Rinai hujan mengenai setiap sudut atap beberapa rumah, menciptakan bunyi yang cukup nyaring. Seiring dengan derasnya hujan yang terus membasahi bumi, tidak menyurutkan langkah seorang gadis yang berambut panjang diikat kebelakang dengan tas yang menutupi kepalanya dan berseragam putih abu-abu, untuk terus melangkah menuju halte busway yang tidak jauh dari rumahnya. Ia sudah melangkah setengah perjalanan, tidak mungkin balik ke rumah hanya untuk mengambil benda kecil itu. Payung ! Ya, payung..bisa bisa nya dia sampai melupakan benda penting itu di saat setiap hari turun hujan seperti ini.
Halte busway sudah terpampang jelas di depan matanya, ia hanya perlu menyebrang jalan , lalu tujuan nya sudah tercapai. Tertulis jelas "Halte Bestari". Saat mau menyeberangi jalan, tiba-tiba sebuah mobil hitam berhenti di depannya, dan orang dari dalam mobil memanggil namanya.
"Pagi Let,"ucap dua cewek dengan girang dari dalam mobil itu.
Jelas Carleta mengenal dua cewek yang ada di dalam mobil itu, itu adalah teman nya, sahabat baiknya dari SMP, yang kebetulan bisa satu sekolah lagi dengan nya sekarang di SMA.
"Hey Cindy, Lexa. Morning."
"Lu kok basah kuyup gitu? Sini masuk ke dalam mobil, berangkat sama kita aja. Ga tega gw ngeliat bestie gw kayak tikus kecebur got gitu."
Carleta berpikir sejenak, kalau dia ikut ada kemungkinan tidak akan terlambat apalagi hari ini ada ulangan, lumayan bisa ada waktu beberapa menit untuk meriview pelajaran sepanjang perjalanan sebelum ulangan, tapi seketika memori beberapa hari lalu terputar kembali di benaknya. Dua temannya menggila di mobil sambil menyanyikan lagu kesukaan mereka, dan alhasil ia tidak fokus belajar di mobil bestienya, jangankan mau fokus yang ada kepala nya jadi pusing dan jantung nya berdetak tak karuan. Selain itu, ada hal yang membuat dirinya tidak terlalu cocok sama bestie-bestienya ini, bestienya suka berisik tidak seperti dirinya yang irit ngomong. Mereka suka lagu-lagu berisik dan suka konser dadakan dalam mobil sambil nyetir dan kadang-kadang kurang memperhatikan keselamatan saat berkendara. Sedangkan dirinya lebih suka tempat tenang yang jauh dari keberisikan seperti perpustakaan atau kamarnya sendiri... he he tapi walaupun demikian mereka tetap bestian dan selalu bersahabat.
"Leta! Masih di tempat kan lo? Atau nyawa lu udah sampe sekolah?
"Eh, masih di sini kok. Sorry ya kalau kali ini gw ga ikut kalian, gimana? Engga marah kan?"
"Yahhh kenapa? Yakin lu engga mau ikut sama kita? Nanti telat loh hari ini kan ulangan Bahasa Indonesia."
"Iya , thank you ya bestie-bestie ku. Next time gw ikut kalian. Kan cuma sehari doang, hari ini aja gw g ikut."
"Ok deh kalau gitu, kita duluan ya. Hati-hati. See you!"
Carleta menarik nafas lega selepas temannya pergi, setidaknya satu hari ini ia bisa bebas dari segala kebisingan yang selalu diciptakan teman-temannya ini, ia bisa belajar dengan tenang walaupun bajunya basah karena guyuran hujan.
Ia lanjut melangkahkan kakinya dengan mantap menuju halte busway Bestari, dan akhirnya setelah menempuh beberapa menit perjalanan akhir nya ia tiba juga di tujuan.Begitu kakinya menginjak halte busway ternyata, buswaynya baru saja datang, jadi ia tidak membutuhkan waktu lama untuk menunggu.
Tuhkan keputusan gue tepat kali ini, lirih Carleta.
Setelah busway berhenti, ia ikut berbaur dengan orang banyak masuk ke dalam busway, ada yang menggunakan setelan kerja, baju bebas, dan beberapa orang yang mengenakan setelan putih abu-abu sama seperti dirinya. Ia langsung berlari mencari tempat duduk walaupun jarak antara rumah dan sekolahnya hanya tiga halte saja, tapi ia merasa butuh tempat duduk untuk belajar walaupun hanya sejenak . Duduk di tengah adalah tempat yang strategis buat dirinya. Matanya menyapu dari depan hingga ke belakang, dan terhenti pada tempat duduk tengah di paling belakang.Disana duduk seorang cowok yang mengenakan baju putih abu-abu sama seperti dirinya, mukanya lumayan ganteng, tapi sayang tampangnya sangat menyeramkan.
Baru pertama kali ia naik busway dan bertemu dengan orang dengan tampang yang menyeramkan seperti itu. Ia coba menepikan rasa takutnya, matanya beralih dari cowok seram itu dan memilih duduk di tengah lalu mengambil buku dari tasnya dan mencoba fokus pada bukunya.
Kenapa gw ngerasa nyesel nolak tumpangan dari Cindy sama Lexa ya? Tau kayak gitu kan gw ikut mereka aja, ucapnya dalam hati dengan nada menyesal.
Ia coba menggelengkan kepalanya, mengenyahkan semua analisis prasangka lingkungan sesaat yang ada di pikiran nya dan mencoba fokus pada ringkasan untuk ulangan.
Tapi tiba-tiba saat pintu penumpang akan tertutup, ada pria besar yang menyelinap masuk yang membuat pintu busway itu terbuka kembali untuk sejenak dan membiarkan orang itu masuk. Pria itu berdiri di depan tempat duduknya, jelas ini lebih seram daripada cowok yang ia lihat beberapa menit lalu di kursi belakang.
Saat mau mengambil minum dari dalam tasnya, tiba-tiba tangan besar dan kekar itu mengambil dompet kecil miliknya dengan paksa.
"Eh, dompet ku mau diapain? Jangan!!Kembaliin! Copet! Tolonnnngg!"
Saat orang di sekeliling mau membantu mengambil dompetnya, pria itu mengeluarkan pisau, dan membuat semua orang di situ hanya bisa mencari aman dan membiarkannya pergi.
Pada saat itu, pintu busway terbuka persis di depan sekolah yang dituju, yaitu SMA Citra Unggul, pria berbadan besar dengan tato di tangan kanan dan kiri itu lebih cepat keluar ketimbang dirinya, tapi cowok dengan tampang seram di kursi belakang langsung mengejar, dan menghajar preman itu saat di halte busway.
Ia langsung keluar dan mengikuti langkah kemana dompet kecil miliknya pergi bersama pria berbadan besar itu.
Ia melihat preman itu terkapar tidak berdaya, dan dompetnya ada di tangan cowok yang bertampang seram itu.
"This is yours, right?"
"Oh iya, ini milikku. Thank you. Ya ampun tangan kamu terluka. Is it hurt!"
Ia melihat tangan kanan cowok itu terluka karena goresan pisau yang cukup dalam. Bagaimana ini, ia harus bertanggung jawab karena cowok itu makanya dompetnya bisa diselamatkan kembali, kalau tidak pasti ia akan sangat berurusan dengan masalah-masalah yang sanat ribet, karena didalam dompet itu terdapat KTP, beberapa kartu ATM, beberapa id card dan lain sebagai nya. Untunglah saat ini semuanya aman dan baik-baik saja di dalam dompetnya. Walaupun tatapan cowok itu dingin dan seram, tapi ternyata di balik muka seramnya itu masih ada sifat peduli lingkungan dan ikhlas menolong, cowok ini ternyata adalah penyelamatnya.
Dia ngerti engga ya apa yang barusan gw omongin? Soalnya dari tampang kayaknya ia bukan orang indo kayak bule gitu, tapi Bahasa nya bagus juga.
"No worries, aku baik-baik saja. Lain kali please be careful."
Carleta mengangguk, memegang tangan cowok yang belum ia ketahui namanya itu, dan membawa cowok itu duduk di halte busway. Segera ia keluarkan kotak p3k dari dalam tasnya dengan gantungan kunci tinkerbell.
Dengan telaten ia mulai mengobati luka di tangan cowok itu, ia beralih menatap wajah cowok itu mau memastikan bahwa ia tidak terlalu keras mengobati luka itu, tapi yang terjadi malah matanya bertemu dengan tatapan dingin itu. Tatapan dingin itu seperti mencoba masuk ke dalam hatinya untuk beberapa saat.
Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya selesai. Lalu mereka sama-sama menyeberangi jalan dan saat Carleta sampai depan gerbang , pintu ditutup. Hampir saja ia telat ujian. Bel pun berbunyi memecahkakeheningan. Cowok penolong itu lalu melenggang pergi begitu saja memasuki gerbang sekolah tanpa menengok ke belakang lagi menuju kelasnya begitupun dengan Carleta. Ternyata sang penolong itu sekolah disini juga satu sekolah dengan dirinya. Gumam Carleta sendiri dalam hati nya.
Ternyata di balik tatapan dingin itu, ada sedikit kehangatan, ucap Carleta melihat cowok yang mulai menghilang dari pandangannya itu. Diapun segera mempercepat langkahnya menuju ke kelas nya. "Fokus ulangan Carleta! " Carleta bicara pada dirinya sendiri sambil menepuk-nepuk kepala nya dengan buku materi ulangan bahasa indonesia nya.
~To be continue~
