Extra Chapter 2

2.9K 261 61
                                    

Alvin’s pov

“Bukankah sudah ku bilang berangkat saja dengan Marissa?” kataku kesal melihat Alvan yang seenaknya mengacak isi lemariku.

“Aku tidak mau tahu, 15 menit ku tunggu di bawah dan tanpa penolakan. Titik!”

Alvan melipat kedua tangannya di dada dan berbalik keluar kamar membuatku mendengus kesal. Hari ini reuni SMA dan untuk pertama kalinya aku malas datang, alasannya? Tentu saja Jess. Sejak kejadian kemarin, mungkinkah dia diperbolehkan datang?

Jujur saja, saat ini otakku hanya diisi bagaimana bisa mendapatkan restu dari kedua orang tua Jessica. Sikap Vernon dan penolakan Mr Arnoldy membuatku pesimis, bisakah aku menaklukan keduanya?

Aku mengambil kemeja batik dan celana yang dipilihkan Alvan. Bukankah ini baju yang sama seperti yang dipakainya tadi? Alvan benar-benar! Bukankah seharusnya dia memakai baju couple dengan istrinya?

Aku melangkah menuju kamar mandi untuk ganti baju. Aku tidak ingin ganti baju disini, nanti kalian mengintip.

*

-Maestral Seafood Restaurant-
09:00 p.m. AEST

Aku tidak mengerti kenapa mereka mengajak reuni pagi hari seperti ini? Apa mereka tidak memiliki kesibukan lain?

Aku bersyukur mereka mengajak ke restaurant seafood halal ini, ku pikir mereka tidak melupakanku dan Alvan yang berbeda dengan mereka.

“Turun, Ice Man.” aku memandang Marissa yang melipat kedua tangannya, sedangkan Alvan hanya menggeleng dan menarik istrinya masuk ke dalam tanpa mempedulikanku.

Memang begitu ya jika sudah punya istri, yang lainnya dilupakan.

Tidakkah ia ingat siapa yang dulu menghapus air matanya saat menangis? Dia juga sepertinya tidak ingat dengan siapa ia bermain mobil-mobilan.

Aku menghela napas berulang kali untuk menguatkan hatiku. Sekalian mencari jawaban atas pertanyaan tentang hubunganku dengan Jessica. Bagaimana ya kelanjutannya? Apakah aku bisa menikah dengan Jessica?

Sejujurnya aku iri pada Alvan yang kisah cintanya dengan Marissa tidak ada drama sedikitpun. Kenapa kisahku tak semujur itu?

Aku membuka pintu dan keluar dari mobil.  “Alvin!” langkahku terhenti saat mendengar suara seseorang yang ku rindukan sejak kemarin.

Bruk

Belum sempat aku berbalik, seseorang menubrukku dengan kedua tangannya melingkar di lenganku. Aku menunduk dan tersenyum saat melihat jam tangan yang ku hadiahkan melingkar manis di tangannya.

“Miss you so much!”

Tanganku mengelus tangannya, “Miss you more, Humaira.” aku memejamkan mata menikmati kehangatan dari pelukannya yang beradu dengan sejuknya udara musim semi.

Aku melepas pelukannya dan berbalik, senyumku mengembang saat melihat mata cantiknya. Ya, hanya matanya yang terlihat karena ia memakai cadar. “Kenapa kau memakai cadar?” tanyaku membuatnya mengerjap-ngerjap.

“Aku tidak ingin memperlihatkan wajahku pada orang lain. Aku hanya ingin kau yang melihatnya. Kau tahu kan teman-teman di kelas kita selalu menggangguku, jadi aku tidak ingin mereka jatuh cinta padaku.”

Aku tertawa, “Percaya diri sekali anda. Jika begitu, no more skinship.” kataku mengangkat kedua tanganku dan sedikit menjauh.

Jess mengangkat kedua jempolnya, “Ok.”

“Ayo masuk.” Ia mengangguk dan berjalan beriringan denganku.

“Wow, hot couple was here!” aku memutar bola mata malas pada Nic yang membuat pandangan semua orang teralih.

Second Love : The Last MessageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang