Bab 25

880 107 1
                                    

Mungkin Ayah Yoona sudah belajar banyak dari kesalahannya di masa lalu, lelaki itu mulai bersikap hangat terhadap putri satu-satunya. Ia bahkan memilih untuk tidak pergi bekerja demi menemani Yoona berkeliling-keliling Busan.

Seperti siang itu, mereka berdua berdampingan menyusuri Oryukdo Skywalk dan menikmati pemandangan yang membelah Laut Timur dan Laut Selatan.

"Appa, kau harus makan lebih banyak lagi. Appa menjadi jauh lebih kurus dari terakhir kali kita bertemu." Yoona mengalungkan syal di leher ayahnya. "Sebentar lagi musim dingin tiba, jangan lupa memakai pakaian tebal."

"Yoona, kaulah yang mesti makan banyak. Lihatlah dirimu." Ayahnya menjawab prihatin.

Yoona tersenyum. Ia sadar penyakit leukemia yang dideritanya telah membuatnya banyak kehilangan berat badan----tak peduli berapa seringnya ia makan. "Jangan khawatirkan aku, Appa. Aku tak mau menjadi gemuk. Itulah kenapa aku sedang giat berdiet beberapa hari ini." Yoona berdusta.

"Omong kosong. Mengapa kau mesti berdiet segala? Kau itu sempurna, Yoona...." Ayahnya menatap heran. "Tunggu dulu, apa kau sedang sakit? Mukamu menjadi jauh lebih pucat." Ia bertanya curiga.

"Appa," Yoona memeluk lengan ayahnya untuk mengalihkan pertanyaan pria paruh baya tersebut, "apakah kau sering mengingat eomma?"

Ayah dan anak itu mulai berjalan pelan di atas jembatan kaca tembus pandang tersebut.

"Setiap hari. Ayah selalu merindukan mendiang ibumu."

"Mengapa Appa tak menikah lagi saja? Aku yakin ada banyak wanita yang ingin sekali diperistri oleh Appa. Appa membutuhkan seseorang yang bisa merawat Appa."

"Apa kau tak bisa merawat Appa? Aku adalah satu-satunya ayahmu, Yoona."

Angin berhembus cukup kencang dan hampir menerbangkan topi Ascot cap yang dikenakan oleh ayahnya. Yoona tersenyum. "Tapi Appa butuh seorang istri dan aku..."

"----Dan kau akan segera menikahi seseorang serta memiliki keluargamu sendiri." Ayah Yoona berhenti melangkah. "Ceritakan tentang pacarmu. Apa dia benar-benar seorang lelaki yang baik?"

Yoona mengangguk bangga. "Ya, dia adalah seorang lelaki yang sangat baik. Malah, dia adalah lelaki terbaik dan paling sempurna yang pernah aku kenal." Yoona tersenyum penuh perasaan rindu ketika wajah tampan Taehyung terbayang di benaknya. "Hatinya begitu luar biasa. Dia selalu melakukan apa yang bisa dia lakukan untuk membuatku bahagia. Dia menjadikanku sebagai bumi dan langitnya. Dan cintanya begitu menakjubkan sehingga aku tak bisa membayangkan ada kebahagiaan yang lebih besar dari yang kurasakan saat ini."

"Ketika Appa pertama kali bertemu dengan pemuda itu, Appa tahu dia memang anak yang sangat baik." Ayah Yoona mencoba mengingat seorang remaja belia yang telah menolong istrinya lebih dari sepuluh tahun lalu. Kemarin malam Yoona sudah memberitahunya mengenai Kim Taehyung dan apa arti lelaki itu baginya dan juga bagi keluarga mereka.

"Semua ini adalah takdir, Yoona. Kau memang sudah ditakdirkan untuk bertemu dengannya." Ayah Yoona menepuk-nepuk punggung tangan putrinya yang cantik jelita dan berhati lembut itu. "Jika kau mencintainya dan dia juga membalas cintamu, dan jika dia memperlakukanmu dengan sangat baik, tak ada alasan bagiku untuk tidak berbahagia. Sampaikan pada kekasihmu bahwa Appa memberikan kalian restu untuk menikah. Ajaklah dia ke Busan. Ayah ingin sekali mengobrol-obrol dengannya."

Kebahagiaan yang dirasakan Yoona saat mendengar jawaban ayahnya terasa begitu sempurna. "Appa, terimakasih. Aku benar-benar bahagia." Kedua matanya berkaca-kaca penuh rasa haru.

Ayah Yoona tersenyum. "Appa ingin tahu kapan si Kim Taehyung ini akan datang melamar puteriku tercinta. Aku takkan pernah membiarkannya mempermainkan dan memanfaatkanmu saja."

Then I Met You (Vyoon ff) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang