang. Dan gak butuh uang, Dan butuh hanyalah kehadiran kalian berdua. Ayah dan ibu, bagaimana seorang anak yang hanya didik disekolah tapi tidak di didik oleh orang tuanya, kemana rasa sayang kalian terhadap anak mu ini? Dan hanya merasakan kasih sayang dari mbok Wisang seorang, setiap pagi dia yang selalu hadir saat Dan membuka mata dan juga saat Dan tertidur pulas hany mbok lah yang selalu menemani Dan. Jika kalua Dan bisa memilih terlahir di keluarga mana? Dan memilih keluarga yang tak berkecukupan tapi berkecukupan kasih sayang nya dari pada terlahir sebagai orang berkecukupan tapi tidak berkecukupan kasih sayangnya…”
Sebelum aku meneyelesaikan kata-kata ku ayah ku pun datang, dia mendengar semua. Dipeluknya aku sambil berlinang air mata, ah aku rindu saat ini. Dipeluk oleh ke dua orang tuaku. Ibu ku pun tak bisa berkata apa-apa. Mereka berjanji tidak akan meninggalkan ku lagi, akan ada waktu untuk ku.
Tapi…
Itu hanyalah sebuah cerita bayangan ku. Aku berharap ke dua orang tua ku tak menyesalkan karna kepergian ku yang tak kembali, aku sudah menerima cukup kasih sayang disini. Aku tidak akan kembali lagi kedunia itu, aku sekarang sudah berada didunia yang berbeda. Tapi walaupun berbeda, aku bisa merasakan kasih sayang dari kedua orang tua ku. Yah penyesalan itu datang terakhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menyesal?
RandomDan adalah seorang bocah laki-laki yang memiliki kekurangan. apakah kekurangan itu? silahkan dibaca