part [11]

61 4 1
                                    

Dua tahun.

Dua tahun, waktu yang cukup bagi Helen untuk mengenal siapa sosok bernama Jung Jaehyun saat pria itu pergi setelah pemakaman ibunya.

Jangan salahkan Helen, ia memang kepo dari lahir. Pria terkenal, pengusaha bidang industri dan perminyakan. Memiliki banyak saham, dan tentu saja pundi-pundi uang yang melimpah.

Tidak hanya otak yang pintar dan cerdik. Wajahnya pun terbilang diatas rata-rata. Orang-orang sering memanggilnya dengan sebutan, The Golden Prince.

Helen sampai bingung dengan apa yang bisa ia alami saat ini. Berbicara, bahkan memiliki hubungan dengan salah satu manusia paling berpengaruh di dunia.

Dan di dalam hati, Helen bertanya. Mimpi apa dirinya semalam, bisa mendapatkan pacar sesempurna Jaehyun?

Sempurna? Mungkin bukan hal yang bisa melekat dalam diri Jaehyun seutuhnya. Buktinya? Ayah tiri Jaehyun yang merupakan ayahnya sendiri adalah penghalangnya. Lalu ibu Jaehyun, tentu saja. Dan juga perempuan yang saat itu mengaku bahwa Jaehyun adalah pacarnya.

Bisa gila Helen rasanya.

Tapi entahlah. Tuhan punya cara untuk membuat hidup seseorang lebih berwarna, ataupun gelap. Dulu Helen membayangkan dirinya menjalankan sisa hidup di panti jompo, tinggal dengan kucing ras Turkish Van bernama Mino, anjing keturunan Maltese bernama Mogi dan Shihtzu bernama Mocha miliknya.

Nyatanya tidak. Ia kini berpacaran dengan Jaehyun. Meski dalam hati rasanya agak asing. Apakah Jaehyun orang yang baik? Apakah dia benar-benar menyukainya? Apa Jaehyun serius?

Karena bisa kalian bayangkan, setelah dua tahun tidak bertemu, tiba-tiba muncul di mata Helen dan menawarkan diri menjadi pacar? The hell is going on him?

Maka itu, Helen tidak terlalu mendekatkan diri dengan Jaehyun. Bisa saja ini jebakan. Bisa saja Jaehyun hanya butuh pelampiasan nafsu dan hasrat. Bisa saja Jaehyun hanya memakai Helen, lalu membuangnya setelah puas.

Karena kalau itu yang memang terjadi, maka Helen tak akan segan melempar Jaehyun dengan kucingnya. Mino cukup hebat dalam mencakar orang yang tidak disukai majikannya.

"Mogiiii," teriak Helen saat mereka sampai rumah. Helen dan Kezia, tentu saja. Helen masih cukup waras untuk TIDAK membawa lelaki lain, selain kakaknya ke dalam apartemennya. Bahkan meskipun Helen punya pacar sekalipun.

"Mino? Mogi? Ocha?"

Beberapa saat kemudian, barulah terdengar meongan dari balkon apartemen. Helen melangkah, menemukan kucingnya sedang bersantai di karpet dengan dua peliharaannya yang lain tak jauh dari sana.

"Hei, anak-anakku! Kalian nggak salam sama Mama?"

Sedetik setelah itu ketiganya mengeluarkan suara. Mino mengeluarkan suara 'miaw' agak pelan, sementara Mogi dan Ocha menggonggong beberapa kali. Langsung, Helen mendudukkan diri di karpet hijau muda itu, lantas mengelus dan menggaruk mereka beberapa kali sambil tersenyum. "Naaaah, gitu dong. Salam dulu kalo Mama dateng. Tadi pagi Mama dateng kalian nggak nyadar, sih."

Kezia ikut mendudukkan diri di karpet, menarik Mocha yang baru selesai menyapa Helen, mengelusnya perlahan dan membiarkannya di paha. "Lo tau nggak sih, dari semua peliharaan lo ini gue paling demen sama Ocha."

"Kenapa bisa begitu?" tanya Helen sambil meraih sisir kucing tak jauh dari sana, untuk menyisir bulu Mino yang ternyata agak kusut.

"Nggak tau. Kayak ada semacam koneksi gitu di antara kita, iya nggak, Cha?"

Mocha hanya memandangi Kezia sebentar, sebelum kembali menjilati jari-jari Kezia.

Kekehan kecil terdengar dari Kezia, sementara Helen mulai tekun menyisiri bulu Mino.

See U Later | ft. Jaehyun NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang