1

18 4 0
                                    

"Perjalanan akan terasa indah bila kita mampu menikmati setiap jengkal perjalanan. Tak peduli apa hasil yang di dapat. Karena proses tak akan terulang dua kali tapi hasil bisa terulang dua kali bahkan lebih."
.
.
.

Menikmati masa-masa SMA yang terkesan biasa-biasa saja sungguh membuatku bosan akan rutinitas setiap harinya. Prestasi yang kian menurun tak membuatku bangkit, justu membuatku semakin malas.

Entah mengapa kelas 11 ini aku lebih suka berorganisasi daripada berkutat pada pelajaran yang sudah asing bagiku. Rasanya ingin aku akhiri pembelajaran ini. Lebih baik nongkrong di perpustakaan sekadar membaca buku di sana.

Semester 2 aku lebih sering keluar kelas. Menghabiskan waktu untuk berorganisasi. Tak ku hiraukan ketika kakak kelasku bercerita masa-masa perjuangan UN, SNMPTN, SBMPTN, maupun SM. Belum saatnya aku memikirkan itu, pikiranku yang sedikit nakal.

"Semangat ya Ly, kamu pasti bisa di terima di UGM seperti mas Diaz."

Kata-kata itu seakan menjadi cambuk bagiku. Jujur, 5 tahun silam aku sering diajak ke maskam oleh tetanggaku. Sekadar bermain dan mengaji di sana.
"Sering main di UGM semoga besok jadi mahasiswa sini ya."
Kata-kata tetanggaku menjadi sumbu bagiku dan saat itu juga aku berniat masuk kampus yang menjadi favorit banyak orang, UGM. Namun, semenjak aku menginjakkan kaki di kelas 11 impianku seakan mulai pudar tanpa adanya kobaran semangat yang membakar jiwaku.

Aku terdiam cukup lama sebelum akhirnya aku menjawab bulekku.

"A..A..miin... Diaz mah udah pinter bulek, mana mungkin dia gak keterima. Oiya, dia les gak sih bulek?"

"Dia berusaha SBMPTN lho soalnya SNMPTNnya gak diterima gara-gara jurusan yang diambil itu terlalu tinggi.  Setiap hari makanannya soal terus dia, sampek bosen bulek lihatnya."

"Wahh, pantesss kalau gitu. Rajin gitu mana mungkin nggak lolos SMBPTN. Di UGM pula."

"Mas Diaz nggak pernah les. Cuma dia ikut les gratis di UGM. Setelah melewati beberapa kali tes, dia keterima."

"Waduhh, rasanya pengen ikut juga bulek lesnya."

"Kamu pasti bisa kok." Bulek tersenyum lebar seperti menyakinkan diriku bahwa UGM harus aku taklukan.

"Ly, udah buka puasa nih, bantuin bagiin snack ya." Tiba-tiba suara Giska memecah percapakanku dengan bulekku.

.......................................................

Tiap hari aku menjalani masa-masa di SMA lagi-lagi dengan biasa saja. Kata orang masa-masa SMA itu istimewa, tapi tidak bagiku. Setelah aku dinyatakan naik kelas tiga SMA aku berusaha memperbaiki kesalahanku di kelas dua.

Aku menjalani semester lima ini dengan sedikit santai. Tak ada semangat lagi seperti dulu ketika aku masuk SMA. Belajar hanya ketika ada pr saja. Satu hal yang paling membuatku lelah adalah mengerjakan tugas kelompok sendirian tanpa ada yang membantu.

Aku benar-benar lelah dengan semua itu. Sampai-sampai aku merasa bahwa aku sepertinya tertekan dengan keadaan di kelas 2 dan 3 ini. Lagi-lagi nilaiku selalu turun. Aku sudah tidak nafsu belajar lagi. Prestasi yang ingin aku jaga selama ini berantakan.

Sampai suatu hari di mana aku harus sadar bahwa impian itu harus diperjuangkan.

"Aku harus bisa masuk UGM." Batinku kala teman-teman sudah mulai membicarakan akan ke mana mereka sekolah selanjutnya.

Saat istirahat aku selalu pergi ke perpus. Mengobrol bersama petugas perpus sampai-sampai aku yang notabene kelas tiga ini mau fokus belajar disuruh menjadi ketua relawan perpustakaan. Jdeeerrrr.

"Jangan saya dong bu, yang lain saja. Saya kan sukanya jadi yang di belakang."

"Dahh kamu aja ly, kita semua ndukung kamu jadi ketuanya. Setuju gak temen-temen?" Temen kelasku tiba-tiba menyeletuk begitu.

"Nah, iya tuh kamu aja. Temen-temen aja percaya sama kamu." Mahasiswa UIN yang sedang magang di perpusku ikut bersua.

Aku diam. Rasanya ingin sekali aku mengatakana iya, tapi bagaimana aku bisa? Selama ini aku selalu rajin ke perpus gara-gara aku tak ingin menghabiskan waktuku di kelas yang brisik dan mainnya suka geng-gengan. Maka dari itu ketika waktu luang aku sering pergi ke perpus. Sekadar nonton tv, membaca novel, atau bergurau bersama petugas perpus, bu Wati.

"Ya sudah deh, tapi ketuanya gak cuma satu ya. Nggik, kamu jadi ketua 2 ya? Harus mau dan gak boleh nolak."
"Siap bu bosss."

"Gitu dong. Bentar lagi akreditasi perpus lho, tenaga kalian bener-bener di butuhkan."

"Siappp bosss."

***

Sudah banyak kegiatan yang aku jalani di perpus bersama teman-teman. Ketika banyak tugas yang kadang membuatku sedikit stress aku pergi ke perpus. Mengobrol tentang ini dan itu.

Ada satu agenda yang belum terlaksanakan kala itu. Study Relawan Perpustakaan. Rencana kami ingin pergi ke grahatama pustaka lalu ke SMA N 2 Bantul yang juara perpus nasional lalu ke tempat wisata dan sebelum pulang mampir ke rumah makan.

Setelah beberapa kali mengajukan proposal ke kepala sekolah akhirnya di setujui. Bu Wati sangat mengupayakan agenda itu karena relawan perpus sudah membantu akreditasi perpus yang sedikit menguras waktu, tenaga, dan perasaan.

Study relawan perpus di adakan tepatnya hari Rabu. Aku dan teman-teman kelas yang ikut relawan perpus sangat senang karena hari rabu adalah hari di mana semua mata pelajaran peminatan.

"Akhirnya menghindari guru killer deh.." Celetuk temen satu kelasku.

Ku jalani setiap agenda perpus dengan senang hati. Tak ada rasa bosan ketika aku berkutat pada perpustakaan. Melihat buku-buku yang berjajar rapi di sepanjang rak. Terlihat begitu menyenangkan.

Agenda terakhir telah usai. Di mana sekarang aku harus kembali pada rutinitasku sebagai seorang pelajar. Berkutat pada soal yang rumit dan kadang melelahkan.

...............................................................

Gimana-gimana??? Jelek ya? Gak nyambung ya? Untuk itu minta kritik dan sarannya ya untuk kelanjutan ceritanya biar lebih baik lagi.
.
.
Btw, pengen tahu kelanjutan perjuangan Sherly mewujudkan mimpi-mimpinya yang banyak sekali tekanan dan berbagai kontra?
.
.
Jangan lupa vote and comment ya..

Ini true story yang sedikit aku bumbui..hehehe

Salam hangat dariku

Annisa

Segaris Cahaya ImpianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang