===================
Kota Moneach - 2001
===================
"Yyeeee....!!!" sorakan penonton memenuhi lapangan basket di halaman sekolah ini. Tim basket dari sekolahku memenangkan pertandingan dengan skor 20 - 18. Walau hanya berjarak 2 angka, namun pertandingan ini berlangsung dengan cukup alot. Sebenarnya aku tidak terlalu tertarik di bidang olahraga ini, mengingat bola basket ini pernah dengan sukses mendarat di muka ku. Tapi kalian pasti tau dunk alasan di balik anak sekolah ingin menonton pertandingan bola basket. Yap, apalagi kalau bukan melihat cowo ganteng primadona sekolah. Hehehe....
Aku juga terperangkap di sini dengan alasan yang sama bersama puluhan cewe sekolah lainnya. Awalnya aku hanya ikut-ikutan dengan geng-ku mengidolakan ketua OSIS sekaligus tim basket di sekolahku. Namun ada seseorang yang mencuri hatiku. Dan aku duduk di sini bukan ingin menonton permainan basket, namun mencuri pandang ke kursi penonton di seberang.
Ryan Tse, adik dari guru les bahasa Inggrisku; Kulitnya putih, dengan rambut belah tengah, postur tubuh tidak terlalu tinggi, mungkin sekitar 168cm. Sejujurnya aku mengidolakan guru lesku, namun gosip yang beredar di kelas les ku, kalau adiknya jauh lebih keren dibanding dia. Rumor itu ternyata benar ketika aku mencari tau kebenarannya. Dan dia hanya sekedar pencuci mataku di sekolah.
"Pulang yuk... ", ajak lisye sambil menyenggolku.
"Yuk, uda sore juga ", jawabku sambil mencari sosok Ryan yang perlahan menghilang dari pandangan.
Akupun berjalan pulang bersama teman satu geng ku; Chyntia, Rina dan Lisye.
"eh, kita mampir makan baso langganan kita dulu yukk, laper niih. Dah mo jam makan malam", pinta Rina. Dia yang paling manja diantara kita berempat.
"Hayuuuk.... ", sahut Chyntia dan Lisye dengan penuh semangat.
"Kamu juga ikut kan, Na?" Lisye meminta dengan nada rayuan mautnya.
"Ikut laah", jawabku sambil tersenyum getir. Bukannya saya tidak bisa menolak ajakan mereka. Namun bagiku, untuk berpikir pulang ke rumah saja bagaikan momok bagi diriku. Hubunganku dengan ibu akhir-akhir ini memang kurang baik. Aku lebih suka menghabiskan waktuku di luar rumah bersama sahabatku dibanding harus pulang ke rumah.
###############################
"Sudah berapa kali ibu bilang kalau jangan bergaul dengan anak peternakan itu!!!! Lihat kamu sekarang apa jadinya!! berani melawan orang tua. Kemana saja kamu sampe malam gini baru pulang?? Heii, kalo ditanya itu jawab, kamu mau kemana? Berhenti!! Ibu belum selesai bicara!!!"
Braakk!!! Kubanting pintu kamarku, ibuku masih berteriak memarahiku. Aku muak dengan semua ini. Di mata ibuku, apapun yang kulakukan tidak pernah benar. Ada saja hal yang kurang di matanya. Selama ini aku sudah berusaha sebaik mungkin untuk mendapatkan pengakuan darinya. Namun sekarang aku sudah muak, aku benci ibuku, aku benci hidupku. Kemarahanku meluap memuncak sampai dadaku sesak, aku berteriak kencang di balik bantalku, kemudian air mata mengalir deras membasahi pipiku. Aku kesepian, aku ingin dicintai dan diperhatikan. Aku ingin seorang pacar seperti Lisye dan Chyntia. Kadang aku iri dengan mereka berdua karena mereka ada yang peduli dan merhatiin. Bayangan Eddie muncul di kepalaku, aku menyukainya, namun aku tidak bisa, karna aku tau Rina menyukainya. Aku tidak mau ribut dengan sahabatku hanya karna cowo. Hmm..kalau begitu, siapa yah inceranku?, batinku dalam hati.
"Sebenarnya Ryan cukup ok sih", gumamku. Apa aku harus PDKT yah sama dia?
Kuraih buku kecil berisi alamat dan nomer telepon rumah teman2x sekolahku. Di antara nama-nama yang berjejer, terselip nama Ryan di situ. Well, memang kita belum berkenalan secara lansung, namun geng kita itu adalah a good stalker . Jadi problem tentang begini bisa kita cari dengan mudah. Aku mengamati nomer telepon tersebut. Haruskah aku menelponnya untuk memperkenalkan diriku? Ah sudahlah, lebih baik aku melupakan ide tersebut.
Aku memasang walkman, lagu 'Genie in a Bottle' berdendang di kedua telingaku, kututup kedua mataku mencoba untuk tidur terlelap. Dan berharap semoga apa yang kualami selama ini hanyalah mimpi buruk.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cookies Love
RomanceSemakin Shienna belajar untuk menerima kasih sayang, semakin rapuh hatinya ketika kasih sayang tersebut pergi dan hilang. Maka dari itu, Shienna berusaha untuk tidak terlalu membuka hati untuk siapapun. Namun Eddie Wyatt membuat dia kembali ingin me...