Tak terasa Alhena sudah dua minggu sekolah di Gemilang. Saat ini ia sedang mengerjakan PR matematika yang sangat-sangat menguras tenaga dan pikiran Alhena. Kenapa setiap sekolah harus memberi siswanya PR sih?
sin?cos?tan?
"Arghhhh gue bingung, Kim lo ngerti gak ini caranya gimana?" tanya Alhena pada Kimberly, kucing itu melirik sebentar ke arah buku Alhena lalu asik kembali menjilati tangannya. "Meoww"
"Itu ngeongan lo artinya ngerti atau nggak?" tanya Alhena lagi, ia seperti seseorang yang sedang frustasi. Sungguh menyedihkan. "Bilang aja lo gak ngerti ya kan?"
"Meow ngrrrr" Kimberly acuh tak acuh saja meninggalkan Alhena dengan kebingungannya.
"Ye si kucing! Main tinggal aja, gue suruh bunda goreng elo baru tau rasa!" Alhena mendengus. Kembali ia tatap buku matematika yang sama sekali belum ia jawab.
"Besok aja deh gue ngerjainnya di sekolah" Alhena menutup bukunya, membereskannya lalu ia memilih turun saja menemui bundanya yang masih berkutat dengan mixer dan loyangnya.
"BunBun" panggil Alhena yang sudah duduk di meja makan. Ia melihat Bundanya yang sedang sibuk mengaduk-aduk adonan dalam mangkuk.
"Kenapa Al?" tanya Bunda Astrid yang sibuk menuangkan adonan kedalam loyang.
"Bunda sibuk banget kayaknya" Astrid melirik sekilas ke arah Alhena yang masih setia di tempat duduknya.
"Yahhh... Mau gimana, punya anak perempuan satu-satunya tapi gak mau bantuin Bundanya bikin kue" kini wajah Bunda mrnujukan ekspresi memelas dibuat-buat.
Alhena memutar bola matanya malas, ia tadi sepulang sekolah sudah sempat menawarkan diri membantu Bunda Astrid.
Flashback on
Alhena yang baru saja masuk ke dalam rumah langsung di suguhkan dengan aroma lezat dari dapur. Dengan hidung yang terus menghirup aroma kue yang di buat oleh Bundanya ia mengikuti aroma tersebut sampai dapur.
"Bunda bikin kue lagi?" Alhena yang tiba-tiba datang membuat Astrid terkejut. Hampir saja loyang yang ada di tangannya jatuh.
"Hiss kamu ini ngangegtin Bunda aja!" tegur Astrid tapi yang di tegur malah memejamkan matanya menikmati aroma kue yang menyeruak masuk ke hidungnya.
"Iya Al, Bunda buka usaha kue kecil-kecilan lagi" ujar Astrid sambil menghias kue tart yang baru saja dingin setelah keluar dari oven.
"Pesanannya banyak Bunda?" Bunda mengangguk mengiyakan.
"Lumayan lahh"
"Alhena bantuin ya Bunda? Tapi abis Alhena ganti baju" Alhena baik kan? Mau membantu Bundanya?
"Eh! Eh! Gak usah, yang ada nanti dapur Bunda berantakan gara-gara kamu! Mendingan kamu belajar aja sana!"
Merada di usir Alhena pergi dengan perasaan sedikit kesal dengan kata-kata Bundanya, padahal ia hanya ingin membantu tapi malah dengan tidak sengaja Bundanya itu mengatai dirinya tidak bisa bikin kue. Huh sebal!
Falshback off
"Kan tadi Bunda yang bilang sama Alhena kalau Alhena ga boleh bantuin bunda, malah Alhena di suruh belajar!" sungutnya kesal.
"Itu kan kode buat kamu, jadi anak kok gak peka. Lagian kamu seneng kan gak bantu bunda?" tanya Astrid namun Alhena hanya diam,
'Iyaa'
"Bunda tau kok kamu di atas gak belajar, pasti main hp terus!"
"Gak ya Bun! Alhena belajar kok tanya aja sama Kimberly," elaknya. Enak saja Bundanya ini menuduhnya bermain ponsel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alhena
Teen Fiction1 July 2019 Baca aja dulu, semoga suka! Jangan lupa tambahin ke reading list!