Pergi Untuk Kembali - Dyo

6.3K 723 97
                                    

Langit sore hari ini tampak abu-abu, padahal siang tadi Matahari masih eksis bersama sinarnya yang menyilaukan. Terlalu tiba-tiba, mengejutkan sebagian orang karena perubahan suhu yang begitu signifikan. Sebuah kejutan yang memiliki dua makna; menyenangkan juga menyulitkan.

Hujan tidak juga turun, ahㅡmungkin belum.

Sebagian orang mulai bersiap dengan payungnya, terlihat begitu yakin akan turunnya hujan. Sebagian lainnya sibuk mengutuk 'Rahmat dari Tuhan' itu, terlalu merepotkan kata mereka. Dan sisanya, hanya diam, terlihat acuh layaknya menanggapi sebuah masalah sepele. Tidak perlu dipusingkan, toh. Cuma Hujan air, bukan api.

Kamu masih berdiri di halaman belakang rumah, memperhatikan langit yang kini semakin menggelap. Yah, memang perubahan cuaca kali ini terlalu tiba-tiba.

Sama halnya seperti kabar yang kamu dapat hari ini. Tentang dirinya yang akan pergi ke suatu tempat, menjalani sebuah kewajiban sebagai Abdi Negara. Juga tentang dirinya yang memberi kabar ini tepat beberapa hari sebelum keberangkatan.

Seseorang yang kamu bicarakan ada di sana, berdiri di belakangmu dengan kedua tangan yang dimasukkan ke saku celana. Kepalanya menunduk, seakan semua beban berada di bahunya yang sempit.

"Mau diam sampai kapan? Masalahnya tidak akan selesai kalau kamu diam," katanya dengan suara dalam miliknya.

Kamu menghela napas, berbalik.

"Kenapa baru mengabari sekarang? Kemana saja kamu selama satu bulan belakangan?"

"Apa pertanyaan ini penting?"

Demi Tuhan. Apa yang ada di pikirannya saat ini? Apa pertanyaanmu terkesan tidak penting? Hanya seperti desir angin halus?

"Yang terpenting aku mengabarimu sekarang, aku bukannya pergi selamanyaㅡ"

"Ini bukan masalah seberapa lama dirimu pergi, do Kyungsoo! Ini masalah komunikasi antara dirimu dan aku!" Seru mu tertahan. Kamu berada di ambang batas emosi saat ini, dan pikiranmu begitu kalut.

"Apa yang kamu katakan tentang pentingnya komunikasi dalam suatu hubungan? Dan bagaimana tentang retaknya hubungan karena salah paham? Itu yang sedang kubahas, Soo. Bukan tentang seberapa lama dan jauhnya kamu pergi.

"Aku tahu aku berada di urutan kedua setelah orang tuamu, aku tidak mempermasalahkan soal prioritas. Aku mempermasalahkan cara komunikasimu. Kenapa baru beberapa hari sebelum berangkat kamu memberitahu ku tentang ini?"

Dyo mendekat, menarikmu dalam pelukan hangatnya. Kamu butuh ini. Kamu membutuhkan pelukannya, kamu butuh kecupan lembutnya di keningmu.

"Maaf, aku punya alasan. Tapi sebelumnya aku minta maaf..." suaranya begitu lembut dan menenangkan. "Kamu pikir aku mau mengabarimu di hari-hari terakhir sebelum keberangkatan seperti ini? Aku tidak mau."

"Lantas kenapa kamu melakukannya sekarang?"

"Salahku. Yang terlalu lemah hanya dengan membayangkanmu menangis memikirkan aku yang akan pergi jauh, selama hampir dua tahun lamanya nanti. Aku sanggup menjalankan tugas negara selama bertahun-tahun lamanya, tapi tidak dengan kamu yang menangis. Memikirkannya saja membuat dadaku berdenyut ngilu, kamu tahu?

"Aku berpikir, lalu kapan harus kuberi tahu tentang tugasku? Haruskah aku menunggu kamu yang bertanya? Tapi hatiku tidak bisa, tidak sanggup saat kamu nantinya akan marah padaku dan menangis. Aku bahkan berjanji pada diriku sendiri untuk tidak membuatmu menangis."

Kamu tersenyum mendengar alasannya. Di balik semua sikap acuhnya, ada begitu banyak cinta yang terpendam. Siap meledak bagai bom waktu, dan ini waktunya. Dimana Dyo jujur akan kekhawatirannyaㅡyang bahkan jarang diungkapkan padamu.

[Imagine Series] - EXO VersionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang