05

4.6K 530 381
                                    

Seoul, Korea

Pagi ini sinar mentari terasa bersinar lebih terik daripada hari-hari sebelumnya, menjadikan rupa langit di atas sana total berwarna biru tanpa gumpalan awan putih yang membuatnya jauh terlihat lebih cerah.

Pun terasa begitu berbeda bagi Song Joongki. Karena ketika pria tampan itu membuka tirai jendela kamarnya, kini bukan lagi udara segar yang menguar dari pepohonan yang menyambutnya, melainkan gedung-gedung pencakar langit yang menjulang tinggi.

Tidak ada lagi teriakan bibi Lily yang menyuruhnya untuk cepat memulai sarapan, tidak ada lagi sapaan Mr. Douglas setiap kali ia pergi keluar rumah, dan tentu tidak ada lagi gonggongan Toby, si anjing Beagle milik keluarga Lambert yang menyambutnya ketika memasuki perkarangan rumahnya setelah pulang dari bekerja.

Ya, Joongki harus rela tak lagi bisa merasakan suasana menyenangkannya hidup bertetangga. Sebab saat ini pria Song itu lebih memilih untuk menetap di sebuah penthouse, tempat yang jauh lebih terkesan private dibanding rumah yang mengharuskannya berinteraksi dengan orang sekitar.

Pria itu memang tidak ingin terlalu sering berhubungan dengan banyak orang selama tinggal di Korea. Ia kembali ke Negara itu hanya untuk menemui seseorang yang ia harapkan dapat menyelamatkan nyawa putranya. Selebihnya, tak ada yang bisa ia harapkan dari tempat asalnya itu. Jika bukan karena Taehyung, ia bahkan tidak pernah sekalipun berpikir untuk kembali pulang.

Maka kehidupannya di Amerika tak sepenuhnya ia tinggalkan. Sesekali Joongki tetap harus kembali ke Negeri Paman Sam itu untuk mengontrol perusahaannya yang kini ia percayakan kepada salah satu pekerja terbaiknya.

Pagi-pagi begini si ayah tampan itu sudah disibukkan dengan kegiatan barunya, yaitu menyiapkan segala keperluan Taehyung yang dijadwalkan akan memulai hari pertamanya di sekolah.

Sedari tadi pria itu terus saja berkutat dengan beberapa tabung obat-obatan milik putranya, memilah dan memilih jenis obat mana saja yang harus dibawa oleh anak itu. Sementara Taehyung sendiri terlihat sedang mencoba menyamankan dirinya dengan sehelai kain hangat yang kini melingkar rapi di lehernya.

"Ayah, aku akan ditertawakan jika tetap menggunakan scarf ini ke sekolah." adunya pada sang ayah.

Si Ayah melirik sekilas benda yang dimaksud, kemudian kembali sibuk dengan menggabungkan beberapa jenis kapsul ke dalam satu tabung.

Sekilas obat-obatan itu terlihat seperti kumpulan permen, karena warnanya yang sangat mencolok.

"Memangnya kenapa, itu bisa melindungi tubuhmu dari hawa dingin." jawabnya tanpa menoleh ke arah Taehyung.

"Tapi sekarang bahkan bukan musim salju!"

"Udara dingin tidak hanya ada di musim salju, Tae."

Taehyung mendengus samar dan memilih untuk tidak kembali bersuara. Meski sedikit kesal, ucapan ayahnya memang ada benarnya.

"Oh ya, ayah sudah membuatkanmu sebuah racikan," ujar si ayah seraya menunjukkan tabung semprot berukuran kecil yang sudah diisi cairan berwarna putih keruh.

"Ini adalah campuran air cuka dan bubuk detergen. Jika nanti ada yang mencoba membullymu, kau tinggal menyemprotkannya ke arah mata mereka." lanjutnya menjelaskan.

"Aku tidak akan dibully," Taehyung menyanggah cepat ucapan ayahnya.

"Kau tidak tahu sekejam apa orang Korea. Pembullyan adalah kasus yang cukup serius di Negara ini." ucap Joongki tak tahu diri. Ia lupa kalau dirinya sendiri adalah orang Korea.

"Aku pastikan aku tidak akan dibully!"

Pria itu menatap sejenak wajah putranya, sebelum mengedikkan bahunya terlihat tak acuh.

A Father's LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang