Bagian 15

3.9K 901 67
                                    

Mari kita lihat apa vote bagian ini mencapai 1k dan kommen lebih dari 100.
Kalo sampe nanti malam up bagian 16.

See you...

💩💩💩

Zein duduk di ruang tengah dimana langsung tembus pemandangan belakang halaman yang terdapat pintu kaca yang besar hingga angin dapat masuk ke ruangan.  Zein membaca sebuah surat di dalam map yang terbuka sambil mendengar derap langkah yang terburu- buru tak lama bayangan hitam muncul dengan pemiliknya hingga duduk di depan Zein. 

"Aku habis dari rumah sakit kata suster Hiqab sudah keluar terus dimana dia? " tanya Rahma. 

"Ini surat rumah dan apartemen serta aset yang kumiliki.  Udah kuubah menjadi namamu." zein membalikan map untuk segera di baca oleh Rahma.  Rahma terkaget dan mengangkat map itu. 

"Buat apa ini?" Tanya Rahma. Wanita itu berbalik tanya bukannya selama ini map itu adalah tujuan utamanya.

"Buatmu lah jadi tidak usah bersandiwara untuk berbaik hati kepadaku dan perhatian dengan Hiqab. Pergilah Rahma, semua yang kau inginkan sudah aku berikan." Kata Zein.

"Apaan sih Zein, aku sudah memiliki semua ini bersamamu dan buat apa di berikan lagi." Rahma pura- pura menolak dengan mimik wajah yang tisak bisa diartikan. Ia meletakan map itu lalu hendak pergi.

"Jangan pergi dulu Rahma. Apa yang ada di pikiranmu sih kok jadi kebingungan? Dikasih salah gak dikasih mau menghancurkan Hiqab dan Zaeline. Emang mereka berdua memiliki kesalahan apa? Sudahlah aku sudah tau rencana dan keinginanmu untuk Hiqab. Kau ingin meracuni anakku dengan tanaman sialanmu itu kan? Aku tidak bodoh dan tidak akan membiarkan putra kandungku di celakai. Kamu hanya masa laluku dan Zaeline adalah masa depanku." Zein berdiri dan mengambil map itu.

"Jangan sampai aku menarik ini dan kamu akan menyesal." Zein menarik Rahma lalu mengambil tangannya dan memberikan map itu setelah nya ia melangkah pergi.

"Maafin aku Zein sudah menghancurkan kalian tapi tanpa sadar aku tidak bisa menjauh darimu. Aku memang butuh harta ini karena ingin seperti Zaeline yang selalu kau manjakan dengan limpahan harta dan cinta." Rahma menangis seraya berlutut tapi Zein enggam untuk berbalik dan melihatnya.

"Tidak apa- apa, lebih baik aku kehilangan harta daripada keluarga." Jawab Zein.

💩💩💩

Hiqab tertidur setelah kelelahan bermain sedangkan Zaelien baru saja selesai masak untuk makan siang. Ia meraih ponselnya dan menyentuh layar hp itu seraya melihat pesan Wa dari Zein. Zein akan pulang kesini dan mampir untuk makan siang.

"Hei! Apa dia tidak memiliki istri untuk menyiapkan makan siang kenapa makan disini." Gumam Zaeline tapi biarlah ia meletakan kembali hpnya dan menhgampiri Hiqab di karpet berbulu tebal.

"Anak mamah sayang." Kata Zee seraya ikut berbaring di sampingnya dan merapikam anakan poni di hati Hiqab.

"Sebelum pulang ke Indo kamu harus potong rambut sayang." Katanya.

Bell pintu apart berbunyi Zaeline segera bangun dan membuka pintu, tiba- tiba Zein langsung ngelayap masuk dengan sebuket bunga kesukaan Zaeline dan pizza.

"Hai sayang." Kata Zein "aku habis dari rumah dan ada yang ingin kuceritakan." Kata Zein.

"Makanlah dulu baru ngobrol." Kata Zee sambil menuju meja makan dan membuka tudung saji.

"Masak apa?" Tanya Zein.

"Cah kangkung sama ikan goreng saos." Jawab Zee.

"Waw enak sekali." Jawab Zein sambil duduk di kursi dan menatap makanan di meja.

"Ambilah sendiri jangan menuggu aku yang ambilkan." Kata Zaeline.

"Ya aku akan mengambilnya sendiri tanpa bantuan kamu ." Jawab Zein dengan lesu.

"Jadi apa rencanamu kedepan Zein, kalo aku akan pulang ke Indo dan tinggal bersama Hiqab." Ujar Zee.

"Entahlah Zee, aku ingin berpisah dengan Rahma dan mungkin akan balik ke Indo juga." Jawab Zein sambil mulai makan.

"Kenapa ingin berpisah Zein?" Tanya Zee.

"Ceritanya panjang makanya aku ingin menceritakannya ke kamu."

"Ya ceritakanlah." Jawab Zee.

"Kamu suruh aku makan dulu baru cerita sekarang disuruh cerita sambil makan." Dengus Zein. Zaeline tertawa lalu meredakan tawanya karena Hiqab menggeliyat bangun.

"Maaf." Ujar Zee.

"Sejak kapan dia tidur Zee." Kata Zein sambil menatap Hiqab tertidur dengan gaya tengkurap.

"Sejak tadi pulas banget tidurnya apalagi kena Ac." Ujar Zaeline sambil ikut melihat Hiqab.

"Jagoan papah sama mamah." Kata Zein dan Zaeline mengangguk tanda setuju."

Mantan suamikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang