.
.
Sore hari Ratu Joohyun sampai di kediaman Jung Hyorin. Rumahnya tidak semewah milik Lee Taemin, juga suasananya lebih dingin dan lebih sepi dibandingkan kediaman Taemin. Ratu Joohyun tersenyum tipis saat melihat Jung Hyorin berdiri tepat di pintu gerbang yang terbuka. Pakaian merah dengan belahan dada yang rendah memang menjadi ciri khas seorang Jung Hyorin.
"Wah, ada apa Anda repot-repot berkunjung ke mari, Yang Mulia? Anda bosan berada di istana?" Hyorin tersenyum sinis pada Ratu Joohyun. Wanita itu bahkan tidak mau repot-repot membungkuk seperti orang-orang di belakangnya.
"Aku datang untuk menemuimu. Ada yang perlu kita bicarakan." Ratu Joohyun berjalan begitu saja melewati Jung Hyorin, membuat wanita itu mendengus dan segera mengikuti langkah Ratu Joohyun.
.
.
Sebenarnya Jung Hyorin tidak suka jika ruangan pribadinya dikunjungi orang lain. Namun lain halnya bila itu adalah Ratu Joohyun. Meskipun tidak suka, ia harus mati-matian menahan umpatan pada penguasa negeri ini. Hyorin yang duduk di tengah ruangan tidak berhenti memperhatikan Ratu Joohyun yang terus meneliti kamarnya.
"Katakan saja." Hyorin memutar bola matanya saat melihat Joohyun membungkuk untuk mengambil hiasan meja berbentuk ikan.
"Aku hanya butuh bantuan kecil darimu." Ratu Joohyun menjawab sambil terus memperhatikan patung ikan kecil di tangannya.
"Bantuan?" Hyorin mengerutkan dahinya saat mendengar kalimat Ratu Joohyun.
"Yah, bantuan. Sedikit bantuanmu untuk mempertahankan tahtaku saat ini." Ratu Joohyun meletakkan kembali patung ikan itu pada meja.
"Tidak, bukan begitu. Kau harus meletakkannya kembali seperti semula." Hyorin menunjuk patung ikan di atas meja.
"Apa?" Ratu Joohyun mengikuti arah telunjuk Hyorin.
"Bukan seperti itu. Aku tidak pernah meletakkannya seperti itu." Hyorin masih menunjuk patung ikannya dan Ratu Joohyun bergantian.
"Jadi, Yang Mulia. Tolong letakkan ikan itu dengan benar. Biarkan dia menghadap ke arah jam sepuluh. Jangan meletakkannya dengan posisi mendatar begitu." Hyorin mengintruksikan Ratu Joohyun untuk membenarkan letak patung ikannya. Membuat Ratu Joohyun memutar bola matanya.
"Aku yang Ratu di sini." Ratu Joohyun menggeser sedikit patung ikan di meja. Meletakkannya sesuai keinginan sang pemilik.
"Aku pemilik rumah ini. Aku bisa saja mengusirmu sekarang juga jika aku mau." Hyorin menjawab cepat.
"Aku--"
"Meskipun kau seorang Ratu, kau tidak memiliki pengaruh berarti jika sudah menginjakkan kaki di sini." Hyorin kemudian menumpukan sikunya pada meja, menyangga kepalanya dengan tangan.
"Jadi katakan. Apa yang membuat Anda repot-repot dari ibukota ke wilayah perbatasan seperti ini?" Hyorin menatap Ratu Joohyun dengan serius.
"Hanya ajakan kerja sama." Ratu Joohyun mengendikkan bahunya.
"Kerja sama? Kerja sama apa?" Hyorin terlihat bingung.
"Sudah ku katakan padamu. Ini untuk mempertahankan tahtaku saat ini." Ratu Joohyun kemudian duduk di hadapan Hyorin.
"Berikan alasan yang lebih masuk akal." Hyorin merapikan rambutnya. Menyampirkannya pada bahu dan memilin ujungnya.
"Hanya mempertahankan hak putraku." Ratu Joohyun menjawab dengan santai.
"Pangeran Jungkook?" Hyorin mengerutkan dahinya.
"Bukan, tapi Jeon Kihyun."
Hyorin terdiam. Ia jelas tahu siapa itu Jeon Kihyun. Putra mahkota sebelumnya, putra pertama mendiang Raja Jeon Minwoo dan Ratu Joohyun. Orang yang ia perkirakan akan naik tahta. Namun sayang, anak itu bahkan harus menghadapi ajalnya saat ia masih kecil. Membuat sang putra bungsu Jeon Jungkook secara otomatis menjadi Putra Mahkota dan akan mewarisi seluruh kekuasaan Ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wizard [Taekook] END ✓
FanfictionJeon Jungkook, anak matahari yang ditakdirkan menjadi bulan. Anak bungsu pemalu yang ditakdirkan hidup mandiri. Mencari sang matahari untuk menyempurnakan sinarnya, yang sebenarnya tanpa ia sadari sang matahari selalu berada disampingnya, melindungi...