Matahari yang setengah muncul dan belum memancarkan sinar nya. Disitulah Afra memanfaatkan waktu untuk bermalas-malasan.
Tiga hari lebih, tepat nya hampir empat hari Afra dirawat dirumah sakit.
Afra membuka mata, lalu mengambil handphone yang berada diatas nakas.
Beberapa notifikasi muncul diatas layar.
Unknown :
Jaga kesehatan ya
Unknown :
I really miss you ❤
Afra mengernyitkan kening nya. Pesan yang tidak diketahui namanya itu tiba-tiba mengirimi ia pesan.
Semenit kemudian cowok itu tersenyum menatap pesan yang ia terima.
Kruyuk!
Bunyi yang datang ketika seseorang merasa kelaparan. Itulah yang dirasakan Afra saat ini. Alat infus yang masih menempel membuat cowok dingin itu merasa kesal.
Tanpa memikirkan dampak yang akan terjadi pada nya, cowok beralis tebal itu langsung mencabut jarum infus yang menempel. Untuk saat ini masih belum ada yang terjadi. [doakan saja ya guys wkwk 😂]
Berjalan dengan pakaian khas orang sakit tidak membuat nya terlihat lemah. Rumah Sakit Tiara masih terlihat sepi, karena masih pagi.
Untungnya kantin terdekat di Rumah Sakit ini sudah ada yang buka bahkan ada juga yang sudah mengantri untuk membeli.
[Lah bukannya kalo kita sakit dikasih makanan ya sama pihak rumah sakut nya? Iya betul, tapi ini kan masih pagi dan si Afra udah kelaparan] back to the topic.
"Eh tunggu."
Seseorang menepuk bahu Afra dari belakang. Afra berbalik badan, dan mendapati seorang perawat yang sedang memegang note.
"Kamu pasien yang ada di ruangan 125 kan?" ucap nya sambil memincingkan mata.
"Iya." hanya satu kata yang diucapkan, lalu Afra kembali melangkah.
"Kenapa alat infus nya dicabut? Kan belum sembuh total."
Perawat itu menghadang langkah Afra.
Tapi cowok itu tidak merespon dan kembali berjalan menuju kantin untuk memesan makanan.
Kruyuk!
Tidak sengaja perawat itu mendengar perut Afra yang berbunyi sangat keras.
"Oh kamu laper ya? Kenapa gak bilang nanti saya akan bawakan makanan ke kamar kamu."
"Saya udah terlanjur kesini."
"Kamu balik aja, nanti saya akan bawakan kok."
Afra pergi meninggalkan perawat itu. Sebenarnya cowok itu tahu jika dia menginginkan sesuatu cowok itu bisa menekan bel yang berada di samping ranjang. Tapi Afra bosan terus-menerus berdiam di kamar.
"Yaampun bukannya bilang makasih." cibir perawat itu tapi masih bisa didengar oleh Afra.
Setelah menelusuri koridor yang cukup panjang. Afra kembali dalam kamar yang serba putih dan terlihat sangat membosankan.
Walaupun kamar yang ditempati oleh nya adalah kamar VIP tapi dirinya tetap merasa bosan.
Ceklek!
Suara pintu terbuka terdengar jelas dikuping Afra. Afra menoleh ke belakang mendapati seorang wanita dan juga pria paruh baya berada diambang pintu.
"Maaf ya mama telat." ucap wanita itu dengan bunga mawar segar di tangan.
"Papa sengaja bawa Mama kesini, supaya ada yang jaga kamu." ucap Anton lalu duduk di sofa.
Mawar merah segar yang dibawa oleh Maya-Mama Afra. Ditaruh diasudut meja ruangan sebagai penghias. Aroma nya juga bisa tercium, memang bukan aroma mawar asli tapi parfum yang digunakan sangat mirip dengan bau mawar segar daru Perancis.
"Papa gak bisa lama, soalnya Papa mau rapat. Kamu disini sama Mama ya." Anton kemudian beranjak dari sofa. Mengulurkan tangan nya sebagai tanda pamit.
Afra tidak memebalas uluran tangan itu, dia fokus dengan handphone yang ia dipegang.
"Aku pergi dulu ya." pamit Anton kepada Maya.
"Iya, hati-hati." Maya tersenyum.
Wanita paruh baya itu menghampiri Afra. Menatap wajah 'anak' nya itu dalam-dalam. Lalu menempelkan telapak tangan di pipi Afra yang sedikit tirus.
Afra mematung ditempat. Entah kenapa rasa nya sangat berbeda.
"Saya capek. Saya mau tidur."
Maya terlonjak kaget karena pergerakan Afra, baru saja ia mengelus pipi anak nya itu tapi kesempatannya sudah hilang.
"Kenapa alat infus nya tidak dipasang?" batin Maya yang baru menyadari kalau Afra tidak memakai alat infus.
Tuk! Tuk!
"Permisi saya mau nganter makanan untuk pasien yang bernma Afra Arkan Raymond."
"Oh iya, silahkan masuk." Maya menerima nampan yang berisi nasi dan lauk pauk di piring tepisah. "Terimakasih ya." tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih.
"Hm. Tolong bantu pasangkan alat infus nya lagi ya."
"Iya."
Perawat itu memasangkan kembali alat infus yang sengaja dicabut oleh Afra.
"Terima kasih ya." Maya kembali berterimakasih kepada perawat itu.
Keadaan menjadi canggung. Maya mengambil nampan nasi dan hendak menyuapi putra nya. Afra yang terpejam membuka mata, melihat wanita paruh baya berada di sisi kanan.
Satu sendok berisi nasi meluncur dari tangan Maya.
"Ayo buka mulut nya."
Afra mengubah posisi tidur nya menjadi duduk.
"Saya bisa gak laper." namun ucapan itu tak bisa menghalangi fakta. Karena bunyi perut yang terdengar jelas di telinga Maya.
"Kalo kamu gak makan, kapan kamu bisa sembuh."
Ceklek!
"Afr,"
Seseorang menonjolkan kepala nya di depan pintu. Afra menoleh kearah sumber suara begitu pun dengan Maya hang melihat seorang tamu yang ingin menjenguk.
Maya tersenyum lebar menyambut dengan hangat seorang tamu yang persilakan masuk dan duduk di sofa.
"Kamu teman nya Afra ya?"
Cewek itu tersenyum. Tidak lupa untuk mengulurkan tangan nya untuk mencium punggung tangan wanita paruh baya itu.
"Iya."
Masih dengan pakaian sekolah dan masih jam pelajaran sekolah tapi cewek itu sudah keluyuran pergi.
"Lo bolos?"
Cewek itu menoleh kearah Afra. Lalu cewek itu terkekeh mendengar ucapan Afra. "Enggak lah."
Afra mengangkat satu alis, mendongakkan kepala nya dengan wajah datar dan dingin.
"Terus."
"Karena sekolah rapat jadi diliburin."
Kinan membuka tas bewarna hitam putih dan sebuah gantungan boneka kecil sebagai penghias.
"Untuk kelas 11 dan 12 aja sih." lanjut Kinan kini menatap Afra dengan senyuman kecil.
"Gimana keadaan lo?"
"Lumayan."
Don't forget for vote + comment, i'm waiting for her here ♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Cool Boy vs Tomboy Girl
Teen FictionKinan cewek famous, cantik, segudang prestasi, siapa coba yang gak tertarik sama cewek yang satu ini? Ditambah lagi Kinan adalah sosok cewek yang kuat fisik dan juga menjadi kapten basket kedua Sedangkan, Afra cowok yang juga famous dan sering dijul...