Author POV
Saat Hanbin sedang mengikuti taksi yang ditumpangi Jennie, tiba - tiba ponsel Hanbin berbunyi.
Karena takut panggilan itu penting, Hanbin terpaksa menghentikan mobilnya.
Setelah dia menepikan mobilnya, dia langsung mengangkat panggilan masuk itu tanpa melihat nama penelpon.
"Yeoboseyo, oppa. Aku sangat merindukanmu. Kau dimana? Aku ingin bertemu denganmu.", kata penelpon disebrang sana.
Dengan cepat Hanbin melihat layar ponselnya. Tertera nama 'Yeri Jalang' dilayar ponselnya.
"Yak! Ais, jinjja! Dasar jalang! Kau membuatku gagal mengikuti taksi yang ditumpangi oleh calon istriku!", teriak Hanbin sangat emosi.
"Mwo? Calon istri? Nugu?", tanya Yeri bingung.
"Kau tak perlu tau.", teriak Hanbin.
"Pasti jalang itu kan? Dia bukan calon istrimu, oppa. Akulah calon istrimu yang sebenarnya. Dia tak merindukanmu, oppa. Akulah yang merindukanmu. Aku sangat merindukanmu. Cepatlah pulang, oppa. Kita harus mempersiapkan pernikahan kita.", kata Yeri.
"Yak! Kaulah jalangnya! Yeri-ya. Kupikir, kau gila. Kau benar - benar gila. Kau tak waras, Yeri-ya. Jika kau waras, kau akan mengerti ucapanku saat terakhir kali kita bertemu.", kata Hanbin.
"Aku waras, oppa. Aku tak gila. Eo, mungkin jika aku gila ... itu karenamu. Aku gila karena terlalu mencintaimu. Menikahlah denganku, oppa.", kata Yeri.
"Yeri-ya. Kumohon, berhentilah. Pergilah. Aku tak ingin menyakitimu, jadi berhenti mengganggu hidupku dan pergilah dari kehidupanku. Kumohon.", kata Hanbin lembut, dia menahan emosinya agar tak tersulut lagi.
"Aku tak merasa mengganggu hidupmu, oppa. Pergi dari hidupmu? Aniya! Aku tak bisa. Perasaan ini sudah kutetapkan padamu. Hanya padamu. Aku tak mau berhenti dan pergi. Aku tak mau. Jika kau terus menyuruhku berhenti dan pergi, maka aku akan membuat mereka pergi untuk selamanya agar kau berhenti mencari mereka lalu menikah denganku.", kata Yeri yang membuat Hanbin tersulut emosi kembali.
"Kau memang benar - benar gila, Yeri-ya.", kata Hanbin berusaha sabar.
"Entah berapa kali aku memohon padamu untuk berhenti mengganggu hidupku. Tapi, kau tetap saja seperti itu. Kali ini, aku mohon padamu untuk jangan berbuat macam - macam pada mereka.", kata Hanbin memohon.
"Hem, jadi kau takut? Baiklah, aku tak akan macam - macam pada mereka asal kau mau menikah denganku.", kata Yeri.
"Shireo!", tolak Hanbin.
"Yeri-ya, kupikir jika aku terus membalas segala perkataanmu maka itu tak akan ujungnya. Jadi, aku akan memutuskan panggilan ini sekarang.", kata Hanbin lalu memutuskan panggilan itu begitu saja.
"Jalang sialan! Aku kehilangan jejak taksi itu karenanya.", teriak Hanbin frustasi.
"Tapi, siapa yang Yeri maksud 'mereka'? Apakah Jennie dan anakku? Atau orang lain? Jika itu memang benar Jennie dan anakku, tau dari mana dia?", tanya Hanbin penasaran.
"Ah, aku ingat. Dia pernah bilang 'Aku akan berusaha membuatmu mau menikahiku, apapun caranya. Bahkan dengan cara kotorpun, akan kulakukan.'.", kata Hanbin.
"Wah, jika benar begitu maka dia benar - benar mengerikan. Itu artinya Yeri kini sudah menyewa seseorang untuk mencari tau tentang masa laluku bersama Jennie. Dan itu sudah pasti dia tau bahwa aku dan Jennie sudah mempunyai seorang anak, tapi kenapa dia masih memaksaku untuk menikahinya? Yeri memang gadis gila!", lanjut Hanbin.
"Aku harus hati - hati dengan Yeri. Haruskah aku menyuruh bodyguard untuk menjaga Jennie dan anakku? Eo, aku harus. Aku takut, Yeri akan berbuat sesuatu yang buruk terhadap mereka. Tapi sebelum itu, aku harus tau terlebih dahulu dimana Jennie dan anakku tinggal. Aku hampir saja berhasil, dan jalang sialan itu menggagalkannya. Sial.", Hanbin benar - benar frustasi.
Tak lama, ponsel Hanbin kembali berbunyi. Dilihatnya layar ponselnya itu, tertera nama 'June'.
"Wae?", tanya Hanbin to the point.
"Kau selalu saja seperti itu. Biarkanlah aku ini menyapamu terlebih dahulu. Selamat siang, sajangnim.", sapa June.
"Kau terlalu basa - basi.", kata Hanbin.
"Ais, baiklah. Aku hanya ingin menyampaikan ....", kata June terpustus oleh ucapan Hanbin karena terlalu lambat dalam berbicara, membuat Hanbin tak sabar.
"Cepatlah!", kata Hanbin malas.
"Aigoo, kau tak sabaran sekali.", kata June.
"Appamu bertanya, kau dimana? Aku hanya bilang bahwa kemarin kau baru saja menemui client di Busan bersamaku dan karena lelah, kau tak pulang. Aku bilang, kau akan pulang malam ini. Jadi, aku tak mau tau. Malam ini kau sudah harus sampai di Seoul.", kata June.
"Cih, kau memerintah atasanmu eo?", tanya Hanbin sinis.
"Yak! Tolong kesampingkan dulu jabatanmu itu. Ayolah, kau tau kan jika aku ketauan bohong oleh appamu maka apa yang akan appamu lakukan terhadapku? Bahkan kau pernah hampir mati ditangan appamu sendiri 5 tahun lalu.", kata June takut.
"Tak perlu bahas itu! Itu masa lalu! Baiklah, akan kuusahakan pulang malam ini juga. Tapi, sekarang aku akan kembali mencari Jennie lagi. Aku harus bertemu dengan anakku, June-ya.", kata Hanbin.
Tapi, tiba - tiba panggilan terputus.
"June-ya, kau mendengarku? June-ya ... June-ya ....", panggil Hanbin.
Tapi tak ada sautan, akhirnya Hanbin melihat layar ponselnya.
"Ais, jinjja. June sialan! Berani sekali dia mengakhiri panggilannya. Haruskah tak kugaji saja jika aku pulang nanti?", teriak Hanbin.
Hanbin frustasi karena dibuat kesal oleh banyak orang hari ini dan juga frustasi karena gagal mengikuti taksi yang ditumpangi oleh Jennie.
Authoe POV End
.
.
Tbc.Gimana part 7nya all? 😁
Jangan rame diawal aja ya, dipart-part selanjutnya tolong ramein juga 🙏
Ah iya, jangan lupa vote ya sebagai tanda kalian dukung aku. 🙏🏻
Bagi yang belom follow aku, tolong follow ya. 🙏🏻
Gomawo, all.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Miss You Kim Hanbin
ФанфикSuatu hari, ada dua murid SHS yang tak sengaja melakukan kesalahan yang sangat fatal. Dari kejadian tersebut, gadis itupun akhirnya hamil. Dan saat gadis itu meminta pertanggung jawaban dari lelaki yang menghamilinya, lelaki itu malah memintanya unt...