CHAPTER 1

24 0 1
                                    

Aku tidak akan pernah menuntut tanggung jawab dari mu, hanya izinkan aku menjaga dan menemanimu, kesalahanmu aku  maafkan”

“Hei bodoh berhenti bertingkah menjijikkan seperti itu, kamu pikir aku homo? Dan lagipun, darimana kamu belajar kalimat sok romantis seperti itu? Tidak pantas keluar dari mulut mu”

                “Hahaha, kamu beruntung. Hanya padamu aku berkata seperti ini, diluar sana banyak para gadis yang akan jatuh pingsan jika aku mengatakan kalimat seromantis ini pada mereka”

                “Nah kalau begitu, sadar bodoh, aku tidak tahu terjedot dimana kepala mu sampai bisa error begitu. Berhenti mengucapkannya padaku, aku bukan homo sepertimu”

                “Dan akupun demikian, bukan homo, kau sadar itu. Tapi aku tidak mau tahu, kau harus tetap bersamaku”

                “TIDAAAAAAAAKKKKKK”.  Azan teriak keras, terbangun akibat mimpi buruknya. Mimpinya barusan adalah mimpi paling aneh sepanjang hidupnya. Azan merinding mengingatnya, sekaligus merasa jijik karenanya.

                “Azan....., Kenapa sayang? Teriak begitu . Kamu mimpi apa sayang?” Seru neneknya yang datang terburu-buru karena mendengar teriakan cucunya.

                “Ia nek, Azan mimpi buruk, mimpinya aneh, sangat aneh dan memalukan”. Azan berucap sambil menerima sodoran air minum dari tangan nenek.

Nenek mengusap kepala cucunya, duduk di tepi kasur dan memijat pundak azan sedikit.

                “Mimpi itu bunga tidur, setiap orang mengalaminya, semua orang berharap akan mengalami mimpi yang indah. Tetapi terkadang mimpi buruk yang hadir, nah biasanya mimpi buruk datang ketika kita lupa berdoa dan meninggalkan kewajiban kita sebagai mahluk Allah. Azan sudah sholat isya nak?”. Nenek bertanya kemudian.

                “Ya Allah, Ampuni aku Ya Allah. Maaf nek, Azan tadi tertidur sampai lupa menjalankan kewajiban Azan”

                “Tidak apa-apa nak, Nenek tahu kamu pasti merasa capek saat menuju kesini, karena itu nenek tidak tega membangunkanmu tadi. Asal jangan keseringan.  Sholat itu harus dikerjakan diawal waktu. Sekarang sudah pukul 11 malam, pergi ambil wudhu nak, laksanakan kewajibanmu, nenek akan pergi beristirahat” Tutup nenek sambil beranjak dari duduknya.

Baik nek” Ucap Azan bergegas bangun sambil mengambil sarug dari sebelahnya. Ketika nenek hampir keluar dari kamar tiba-tiba Azan berseru, “Nek, apakah setiap mimpi dalam tidur itu akan menjadi kenyataan?” tanya nya kemudian.

                “tidak nak, nenek pernah bermimpi terbang di atas awan bersama kakekmu, tapi sampai sekarang nenek belum pernah terbang, naik pesawat saja nenek tidak berani. Tapi beberapa mimpi benar-benar terjadi di kehidupan nyata”. Ucap nenek sambil tersenyum.

Azan hanya membalas senyuman nenek tanpa bertanya hal yang lain lagi. Mimpi nya tadi masih mengganggu pikirannya. Dia segera pergi menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Setelahnya Azan sholat di ruang tengah, berdoa kemudian berharap semoga mimpi jeleknya tadi hanya sekedar mimpi.

Suara ayam jantan berkokok masih terdengar beberapa kali, ayam betina dan anak-anaknay sudah keluar dari kandang bersiap mengais makanan hari ini. Jangkrik-jangkrik pun sudah kembali ke sarangnya untuk beristirahat setelah capek bernyanyi sepenjang malam. Sedangkan di atas, langit malah mendung ditutupi awan tebal yang menjadikan sinar matahari belum tampak sedikitpun.

Azan sudah bangun sejak pukul 04.00 tadi, kakek yang membangunkannya untuk ikut sholat shubuh berjamaah di masjid . Jarak masjid sangat dekat dari rumah kakeknya, hanya berselang satu lorong. Karenanya Azan tidak terlalu susah untuk diajak ikut sholat berjamaah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 28, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AzanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang