Chapter 34: The Plan

395 40 11
                                    

[INDIRA]

Cuaca yang cerah tidak berawan sejak kemarin membuat penerbangan kali ini sangat tenang tanpa sedikit pun guncangan. Gue nggak perlu repot minum antimo dan berusaha keras tidur karena perjalanan hanya memakan waktu satu jam.

Sebagai orang yang di kamar sendiri aja susah tidur, saat bepergian adalah tantangan lain yang harus gue hadapi. Mending kalo cuma terbang sejam dua jam, kalo harus naik kendaraan 4 jam lebih?

Solusi gue adalah selalu minum obat anti mabuk meskipun gue nggak pernah mabuk perjalanan. Terkadang jarak pendek pun gue harus minum kalo cuacanya jelek karena gue parno kalo lagi terbang.

Tapi enggak kali ini. The nice weather is one thing, and the person falling asleep next to me is another. Gue nggak henti-hentinya tersenyum saat melirik ke arahnya yang tertidur pulas sejak 5 menit setelah pesawat take off. Mana tidurnya mangap, lucu banget. Bibir kecil dan ujung hidungnya yang bulat membuatnya terlihat menggemaskan. Bayi banget. Beda kalo lagi melek, galak.

Kami berangkat dengan penerbangan malam hari, jadi pagi masih bisa kerja dan cuma perlu cuti Jumat aja. Gue berangkat setelah mengabari Indrika yang ngomel karena gue mendadak dan belum bantuin dia packing untuk liburan ke Bandung.

Ya mana gue tau? Orang tiba-tiba aja udah dibeliin tiket hari Kamis malam. Padahal dia ngajakin ngetripnya baru Selasa sore.

"Dir, weekend sibuk nggak?" tanyanya, saat kami makan bakso solo di pujasera kantor siang itu.

"Nggak sih, mas. Kenapa?"

"Ngetrip yuk? Ke Jogja." jawabnya sambil mengunyah tahu.

"Hah? Tiba-tiba banget?" gue masih kaget dengan rencananya yang kaya mau ngajakin main ke Ancol.

Dia cuma mengangguk sambil masih menyeruput kuah bakso. Gue masih kedip-kedip bego, setengah nggak percaya. I'm a frequent traveler myself, but I always planned everything ahead.

Bukannya gue nggak pernah mau sama sesuatu yang spontan, tapi kadang pertimbangan gue adalah budget dan waktu. Gimana caranya dalam waktu singkat cuti, perjalanan gue bisa maksimal, dan apa yang gue pengen kunjungi masuk semua. Meskipun ada waktu yang kadang gue alokasikan untuk melakukan sesuatu diluar itinerary, sesuatu yang spontan.

Virgo don't like surprises. Virgo stick to the plan. And the plan has a back up plan. And the back up plan has a back up plan.

"Kenapa pengen ke Jogja, mas?" Gue bertanya untuk memastikan alasannya.

Bukan karena... itu kan? Nggak, nggak. Masih terlalu jauh, Dira. Get your shit together.

"Pantainya bagus-bagus katanya sekarang?" Jawabnya setengah bertanya memastikan.

"Kalo pengen pantai kenapa nggak ke Bali atau Lombok?"

"Semua juga udah pada ke sana. Yang lain dong."

"Semua juga udah pada ke Jogja mas." sahut gue lagi. Honestly, I don't really like Jogja that much. It's boring, and.. something happened there in the past.

"Lu bosen ya ke sana?"

"Hmm.. gimana ya?" Gue menimbang alasan yang tepat. Bukan, gue nggak bosen, gue jarang kok ke sana. Tapi males aja.

"Meskipun ke sananya sama gue, nggak mau?"

Kalo sama lu mah ke Iraq juga gue iya.

"Mantai doang nih yakin?" Gue tanya sekali lagi untuk memastikan.

"Sama yang lain boleh.."

"Yang lain apa?"

"Kulineran kek, beli batik, naik delman."

November RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang