Part 1

31 6 0
                                    

"Perkenalkan nama saya Alhena Davera, salam kenal, semoga kita jadi teman baik!" Alhena memperkenalkan diri di depan kelas dengan sebuah senyum manis dibibirnya.

"Lebih dari temen juga gapapa kok Al" ujar salah satu siswa yang duduk di deretan bangku tengah membuatnya menjadi pusat perhatian satu kelas.

"Huuuuuuuu" seru satu kelas menyoraki siswa yang bernama Gilang.

"Itu sih mau lo Lang! Kalau Alhena nya mah ogah!" celetuk seorang siswi dari bangku depan.

"Sudah-sudah, Alhena sekarang kamu bisa duduk dengan Rasti ya" tunjuk Bu Leny pada bangku urut dua dari depan barisan pertama selaku guru yang mengajar di kelas tersebut. Alhena mengangguk lalu menghampiri tempat duduk bangkunya tanpa senyum manis yang luntur dibibirnya.

"Hay gue Rasti" tangan Alhena terulur menjabat tangan Rasti. "Alhena" sepertinya Rasti gadis yang tidak banyak bicara dan ramah, ia juga cantik, berambut panjang hitam sampai punggung dengan ikal di bawahnya.

"Gue Diva" ujar perempuan yang tadi menyeletuk menyahuti ucapan Gilang. "Ga usah di jawab, lo Alhena, udah tau!" jika Rasti pendiam maka sepertinya Diva justru kebalikannya, ia sangat aktif dan ceriwis. Diva juga tak kalah cantik dengan rambut hitam sampai bahu.

Pandangan Alhena jatuh pada laki laki disebelah Diva yang sepertinya nerd karena ia menggunakan kaca mata dan sejak tadi menunduk. Seperti mengerti dengan tatapan Alhena, Diva menyenggol lengan laki-laki tersebut membuatnya mengangkat kepalanya.

"A-apa?" tanyanya sambil membenarkan kacamatanya.

"Itu tuh ada Alhena masa lo gak mau ngenalin diri sih?" laki-laki itu menoleh kebelakang menatap Alhena. Dengan senang hati Alhena mengulurkan tangannya lebih dahulu tak lupa dengan senyum manis dibibirnya.

"Gue Alhena"

Dengan ragu laki-laki itu menjabat tangan Alhena "a-aku Radit" Alhena menaikan satu alisnya sepertinya Radit sedikit gugup dengannya, sama dengan Alhena tadi saat bertemu dengan Damar.

Bicara soal Damar, tadi ia bisa masuk kesini karena di bantu oleh Damar memanjat tembok sekolah setinggi 2 meter.

***

Flashback on

"Gue Alhena"

Damar mengangguk lalu ia menatap pagar sekolah, sepertinya ia tau apa masalah Alhena sekarang.

"Lo murid baru?" tanya Damar yang sepertinya tidak pernah melihat wajah Alhena selama ia sekolah di Gemilang.

"Iya" jawab Alhena

"Lo telat ya?" tanya Damar pada Alhena yang juga masih menatap miris pagar SMA Gemilang. "Kenapa?"

"Iya telat bangun" dengan wajah melas Alhena menjawaban pertanyaan Damar.

"Lo mau masuk?" tanya Damar lagi.

"Ck! Ya iyalah Damar, ini kan hari pertama sekolah gue! bisa di gantung nyokap gue kalau balik ke rumah" sepertinya Alhena sudah tidak canggung lagi dengan Damar.

Damar terkekeh menanggapi curcol dari Alhena, ternyata Alhena sangat seru. Ia pikir bahwa Alhena tadi judes ternyata tidak.

"Lo lucu juga ya" kata Damar masih dengan kekehannya. Sementara Alhena memutar bola matanya malas.

"Kalau lo kenapa telat?" tanya balik Alhena pada Damar.

"Pengen aja" jawab Damar jujur, ia tidak berbohong. Ia memang memiliki hobby yang sama dengan Alhean yaitu telat namun bukan tidak kesengajaan melainkan sengaja,

"Ada gitu hobby telat?" tanya Alhena bingung sambil mengangkat satu alisnya. Ia tak paham dengan laki-laki tampan berkulit sawo matang ini yang memilki hobby terlambat.

Damar melirik sedikit ke dalam gerbang. "Tanya-tanya nya nanti aja ya kalau kita ketemu lagi, sekarang gue mau nyelametin elo dari guru piket dulu"

Alhena mengangguk lalu tangannya di tarik oleh Damar menuju belakang sekolah. Alhena melihat tembok setinggi 2 meter di depannya.

Alis Alhena menyatu melihat Damar membawa tangga, ia tidak bodoh pasti Damar akan menyuruhnya memanjat tembok menggunakan tangga ini.

"Al bisa manjat ga lo?" tanya Damar yang sudah lebih dahulu berada di atas. Alhena mengangguk, ya sudah pasti bisa, memanjat pagar adalah rutinitasnya di pagi hari saat di sekolahnya dulu.

Alhena mulai memanjat tangga, dengan perlahan lahan ia melompat dari atas tembok agar tak menimbulkan suara sedikitpun.

"Wihh jago juga lo, gue kira anak baik-baik kayak lo ga bisa naik tangga" ledeknya dengan senyum yang menjengkelkan.

"Ngeremehin gue lo? Gini-gini gue sering manjat pager sekolah gue dulu"

"Hahaha emang iya?"

"Syuttt berisik, ketawa lo bisa bikin kita ketahuan" Alhena menutup mulut Damar dengan tangannya, ia khawatir jika nanti ada yang mendengar tawa dari Damar.

"Amwan, gwak bakwal kwetawuan" ujar Damar tidak jelas.

"Ngomong apa sih lo gak jelas, btw makasih ya!" balas Alhena tanpa melepaskan tangannya dari mulut Damar.

"Tangwan lo bisha lepaswin gak"

"Hah apa sih? Ga jelas lo"

"Tagwan lo!"

Sadar tangannya masih menutup mulut Damar, Alhena segera melepaskannya, "Hehe maaf, ga sengaja"

Damar menganggukan keplanya beberapa kali. "By the way lo mau gue anter ke ruang kepsek gak?"

"Gak usah lah, lo udah bantu gue masuk sekolah ini..sekarang mendingan lo masuk kelas aja. Sekali lagi makasih ya!"

Damar mengangguk sebagai jawaban lalu melangkah pergi. "Gue duluan, semoga kita ketemu lagi"

Flashback off

Alhena tersenyum sendiri mengingat betapa baiknya Damar membantu dirinya yang baru saja ia kenal. Rasti dan Diva yang melihat Alhena tersenyum sendiri bergidik ngeri.

"Al lo gak apa-apa kan?" Diva mengguncang tubuh Alhena pelan membuat Alhena tersadar dari lamunannya.

"Hah? Iya kenapa?"

"Elo gak apa-apa kan?" tanya Diva sekali lagi.

"Gapapa kok, emang kenapa sih?"

"Dari tadi tu lo senyum-senyum ga jelas, sampe pelajarannya bu Leny selesai" jawab Rasti.

"Gak sadar lo?" sambung Diva.

"Hah emang iya?" tanya Alhena yang tidak sadar ia tersenyum saat mengingat ia ditolong oleh Damar.

"Iyaaa!!" teriak Diva dan Rasti kompak. Sepertinya mereka akan menjadi sahabat, mengingat ketiganya sangat cocok.

________________________________________

Gimana gimana? Bagus gak?

Jangan lupa vote dan coment ya... Follow author juga deng😊😊😊

TBC

AlhenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang