CHAPTER 12

175 13 5
                                    

==============================================================================

Bukan hanya tuhan...

Bahkan langit dan bintang...semua tak membiarkan kita melalui jalan tanpa hambatan.

Selalu ada duri, bebatuan dan kerikil yang melukai tubuh ini~

Hingga jejak kaki terlukis dengan darah.

"Apa?"

Bahkan belum meminum benda itu, jantung Jinki telah berdegup cepat saat ini...keningnya berkerut, meski Changmin masih tampak tenang. Namja bertubuh tinggi itu selalu menunjukan bentuk kepeduliannya dengan cara yang ekstrim...ia sudah terbiasa tapi kali ini, apakah Changmin menanggap...semua ini akan mudah bagi Jinki?

"Sebenarnya senjata ini digunakan untuk menghapus ingatan mata-mata suatu negara yang berhasil menemukan rahasia penting...setelah ingatan mereka terhapus, mereka akan dikirim kembali ke negaranya."

"Tapi aku bukan mata-mata..."

"Aku tau...tapi kau saat ini lebih membahayakan dari mata-mata, kalau terus seperti ini...kau bisa membahayakan kita, organisasi kita dan dirimu sendiri..."

Genggaman Changmin pada benda tersebut semakin erat, sepertinya emosinya mulai sedikit naik menghadapi Jinki yang seperti mayat hidup dihadapannya. Nampak tak bersemangat dan tak memiliki semangat hidup...

"Banyaknya ingatan yang hilang tergantung dosis yang diminum, semakin sedikit dosisnya...semakin sedikit pula ingatan yang terlupakan...bukan ingatan lama, tapi ingatan yang terbaru...jadi kau tak perlu khawatir akan melupakan Taemin, Zico atau yang lainnya...kau hanya perlu melupakan dia...orang yang membuatmu tersesat seperti ini~"

Tersesat?

Apakah ia nampak seperti orang yang tersesat...

Benarkan?

Ia tersesat...tanpa Kibum disini.

Ia tersesat...seperti penjelajah kutub yang kehilangan arah karena tak dapat menemukan bintang Polaris yang akan menunjukan jalan~

"Aku tak menganggap ini akan mudah bagimu Jinki, sama sekali tidak...biar pun aku tak pandai dalam hal seperti ini tapi sedikit banyak aku memahami perasaanmu..." pelan Changmin saat disadarinya jika Jinki kehabisan persediaan kata-kata untuk ia ucapkan, mengusap wajahnya dengan telapak tangan seraya menarik nafas singkat "Meski kebanyakan orang menganggap jalan hidup kita ini salah dan menyebut kita sebagai penjahat...tapi kita tetap manusia, yang berhak jatuh cinta, mencintai dan dicintai...sama halnya denganmu, Jinki..."

Tak ada pilihan lain untuknya selain hanya bungkam, bagaimana pun ia tak kan menang jika harus beradu argument dengan Changmin, sebagai orang intelek...namja bertubuh tinggi itu lebih pandai bersilat lidah. Namun, hal yang sebenarnya berhasil membuat mulut ini bungkam adalah jauh dilubuk hati ia membenarkan segala ucapan Changmin...hanya saja hati ini terlalu berat...untuk mengakuinya.

Karena ia tidak siap...atau bahkan tidak ingin kehilangan polarisnya.

"Apa yang kita alami dan jalani adalah pilihan kita sendiri...jangan biarkan hatimu goyah, cinta hanya datang untuk menggoreskan luka setelah memberimu kebahagian singkat."

Menepuk pelan pundak Jinki yang masih terdiam, namja bermata tipis itu melarikan pandangannya kearah lain...entah kenapa ia merasa kalah jika harus menatap Changmin.

"Ingatlah perkataanku, Jinki-sama...yang kuatlah yang akan bertahan." memasukan tabung berisi kapsul itu kedalam saku jas lab yang dikenakannya, membiarkan ujung benda tersebut berkibar saat kakinya melangkah mendekati pintu "Hubungi atau temui aku langsung, kapan pun saat kau siap untuk mengikuti saranku..."

CHECKMATE : POLARISWhere stories live. Discover now