70. Helm

827 72 19
                                    

"Timothee!"

"yes, senorita?"

Yena mengerjapkan mata. "Duh, kalo kamu yang ngomong, jadi berasa princess gitu kenapa ya?"

Timothee ketawa ganteng, udah biasa dengan kelakuan Yena yang ajaib.

"Haha. Jadi mau nebeng ke depan?" Tanya Timothee, yang dimaksud adalah sekretariat senat. Tempat bernaungnya Yena sehabis kuliah.

"Mau. Kamu balik juga?"

Yena ngomong aku-kamu karena kebawa sama Timothee, temen blasteran pertamanya jaman ospek itu.

Dulu Yena takut mau negur, soalnya mukanya bule banget. Bahasa Inggris Yena anjlok soalnya.

Walaupun Timothee di Sastra Korea dan Yena di Sastra Jepang, mereka masih keep in touch.

Dulu Yena hampir kepincut Yohan (anak Sastra Korea juga) tapi disaranin jangan sama Timothee, gara-gara Yohan sana-sini ada ceweknya.

Padahal Yohan temen se-genk nya Timothee.

"Mau nyamperin orang, tapi aku anterin kamu dulu."

"Baik banget! Huhu. Nyamperin siapa tuh?" Tanya Yena.

"Ada deh. Hehe."

Yena pun ikut nebeng motornya Timothee, yang juga gede kayak punya Hyunsuk.

Tapi, ada dua perbedaannya.

Satu, motor Timothee warna putih.

Kedua, Yena waktu naeknya cantik alias nggak pake ngomel.

"Eh, Kamu diajar pak Hongki nggak?"

"Apa?" Yena memajukan badannya, biasalah di motor suka mendadak budeg.

"Pak Hongki. Diajar nggak?"

"Ooooh. Iya dong! Seru banget sama beliau..."

Tin

Tin

Yena mau menolehkan kepalanya ke belakang, cuma karena helm punya Timothee kegedean jadi rada mager gitu.

"Kenapa ya?" Heran timothee.

"Nggak tau tuh, rese...."

Tin!

Timothee memelankan motornya.

Yena melihat sesosok familiar diatas motor pake helm fullface, herannya Yena tetep tau itu siapa.

"Jaketnya, mbak..." katanya dengan nada datar.

Yena otomatis ngeliat jaketnya, emang bener sih hampir jatoh.

"Jaket kamu, Yen!" ulang Timothee.

"Iya, aku...."

"Sembrono amat." Kata seseorang itu, lalu melaju cepat begitu saja.

Timothee mengernyit. "Kenal, Yen?"

"Nggak." Jawab Yena cepat.

"Tapi dia pake jaket BEM? Biasanya kamu kenal."

"Gak tau, ketutupan helm."



***




"Yena dianterin pacar ya, ahai!"

"Kamu kok nggak mikirin perasaan abang sih, Yen!"

Siapa lagi kalau bukan Changbin dan Bangchan yang bercicit.

bubbles | ft. 99 liners [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang