8. Em.. me?

1K 55 4
                                    

"Guys! Minta perhatiannya sebentar dong." Pinta Zico kepada teman kelasannya. Akhir tahun ajaran, dimana semua murid kelas 12 di seluruh sekolah sedang dalam tahap tegang-tegangnya. Ya, mereka akan menjalankan ujian terakhir di masa sekolah, yaitu ujian nasional. Tetapi, mereka harus menyelesaikan ujian praktik dan ujian sekolah terlebih dahulu.

"Dua minggu lagi ujian praktik. Ini beberapa rincian yang harus kalian penuhi di setiap mata pelajaran." Zico menjelaskan sambil membagikan kertas informasi.

Semua anak kelasan mendadak lesu dan cemas.

"Co, ini kertas gaada yang lebih menarik apa?" Theo menyeletuk sambil melambai-lambaikan kertas di tangannya.

"Lu mau semenarik apa sih Yo?" Tanya Manu yang duduk di sampingnya.

"Semenarik dangdutan di pasar malem deket rumah gue." Celetukan Theo membuat seisi kelas tertawa.

"Sa ae lu tinta cumi!" Balas Edi.

"Bah upil ucok banyak tingkah!" Balas Theo tak mau kalah.

"WOI NAMA BAPAK GUE WOI!" Teriak Wawan dari kursi belakang. Semua langsung terbahak mendengar celetukan mereka yang tak ada habisnya.

"Fokus lagi dong." Zico kembali meminta perhatian teman sekelasnya.

"Itu ada satu materi ujian praktik yang di kerjakan berkelompok. Tapi nilainya tetep di ambil individu. Terus di situ juga udah terlampir materi USBN dan UNBK. Kisi-kisi bakal di bahas sesuai jam pelajarannya. Udah itu aja yang mau gue omongin. Ada yang mau nanya?" Zania langsung mengangkat tangannya.

"Itu uprak berkelompok yang nentuin anggotanya siapa?"

"Nah iya tuh." Sahut yang lain.

"Kalian tentuin aja sendiri tapi harus kompak ngerjainnya. Soalnya kalian bakal presentasiin secara individu. Per kelompok 7 orang ya. Di kelas kita ada 35 orang. Nanti di bahas lagi sama guru bidang study nya. Gue juga belum tau pelajaran apa yang bakalan berkelompok." Semua langsung heboh. Ada yang senang, ada yang merasa tidak adil.

"Ah curang nih kalo kayak gini! Biasanya ada yang ngerjain ada yang gak ngerjain." Protes Diva, gadis berkacamata bulat, dengan gigi yang di behel.

"Ye Moaning Myrtle bawel! Terima bae napa!" Ledek Edi, sambil membawa-bawa hantu dari Harry Potter karena penampilan Diva yang sedikit banyak mirip dengannya.

"Kampret lo Di!" Diva melempar pengapus, pura-pura marah kepada Edi. Sebenarnya panggilan tersebut sudah biasa bagi Diva. Ledekan di dalam kelas tidak pernah dibawa serius.

————

Bel istirahat kedua baru saja berbunyi, tetapi keributan sudah dimulai sejak Pak Toni, guru pelajaran agama keluar 5 menit sebelum bel istirahat.

"Ni ayo ah temenin gue." Rengek Ayanda yang tiada habisnya.

"Gak mau ah Yan. Tugas bahasa gue belom kelar. Males nanti di ceramahin panjang lebar sama Bu Dewi." Tolak Zania, sambil menutup telinganya.

"Gua sebar nih foto itu lo!" Ancam Ayanda sambil mengeluarkan ponselnya.

"AYANDA GUE TONJOK YA LO!" Teriak Zania.

"SINI TONJOK GUE KALO LO BISA. WLE!" Ayanda langsung berlari keluar kelas.

"NGAJAK GELUT MANEH TEH?!" Zania langsung mengejar Ayanda. Ayanda berlari ke arah kantin.

Sudah biasa bagi anak kelasan 12 IPA II  mendengar teriakan Ayanda dan Zania karena memang rata-rata isi kelasannya adalah anak-anak bandel, cerewet dan susah di atur.

S(He) is MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang