"Awas!!"
Seru sebuah suara dari arah belakang.
Kelima lelaki yang merasa kata-kata tersebut ditujukan kepada mereka, lantas menoleh sekaligus memutar balikkan tubuhnya ke sumber suara.
Untuk sesaat, kelima lelaki itu terpaku dengan apa yang mereka lihat.
Di sana, seorang gadis cantik berdiri. Bertubuh kecil, tidak terlalu pendek—terkesan imut— sangat menggemaskan, berambut panjang berwarna pirang bergelombang, sangat pas untuk ukuran tubuhnya yang mungil. Wajahnya cute dengan alis tebal alaminya, matanya lebar tapi tidak belo, bibir tipis berwarna merah muda, serta pipi yang berisi namun tidak cubby.
"Ekhem!!"
Gadis itu berdehem, guna menyadarkan mereka dari keterpakuan.
Sontak, kelima lelaki itu salah tingkah dibuatnya meskipun hanya berdehem kecil guna menstabilkan gelagatnya.
"Eh? Hm... anak baru, ya?" Tanya salah satu diantara kelimanya, Graha.
Gadis itu diam, tidak berniat untuk menjawab pertanyaan tersebut.
"Eh, kalo di tanya sama kakak kelas jawab dong!" Seru yang lainnya, Fakee.
Diantara kelimanya, Fakee ini adalah orang yang paling emosional. Berbeda dengan Graha yang terkesan friendly.
"Penting?" Tanya gadis itu dengan congkaknya.
Seketika, koridor yang mereka tempati mulai ramai oleh siswa-siswi yang haus akan kekepoan.
"Eh, Lo anak baru gak sopan, ya?!" Tanya Fakee yang sudah tersulut emosi.
"Sopan gak 'nya gue, masalah buat Lo? Kalaupun masalah, enggak ngaruh juga 'kan di hidup Lo? Kenal juga nggak, udah ngurusin hidup orang aja!" Pungkas gadis itu sarkas.
Sontak, orang-orang yang menyaksikan adegan tersebut, dibuat tercengang dengan apa yang gadis itu ucapkan.
"Lo-"
"Adik manis, ngomongnya yang sopan ya? Kita senior di sini." Ucap Graha, menghentikan Fakee yang sudah siap dengan kata-kata umpatannya.
"Iya, cantik. Gak pantes loh, gadis cantik omongannya kayak cabe." Ucap Liam, salah satu diantara kelimanya.
"Itu pujian atau apa?" Tanya gadis itu setengah geram."Eh- ya, ya pujian." Jawab Liam gugup.
"Yaudah, minggir!" Tutur gadis itu dengan nada perintah.
"Lain kali, kalo jalan gak usah nguasain tempat! Kayak koridor punya nenek moyang kalian aja! Semua murid yang sekolah di sini juga bayar. Pengen jalan jadi terhambat gara-gara kalian. Udah jalannya lelet kaya siput, lagi." Ucap gadis itu ketika kelima lelaki tersebut memberikan jalan untuknya lewat.
"Sampah masyarakat, tau gak?!" Pungkas gadis itu sarkas.
Dan kata-kata itu, menjadi akhir dari percakapan antara gadis itu dan kelima lelaki tersebut.
"Wagelaseh!!! Kalo ada si maung habis tuh bocah" ucap Arki.
"Lo yang habis, ngatain dia, bego!" Timpal temannya, Irfan, sambil menoyor kepala Arki yang suka ceplas-ceplos.
"Bubar, kalian!!" Teriak Fakee kepada siswa-siswi yang mengerumuni dirinya dan juga teman-temannya.
Mendapatkan bentakan dari Fakee, membuat semuanya bubar karena tidak ingin berurusan dengannya dan berakhir mendapatkan masalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Klairia [SlowUp]
Teen FictionUang? Apa yang terlintas di pikiranmu ketika mendengarnya? Bagi seorang Klairia hidup ini terlalu simpel, asal ada uang, semua masalah selesai. Sombong? Tentu! Bagaimana tidak sombong kalau sejak kecil dirinya tidak pernah mendapatkan kesusahan sama...