Sisil

1.1K 114 4
                                    

"Gaes! Gaes! Nanti malem dateng ke party gue ya!" seru Sisil dengan penuh pencitraan. Wanita semini Melody itu memang hidupnya seperti drama.

"Dimana Sil?" tanya si jakung Mario sambil melompat dari posisi duduknya. Dia tau Sisil bukan type orang yang mau kalah. Dia yakin gadis itu pasti melakukan party besar yang menghabiskan banyak biaya.

"Villa dong. Biasa orang kaya," jawab Sisil dengan angkuh sambil mengibaskan rambutnya. Semua berdecak kagum kecuali Melody dan Veranda yang tidak merespon perkataan itu sama sekali.

Ve lebih fokus pada buku di hadapannya, sesekali tangannya membenarkan kacamatanya yang melorot. Sedangkan Melody hanya berusaha tidak mendengarkan perkataan Sisil. Melody tau Sisil takut padanya, tapi jika masalah itu menyangkut keuangan dan kemewahan pasti Melody kalah jauh.

"Eh, lo berdua!" Sisil membuat Melody kaget. Gadis itu menunjuk kearah dua sahabat yang sedari tadi tidak ikut merespon ucapannya. "Lo berdua dateng ye! Kelas ini wajib dateng semua biar kompak. Boleh bawa pacar, tapi no malu-maluin," Sisil menekan kata malu-maluin. Beberapa siswa yang paham maksud Sisil pasti tertawa.

"Sil, cuma kelas kita? Atau mau panggil kakel atau siapa gitu yang kaya juga?" tanya Vanka dari bangku belakang.

"Jelas. Sisil pasti undang homan rich di SMA kita ini. Kayak Citra, Kak Nadse, Ayana, Shania, Delon, dan paling penting Kak Beby. Yang terakhir itu wajib banget dateng ke acara akuh!" seru Sisil seperti anak alay. Ah, memang Sisil itu alay, lebay maksimal.

"Mereka belum tau Kinal," gumam Veranda dengan dingin dan santai.

"Apa kabar aku? Tapi, gapapa Dyo itu ganteng. So, gak malu-maluin. Eh, dia kan masih di kampung? Lupa. Huft libur kok sebulan sih, ngeselin,"

"Ke kantin yuk Kak, laper nih. Paling Shania sama Ayana udah di kantin. Bel istirahat udah lewat 5 menit, pasti udah disana," Melody mengangguk menerima ajakan Veranda. Lebih baik mereka pergi ke kantin dan mencari sesuatu untuk di makan.

***

Shania mulai gugup dan takut saat tadi ada adik kelas yang mengegep dirinya berciuman dengan Beby di kamar mandi. Bukan hanya ciuman, tangan Beby selalu tidak bisa diam saat berciuman dengan Shania. Jadi, adik kelas yang Shania maksud pasti melihat adegan lainnya juga. Shania menyadari itu saat dia membuka matanya, dan melihat pantulan di kaca wastafel.

"Dia gak akan lapor BK," Beby berusaha menenangkan Shania yang terlihat badmood bercampur takut. Dia bisa melihat dan mendengar rengekan Shania yang seperti anak kecil. Tak lama kemudian dia menangis tak karuan di dekat Beby.

Ayana hanya bisa menghela nafasnya kasar. Mungkin ini terakhir kalinya Ayana berkomentar soal ciuman itu pada Shania dan Beby.

"Gue udah berapa kali bilang? Sekarang kejadiankan? Lo takut kan?" Shania tak menjawab karena ucapan Ayana benar.

"Kalo lo berdua milih jalur belakang ya udah, simpen baik-baik di belakang. Gue tau lo takut pamor lo anjlok di depan mereka. Beda sama Beby yang bangga pacaran sama lo, tapi hargai ketakutan lo itu. Beby itu gak cuma di sukain cowo Shan. Dia juga di sukai cewe-cewe. Sejak Beby kapten dance, banyak yang ikut dance. Peringkat dance naik jadi ekstra paling di minati setelah Paskibra ama Pramuka. Banyak dari mereka rela ikut gituan demi deket ma Beby,"

"Kok lo malah mojokin gue sih Ay?" sewot Shania setelah tangisnya berhenti dadakan.

"Tanya Beby kalo gak percaya. Sekarang pilihan di tangan lo deh. Gue cuma kasih tau. Kalo lo mau aman ya gak usah pacaran sama Beby. Beby juga capek kali kalo harus backstreet terus," tambah Ayana untuk meluruskan maksudnya.

"Loh, apain tuh Shania? Kok nangis?" tanya Melody sambil menarik kursinya kemudiam duduk.

"Gue ketahuan ciuman ma Shania di kamar mandi. Adik kelas yang lihat," jawab Beby pasrah.

Pacar DurianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang