3. Teka-teki

22 6 0
                                    

Aku persilahkan untuk masuk kerumah entah sudah berapa lama dia menungguku, duduk di sofa saling menatap mata untuk mengobrol, aku sedikit merasa tegang untuk memulai perbincangan.

"benarkah kamu Erlangga yang ayahku maksud?" Tanyaku menatapnya serius

"Jangan menatap saya begitu" aku memalingkan wajahku, "ya, aku yang dimaksud" lanjutnya lagi.

"Lantas ada hubungan apa kamu dengan ayahku?". Dia hanya terdiam, dengan pose mencari jawaban.

"Kau tak perlu tahu" singkatnya, membuatku bingung.

"Mau minum apa?" Tawaranku malah membuatnya tertawa kecil, orang yang sangat aneh.

"Memang kamu bisa membuatnya? Ayahmu bilang masak air saja hangus!". Ledeknya begitu, sungguh aku malu memerah pipiku. "I..itu kan dulu"

"Pipi merah seperti Annabelle..."

"Tidak usah repot-repot, aku akan segera pergi" lanjutnya lagi. dia langsung beranjak dari tempat duduknya dan pergi begitu saja, Tidak tunggu dulu dia berbalik dan memberikan aku kartu namanya dan sebuah surat. damn you weirdo!

Tertulis nama lengkapnya adalah 'Adipati Erlangga Radeon wijaya' ada alamat dan nomer telpon. Dari namanya sudah kelihatan sekali bahwa dia orang Jawa. Aku mengambil handphone ku untuk menyimpan nomer teleponnya barangkali ada yang penting.

Orang itu tiba-tiba datang, mengenal ayahku, tahu masa lalu ku, dia siapa? dia siapa? dia siapa? -bingung aku

• • •

Hari sudah malam, aku sedang menonton TV acara favoritku kartun Adventure Time. Tiing suara notifikasi handphone ku, oh Hara yang mengirim pesan

Hara
"Ankaaaaa"

Me
"Ya ada apa?"

Hara
"Tadi kamu jalan bareng ya sama Awan?"

Me
"Ya, memang kenapa?"

Hara
"Cerita boleh ya, kamu ngobrol apa saja sama dia"

Me
"Hmmm, terlalu panjang kalau dichat"

Hara
"Ya sudah, besok saja disekolah ok?"

Me
"Ok"


Aku kembali ke kamar untuk mengerjakan PR ku. Aku melihat list tugas dan untuk besok tugas sejarah 'membuat makalah tentang Sejarah runtuhnya Vietnam Selatan dan bersatunya Vietnam'. Aku menyalakan laptopku mencari artikel-artikel dan sebagainya, dua jam berlalu akhirnya selesai dan mengeprintnya. Disamping itu ada surat, ya aku ingat itu yang tadi diberikan oleh Erlangga.

09 September
Untuk putriku

Hai, apa kabar?
Maaf ayah hanya bisa menulis surat ini, tepat hari ini 1 tahun sudah kita ditinggal oleh ratu kita, ibumu. Ayah berharap kamu bisa ikhlas dan bangkit kamu harus kuat seperti ibu dulu, kamu harus sukses melebihi ayah dan ibu. Ayah menaruh harapan penuh padamu, ayah tidak menuntut untuk menjadi seperti ayah. Jaga kesehatan kamu, maaf kalau ayah jarang pulang atau sekedar segi jalan jalan sama kamu.

I love you, my daughter!

Lutut ku lemas, tangis tak terbendung lagi. Andai waktu bisa diputar kembali aku ingin menghabiskan waktu ku bersama kedua orang tuaku, terkadang aku iri kepada mereka yang masih mempunyai orang tua kadang juga mereka sempat marah kepada orang tua, pesanku tunggu saja tanggal mainnya dimana kamu akan rindu serindu rindunya.

Aku terlelap dalam tidur sunyi rumah ini membuatku semakin nyenyak. Rangkaian mimpi-mimpi telah menghujani begitupun angin malam yang sangat menyejukkan hati.

• • •

Aku merasa badanku tidak enak badan saat terbangun tadi. Hari ini tidak masuk sekolah dulu lah -rasanya.

Seharian aku hanya tidur-makan sedikit belajar, entah mengapa hari ini aku sedang malas untuk melakukan apapun tiba-tiba bel rumah berbunyi ku lihat dari balik jendela ternyata Awan, Awan datang membawa makanan dan beberapa catatan pelajaran dikelas. "Kamu kenapa nggak masuk sekolah tadi?" Tanya awan gelisah,

"Nggak apa-apa, lagi nggak enak badan aja" kekhawatiran terlihat dari raut wajahnya.

"Yaudah kalo gitu, ini ada titipan dari bunda" aku mengambil rantang yang pastinya isinya sudah pasti enak. Awan menemaniku sampai malam sekalian dia menanyakan beberapa pr-nya padaku.

Triiiiing.... Bel rumah berbunyi, siapa yang bertamu malam-malam begini. "Biar aku aja yang buka pintunya" Awan segera bangkit dan membuka pintu, betapa terkejut ia saat membuka pintu muncul wajah seorang Erlangga disana, "mau ngapain kesini?" Awan melontarkan pertanyaan dengan nada tidak sukanya, mukanya juga terlihat garang. "Saya ingin bertemu Anka" jawab Erlangga

"Anka sedang sibuk" seraya menutup pintu namun ditahan oleh Erlangga, "saya tahu dia sedang tidak sibuk!" dengan nada sedikit keras, Erlangga memaksa masuk alhasil Awan memukulnya sampai ia terjatuh. Karena ada suara bising di depan pintu Anka pun menghampirinya. Erlangga tidak membalas pukulannya, dengan santainya ia bangkit dan menatap Anka, "kita bicara besok saja" lalu ia pergi dengan mobilnya.

Aku memasang wajah marah pada Awan, aku tidak suka cara kasarnya itu. "Dia datang kesini baik-baik, kenapa kamu begitu kasar"

"Aku nggak suka sama dia, aku minta kamu jauh-jauh dari dia, ngerti?" Awan marah balik kepada ku. Terkadang dia seperti anak kecil masih labil dan tidak mau kalah ego-nya. Itulah yang sering membuat kami berdua bertengkar tidak ingin mengalah satu sama lain, dari kecil kami bersahabat pun seringkali bermusuhan. Awan akhirnya berpamitan pulang karena hari sudah larut, aku masih sedikit marah padanya. Menambah badmood saja kalian berdua -gumamku sebal

Jam sudah menunjukkan pukul setengah dua pagi, tapi insomnia datang kali ini, tapi aku malah memikirkan Erlangga sekarang, sepertinya dia orang berada dari pakaian ia saat datang tadi menggunakan setelan suit sangat cocok dengannya seperti orang kantoran atau seorang direktur.

Jika memang benar apa urusannya denganku, lagi pula dia juga sudah punya pasangan, sepertinya. Sudah jam segini lebih baik aku tidak tidur sekalian, menambah pikiran saja aku muak benar benar muak dengan kehidupan ini. Kenapa tuhan tidak sekalian saja mencabut nyawaku agar aku bisa bersama ayah dan ibu.

Andai waktu bisa diulang kembali, tapi itu mustahil

aku turun ke bawah untuk mengambil air minum dan merapikan ruang tamu, ada surat didekat pintu utama sepertinya ini punya Awan; (dari penggemarnya) ya Awan memang orang yang famous gimana tidak dia itu anak basket, wajahnya yang lumayan, tinggi, dan kulit yang sawo matang. Tapi ia selalu menghiraukan surat-surat dari cewek yang suka padanya, alasannya karena mereka semua terlalu berlebihan dan genit. Aku membuka surat itu, aku mengernyitkan kening ku.

"jangan terus berandai-andai An.
kamu harus bangkit dan buktikan.
buktikan kalau kamu itu kuat.
kamu bukan seorang gadis lemah.
lupakan sementara sedihmu."

-lang

owh, ternyata dari Erlangga kapan dia menaruhnya disini rasanya tadi langsung pergi begitu saja. terdengar suara deruman mobil dari luar rumah segera aku membuka pintu, benar saja Erlangga baru menaruh surat itu tapi untuk apa melakukannya malam malam begini? aku jadi ragu dengannya, Tapi terimakasih.

a/g : kritik & saran silahkan komen
Vote untuk mendukung cerita ini lebih lanjut!

ANKAVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang