Shalma Arrabelle Dasilva

91 11 1
                                    

Setelah turun dari angkot, Shalma berjalan tergesa-gesa untuk sampai di kelasnya. Jarum pendek di jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan mulusnya menunjuk ke hampir pada angka tujuh dan jarum panjang menunjuk di tengah-tengah antara jam sebelas dan jam dua belas.

Shalma terlambat!

Meskipun bel belum berbunyi tapi dia sudah menganggapnya terlambat karena biasanya ia berangkat pukul setengah tujuh lebih lima.

Di tambah lagi, pelajaran pertama adalah pelajaran Bu Dewi. Guru itu akan masuk tepat setelah bel berbunyi.

Sampai di kelas, Shalma duduk dan mengipasi wajahnya yang penuh dengan keringat menggunakan telapak tanganya.

Nafasnya ia atur supaya tidak ngos-ngosan dan bisa mengikuti pelajaran Bu Dewi dengan khidmat.

Pingkan-teman satu bangkunya yang sedang bergosip ria dengan temanya ketika melihat Shalma sudah datang, dia langsung balik ke tempat duduknya.

"Tumben berangkat siang," celetuk Pingkan ketika dirinya sudah duduk disamping Shalma.

"Semalem gue maraton drakor sampe jam dua lebih, jadi kesiangan deh" ucap Shalma.

Setelah itu, guru mapel masuk dan melanjutkan materi yang kemarin terjeda karena jam pelajaran habis.

Shalma memperhatikan penjelasan Bu Dewi dengan seksama. Ia juga dengan gamblangnya menjawab pertanyaan yang di ajukan Bu Dewi untuk para muridnya.

Lain halnya dengan Shalma, pingkan justru asyik menikmati mimpi indahnya. Sepertinya dia mimpi bertemu Sehun sampai-sampai pulas sekali tidurnya.

***

Tiga jam berlalu, tepat pukul sepuluh bel istirahat dibunyikan membuat para murid berhamburan keluar kelas untuk melakukan aktivitasnya masing-masing. Entah itu ke taman, ke perpustakaan, ke mushola atau ke kantin. Jika Shalma, ia tentu pilih opsi ke empat. Pergi ke kantin yang tentunya bersama Pingkan.

Sampai di kantin, Shalma duduk disalah satu kursi dekat penjual bakso kuah yang terkenal akan keenakanya. Namun kali ini Shalma tidak akan memesan itu, dia lebih memilih memesan siomay. Pingkan pun begitu. Jadi Shalma menitip saja kepada Pingkan. Lebih menghemat tenaga dan tak perlu berdesak-desakan.

Sambil menunggu Pingkan yang sedang mengantri siomay, Shalma menyibukan dirinya dengan membuka ponselnya dan membuka aplikasi instagramnya. Seperti sudah menjadi hobi, Shalma stalking instagramnya Chanyeol yang merupakan salah satu biasnya dan sudah dia anggap sebagai suaminya sendiri.

Sedang asik stalking instagram sang suami, tiba-tiba suara gebrakan meja membuat fokus Shalma teralihkan. Refleks Shalma mematikan ponselnya dan langsung menoleh ke arah suara itu berasal seperti yang dilakukan pengunjung kantin yang lainya.

Dari stand penjual siomay, Pingkan berlari sambil membawa nampan berisi dua piring siomay. Sesampainya di kursi, ia langsung duduk dan melihat ke sumber suara, sama seperti Shalma.

"MAKSUD LO APA, NGATA-NGATAIN GUE JALANG DI DEPAN TEMEN-TEMEN LO!" Seru gadis berseragam ketat sambil menunjuk wajah gadis berkuncir kuda yang ada didepanya.

Gadis berkuncir kuda yang Shalma tau bernama Kinta itu berdiri seperti tidak ada rasa takut ketika menghadap Viona, gadis yang tadi sempat menggebrak meja dan menujuk Kinta.

"Gue ngomong fakta kok" ucap Kinta kelewat santai sambil bersidekap dada.

"Gue liat lo di club sama om-om. Dibayar berapa lo, sampe mau nemenin dia!" Sarkas Kinta.

"Menurut gue, kalo nggak tau mending diem. Daripada banyak bacot tapi sok tau!" Viona mengeluarkan smirknya yang membuat Kinta semakin geram.

"Oh ya, kalo lo liat gue di club. Berarti, lo lagi disana dong?" ucap Viona dengan ekspresi pura-pura terkejut. "Ngapain lo disana? Mau nemenin om-om juga?!" Lanjut Viona.

ShalmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang