1 - Putera Mahkota (7)

318 12 0
                                    

***

Cuplikan akhir bagian 6...
Namun di sepanjang jalan langkah Mahisa Agni serasa diberati oleh beban yang tidak dapat dilepaskannya. Sambil menundukkan kepalanya ia berjalan perlahan-lahan. Ternyata ia tidak langsung menuju ke istana. Ia berjalan berkeliling kota untuk melihat-lihat perkembangan kota Singasari yang sangat pesat.

Mahisa Agni tertegun ketika ia berdiri di depan sebuah regol yang besar di pinggir kota. Sebuah padepokan yang asri dan sejuk di bawah rimbunnya batang-batang sawo kecik yang berjajar di halaman.

***

Sejenak Mahisa Agni berdiri termangu-mangu. Ia mengenal padepokan itu adalah padepokan pendeta istana. Pendeta Lohgawe, yang telah menarik langsung Ken Arok dari padang Karautan, dan menyerahkannya ke dalam pengabdian di istana Akuwu Tunggul Ametung saat itu.

Tiba-tiba saja Mahisa Agni telah dicengkam oleh suatu keinginan untuk menghadap Lohgawe. Ia yakin, sebagai seorang pendeta, Lohgawe akan berpijak pada kebajikan dan kebenaran.

Dalam keragu-raguan Mahisa Agni berdiri tegak di samping regol padepokan sambil menatap tanaman yang teratur di halaman yang luas. yang dilingkungi oleh pagar batu yang tidak terlampau tinggi.

Mahisa Agni terkejut ketika tiba-tiba saja seorang cantrik muncul dari dalam regol. Seperti Mahisa Agni, cantrik itu pun terkejut. Dengan serta-merta ia menyapanya, "Apakah Ki Sanak mencari seseorang?"

Mahisa Agni menjadi bingung. Sejenak ia mematung dalam kebimbangan. Namun kemudian ia bertanya, "Apakah padepokan ini, padepokan pendeta Lohgawe?"

Kini cantrik itulah yang termangu-mangu. Ditatapnya Mahisa Agni beberapa saat. Pertanyaan itu terdengar aneh di telinga cantrik itu. karena semua orang di seluruh Singasari telah mengenal, bahwa padepokan itu adalah padepokan pendeta istana yang bernama Lohgawe.

"Apakah Ki Sanak bukan orang Singasari?" cantrik itu bertanya.

Tergagap Mahisa Agni menjawab, "Bukan. Aku bukan orang kota Singasari, meskipun aku berasal dari wilayah Singasari pula"

"Dari manakah, Ki Sanak?"

"Padang Karautan"

Cantrik itu mengangguk-anggukkan kepalanya. Kemudian katanya, "Padepokan ini memang padepokan Pendeta Lohgawe. Pendeta istana. Apakah Ki Sanak akan menghadap?"

Mahisa Agni ragu-ragu sejenak.Namun kepalanya kemudian terangguk-angguk. Jawabnya, "Ya. Aku akan menghadap apabila tidak berkeberatan"

"Apakah keperluan Ki Sanak?"

Mahisa Agni menjadi bingung. Ia tidak akan dapat mengatakan keperluannya kepada cantrik itu. Sedangkan ia menyadari, sebagai pendeta istana, maka tidak setiap orang dapat menemuinya.

Dalam keragu-raguan itu, tiba-tiba saja ia sadar, bahwa ia adalah kakak Permaisuri Ken Dedes. Karena itu maka katanya kemudian, "Kalau Pendeta Lohgawe tidak sedang sibuk katakan, bahwa kakanda Tuan Putri Permaisuri Singasari akan bertemu"

Bara Di Atas SinggasanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang