[AREA 18++, SEBELUM 18++ MENYINGKIRLAH DARI CHAPTER INI]
Musim Gugur 1873
Sehari Setelah Pesta Lady Stephanie"Suatu pernikahan belum bisa dianggap sah apabila suami dan istri belum melakukan hubungan pernikahan. Apa kau pernah melakukannya?"
Arabella menutup buku yang sedang dibacanya dengan gemas. Ia tidak habis pikir mengapa kalimat yang sama itu terus menggema di dalam pikirannya. Memang mengapa kalau ia belum pernah melakukan hal itu dengan suaminya? Lord Carlos saja tidak keberatan, lantas mengapa siluman ular itu harus mengatakannya dengan nada mengejek seperti itu?
Jika dipikir-pikir baru kali ini dirinya bisa merasa sebegitu marah pada seseorang hanya karena ia menggangu suaminya. Bukankah sejak dulu Lady Stephanie memang simpanan Lord Carlos? Mengapa baru sekarang ia merasa tidak suka dengan kehadiran Lady Stephanie di sekitar suaminya?
Arabella melirik sang Duke of Parma yang seperti biasa sedang berkutat dengan pekerjaannya. Namun seolah mengetahui perasaan gundah Lady Arabella, Lord Carlos mengangkat kepalanya. "Ada apa my lady? Mengapa kau kelihatan gelisah sejak kemarin?"
"Aku memikirkan tentang Lady Stephanie," ujar Arabella jujur. "Aku tidak suka dia menggodamu, my lord."
"Cemburu?" Lord Carlos tersenyum lebar dengan alis terangkat, menggoda Arabella.
"Tidak."
Lord Carlos menghela napas panjang lalu berdiri dari kursi yang ia duduki. Pelan tapi pasti ia menghampiri istrinya yang sedang duduk di sofa samping perapian. "Kau tidak perlu mengelak kalau kau memang cemburu, my lady. Aku juga pernah merasakannya. Itu adalah perasaan yang wajar. Sangat wajar, bila kau telah jatuh pada seseorang."
"Aku.... A.... Aku,"
"Ik hou van je, Arabella," ucap Lord Carlos pelan sembari menyelipkan sejuntai rambut Arabella ke belakang telinganya.
"Apa?" Terkejut Arabella langsung menatap bola mata Lord Carlos yang berdiri di depannya. "Apa yang kau katakan my lord?"
Lord Carlos kembali tersenyum kecil lalu menarik Arabella berdiri. "Ayo aku akan menunjukanmu sesuatu."
Tanpa berbicara Arabella mengikuti Lord Carlos yang membawanya ke taman mansion. Pepohonan dan berbagai tanaman lain yang mulai berwarna kecoklatan langsung menyambut kedatangan keduanya. Dihiasi dengan langit jingga menandakan bahwa matahari akan turun dari peraduannya sebentar lagi
"Apa yang mau ku lihat dari pepohonan yang sedang meranggas, my lord?" Protes Arabella.
"Semua cerita kita dimulai dari musim dingin tahun lalu. Benar bukan, my lady? Musim dingin itu mungkin bisa aku gambarkan sebagai hati kita berdua. Kita memulai suatu pernikahan dengan hati yang sama-sama beku, my lady. Aku dengan kehilanganku atas berita palsu meninggalnya Lady Millicent. Serta kau dengan perpisahanmu dengan Aryo. Dengan hati yang sama-sama patah kita memulai suatu lembaran baru my lady."
Arabella dalam diam menatap sosok Lord Carlos di sampingnya sementara sang Duke of Parma itu sendiri menatap sendu ke langit.
"Aku tahu, pernikahan yang kita jalani selama hampir setahun ini tidak mudah. Ada begitu banyak rahasia masa lalu yang kotor, begitu banyak pertikaian, pertengkaran, dan amarah. Namun juga seiring dengan musim yang berubah, hatiku yang dingin ini mulai mencair my lady. Aku mulai tebiasa denganmu. Aku mulai bisa menerimamu, gadis kecil yang dulu sempat aku kagumi, yang kini menjadi istriku."
"Kini musim sudah kembali berubah, my lady." Tiba-tiba nada suara Lord Carlos berubah lebih dalam. Seraya mengenggam kedua tangan Arabella, Lord Carlos menatap lekat-lekat mata Arabella yang berwarna hazel kecoklatan. "Kau lihat daun-daun yang sudah menguning hampir gugur itu, my lady? Itu sama seperti perasaanku, my lady. Bersamamu hampir setahun ini membuatku sadar perasaanku yang sesungguhnya untukmu. Tolong jangan tolak aku lagi, my lady. Aku tahu ini sangat klise. Tapi perasaanku ini benar-benar tulus."
KAMU SEDANG MEMBACA
Chase The Bliss [Completed]
Historical Fiction#1 from The Overseas Tetralogy Kejarlah kebahagiaanmu! Karena kaulah yang menentukan takdirmu sendiri.... Arabella Gualthérie Van Weezel, seorang Lady muda dari wangsa Weezel. Seorang noni muda Belanda. Trauma masa lalu menghantuinya ketika ia jatuh...