Momen 9. "Ayolah Uti kumohoon"

1 0 0
                                    

Merayu Uti untuk bermain bersama kami adalah suatu tindakan yang sia sia untuk dilakukan dalam hidup. Kalau bukan dari dia yang pengen, mustahil sekali Ia akan termakan rayuan lalu ikut bersama kami. Se mager itu anaknya emang ya ampun :')

Uti termasuk ke salah satu murid yang dipindahkan dari kelas sebelah ke kelas ku. Pada awal dipindahkan, teman teman ku yang dulu satu SMP dengannya menunjukkan ekspresi ketidak percayaan seolah olah mengatakan WHOAA DEMI APA NI ANAK JUGA JOIN KESINI?  karena ya memang cukup banyak dari sekolah mereka yang berada di kelasku sekarang, beberapa contohnya seperti Rafa, Tio, dan Sella dan sekarang ditambah Uti. Itulah yang menjadi alasan mengapa mereka tidak menyangka bahwa akan sebanyak itu yang berasal dari sekolah mereka masuk dikelas ini.

Kesan pertama Uti dimataku dulu ialah dia cukup mendominasi dan menyeramkan. panggilannya pun dulu waktu SMP ialah 'pocong' hahahaha tapi dia tidak seburuk itu kok. Kurasa dia mendapat panggilan itu karena tubuh nya yg sangat tinggi untuk ukuran perempuan, ya tingginya mungkin 170an cm sedangkan rata rata tinggi perempuan dikelas kami yaitu 150-160an cm. Dia juga berkulit gelap dan memiliki sifat 'Padang' yang sangat mendominan hahaha. Ya keluarganya memang berasal dari Padang. Aku sih yang baru mengenalnya dulu lebih tertarik untuk memanggilnya 'Uni'.

Ohiya, Uti juga memilih ekskul yang sama denganku. Badannya yang tinggi sangat mendukung untuk diburu oleh para senior ekskul. 

EEH Meskipun dia tergabung dalam ekskul yang menuntut kecepatan dan kedisiplinan yang luar biasa, diluar kegiatan ekskul Uti merupakan salah satu sosok yang malas dan tidak bersemangat untuk melakukan sesuatu. Contohnya saat kami akan bermain dan berkumpul bersama, jika Ia merasa kegiatan itu tidak menguntungkan bagi dirinya Ia tidak akan mau bergabung, menghabiskan waktu di mall, bersenang senang, bermain, dll. Jadi sampai sekarang jika kami ingin bertemu dengannya hal yang wajib kami lakukan yaitu datang kerumahnya dan bersenda gurau dirumah/kamarnya yang menurutnya sangat nyaman itu. Tapi kuakui sih kamarnya cukup nyaman untuk dijadikan tempat berkumpul bahkan kami selalu lupa waktu dan pulang malam jika sudah berada disitu.

Untung saja Ia sekarang tetap berkuliah di kota ini dan tidak merantau. Bayangkan sesulit apa menemuinya kalau memang iya merantau?

Valuable PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang