B96

97 28 5
                                    

Temani Ciko

"Jal, besok lu sekolah?" Tanya Doni.

"Gak!" Jawab Yudan cepat.

Jala menatap sinis ke arah Yudan, lalu mengangguk. "Gue sekolah."

Yudan mendengus samar, beda dengan Heri yang matanya langsung menyala. "Hehe, sehari tanpa Jala seperti setahun tanpa Yudan. Bikin rindu."

"Bacot lu."

"Sehari tanpa Jala seperti setahun tanpa panas, sejuk." Ikut Yudan.

Heri mengangguk setuju, "Iya, gak ada kehangatan kalau gak ada Jala."

"Bukan itu maksud gue!"

"Iya, iya, gue paham kok, Yud. Hehe."

"Gak, lu gak paham, dodol!"

Jala memutar bola matanya jenuh melihat perdebatan tak berarti dari Yudan dan Heri. Benar-benar membuat kepalanya semakin pusing.

"Jal, lu—"

"Gak! Gue bakal ikut belajar!" Tekad Jala memotong ucapan Ciko.

"..." Ciko terdiam. Dia berdehem singkat lalu bertanya, "Emang lu tau apa yang mau gue bilang tadi?"

"..." Kini giliran Jala yang terdiam. Memalukan, apa dia salah tanggap? Jala menggerutui kebodohannya yang menjawab tanpa mendengar utuh isi ucapan Ciko. "Emang lu mau bilang apa?"

Ciko menggeleng pelan, "Gak penting." Ucapnya yang langsung menoleh ke arah Yudan. "Yud, lu mau gak besok temani gue ke perpustakaan?"

"Gak." Jawab Yudan tanpa berpikir.

Ciko sudah menduganya.

"Doni? Lu mau gak?" Tanya Ciko yang langsung berpaling ke Doni.

Doni mengangguk setuju. "Pulang sekolah?"

"Iya."

"Oke, berarti Yudan pulang sendiri."

Yudan langsung melotot. "Gak! Gue bakal ikut ke perpustakaan. Kemana pun Ciko pergi, gue bakal ikut!"

Ciko tersenyum geli, "Don, gak jadi deh. Biar Yudan yang temani gue."

Doni mengacungkan jempolnya, "Oke."

Heri memasang wajah sedihnya. "Gue cedih, napa lu gak pernah ajak gue, Cik? Kita kan besplen polepel."

"Gak perlu, Yudan aja yang temani gue."

"Gak, gak, gue ikut temani. Gue kan baik." Heri menggelengkan kepalanya bersikeras ikut.

Ciko menggelengkan kepalanya pelan. "Gak perlu, gue cuma butuh satu orang."

Jala yang sedari tadi ingin angkat suara hanya bisa menelan kata-katanya. Pelajaran yang dia dapat hari ini adalah jangan pernah memotong ucapan Ciko. Perkataannya benar-benar sulit untuk ditebak.

"Ya sudah." Ucap Heri yang akhirnya mengalah. Lalu dia melirik ke arah Jala dan langsung terkekeh.

BoysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang