Jangan pernah melakukan hal bodoh lagi! Ingatlah, dunia masih membutuhkanmu. Bangunlah dan buka matamu. Sambut harimu dengan senyum dan lupakan masa lalu ...
-Bulan Latifa Syakira
💔
Aku merentangkan kedua tanganku begitu kutegakkan tubuhku dan duduk bersila. Silauan matahari masuk melalui sela-sela gorden putih di pintu kamar yang membawaku ke kolam renang. Sebuah senyuman kucoba berikan untuk pagi ini tanpa ada orang lain di sisiku. Hanya aku sendiri yang ada di rumah besar ini.
Aku menurunkan kakiku dan duduk di pinggir kasur yang berhadapan langsung dengan kain gorden tipis yang berdiri tegak tanpa bergerak. Aku kembali menarik senyumku hendak menyambut hari dengan baik. Aku bangkit dari dudukku dan melangkahkan kaki ke arah pintu kaca besar itu dan membuka gordennya selebar mungkin. Sinar matahari sepenuhnya masuk ke dalam kamarku. Aku menggeser pintu itu untuk membukanya dan menghirup udara pagi yang segar. Senyum kembali tertarik di bibirku saat kusadari bahwa pagi ini cukup baik untukku.
Lagi-lagi aku mencoba tidak mengingat masa lalu yang akan menarikku pada kejadian kemarin. Aku harus yakin pada diriku bahwa aku bisa kembali baik-baik saja. Aku akan menjalani hidup dengan baik dan pasti akan ditutup dengan indah.
Aku melangkahkan kakiku ke dalam kamar dan membuka lemari. Meraih jubah handuk berwarna salem kesukaanku. Aku berputar dan melangkah keluar kamar melalui pintu yang membawaku ke dapur dan juga ruang keluarga. Aku berjalan ke arah pintu kaca dengan meletakkan jubah handukku di atas sofa depan televisi ruang keluarga dan membuka gordennya lebar-lebar. Sejauh ini, aku cukup baik dan tidak mengingat masa lalu. Ah, lebih tepatnya, aku mencoba tidak mengingat masa lalu.
Aku membuka pintu kaca itu lebar-lebar. Lalu kaki ini melangkah ke arah dapur dan langsung membuka lemari pendingin. Mengeluarkan secarik kantong teh dan meletakkannya di atas mangkuk yang terlungkup meja mini bar. Lalu aku menekan tombol power pada pemanas air. Dengan lincah pula aku bergerak ke sana ke sini menyiapkan sarapan pagi untuk diriku sendiri. Walaupun rasanya lain dari rasa saat aku di Paris dulu dengan hati yang berbunga, tapi ini cukup untukku. Aku akan terus mencoba membawa kebahagiaan dalam hidupku.
Aku membuka lemari di atas kepalaku. Lalu kuraih sekantong roti tawar dan mengeluarkannya lalu meletakkannya di atas meja mini bar. Hanya itu meja makan satu-satunya yang ada di rumah ini. Dan letaknya tepat di depan pintu kamar yang kutempati.
Aku hendak melangkahkan kakiku kembali ke lemari pendingin, tapi langkahan itu terhenti saat kudengar dering telepon di rumah ini. Aku tidak tahu di mana letak telepon di sini. Tapi sebuah benda pipih mencuri perhatianku yang sedang menyala. Di layarnya tertulis nama Pria Nakal di sana dan pantulan diriku muncul di sana.
Ipad siapa itu?
Itulah pertanyaan yang terngiang dibenakku. Aku tidak memperhatikan benda itu ada di sana. Dan ... Danish pun tak mengatakan bahwa ada ipad di dapur atau pun di rumahnya ini. Nda dering itu berhenti. Aku menghembuskan napas lega karena tidak perlu mempedulikan benda pipih itu. Kakiku kini kembali melangkah ke arah pendingin es. Kuambil sebatang daun selada, daging asap beku, saus, dan mayones. Lalu saat aku hendak menutup lemari pendingin itu, kembali suara dering terdengar. Aku melangkahkan kakiku ke arah meja mini bar itu. Di sanalah benda pipih itu terletak dengan penyangga yang membuat ia sedikit berdiri.
Kulirik layarnya yang menunjukkan pantulan tubuhku dan nama yang sama. Pantulan itu menunjukkan bahwa sedang ada panggilan video call di sana. Dengan sedikit ragu aku mencoba menggeser tanda hijau di layar itu. Dan ...
KAMU SEDANG MEMBACA
Friend of Life and Death #Wattys2019
Roman d'amourHidupku sangat menyedihkan. Aku tak tahu kapan happy ending menghampiriku. Awalnya sih, hidupku baik-baik saja bersama Bumi kekasihku. Ah! Lebih tepatnya cinta pertamaku. Aku tidak tahu apa yang terjadi selama aku di Paris. Aku ke sana karena hendak...