Aldo sangat merasa amat bersyukur. Operasi yang dilakukan Syahirah beberapa hari yang lalu berhasil dan berjalan dengan baik. Awalnya Aldo merasa sangat khawatir dan takut akan terjadi apa-apa disaat ditengah-tengah penjalanan operasi, tapi untung saja kekhawatirannya dan ketakutannya tidak terjadi. Syahirah saat ini sedang masa pemulihan, ia belum diperbolehkan untuk pulang. Kemungkinan lusa baru diperbolehkan pulang.
Setengah biaya operasi rumah sakit dibayarkan oleh orang tuanya Aldo dan setengahnya lagi dibayarkan oleh Reno. Awalnya Reno menolak, tapi dengan berbagai bujukan dan rayuan akhirnya Reno menerimanya.
Reno menolak karena ia masih merasa marah, lebih tepatnya kecewa. Kecewa terhadap keluarga Aldo yang membiarkan dirinya tidak tahu-menahu soal masalah yang terjadi kepada adiknya sehingga adiknya mengalami serangan jantung dan membutuhkan operasi. Tapi, semua sudah terjadi. Reno mencoba mengikhlaskannya. Lagipula, operasi Syahirah berhasil dan berjalan baik. Tidak ada kendala apapun.
Lusanya, Aldo datang bersama Hanna. Aldo datang sambil membawa sebuah berkas berwarna cokelat dan menyerahkannya ke Syahirah. Perempuan itu menerimanya sambil menatap Aldo dengan tatapan bingung. Pasalnya berkas tersebut ada stempel dari pengadilan agama.
"Ini apa, mas?" Syahirah bertanya. Di dalam kamar inapnya, Syahirah tidak sendiri. Melainkan ada Reno, Farah, dan juga Azki. Karena hari ini Syahirah sedang bersiap untuk pulang ke rumah.
"Kamu buka saja," kata Aldo singkat. Tidak ada niat untuk menjelaskannya.
Syahirah membukanya. Ternyata isinya sebuah surat perceraian. Syahirah menatap Aldo sedikit tidak percaya. Aldo menggugat cerai dirinya.
"Tapi, bukankah mas sudah mentalak aku?" Air mata Syahirah sudah terbendung, siap mengalir kalau saja Reno tidak ada bersamanya.
"Tapi, itu tidak cukup Sya. Aku ingin kamu, aku dan termasuk Hanna bisa menjalankan hidup yang lebih baik lagi ke depannya. Bisa menjalankan kehidupan yang lebih nyaman tanpa ada masalah lagi," jelas Aldo. "Ini," Aldo memberikan pulpen ke Syahirah.
Syahirah tidak menyangka kalau Aldo sudah menyiapkan segalanya. Dengan ragu, Syahirah mengambil pulpennya. Dengan perasaan berat hati, Syahirah pun menandatangani surat perceraian tersebut di atas materai. Di sebelahnya sudah ada tanda tangan Aldo.
Selesai menandatanganinya, Syahirah mengembalikan surat tersebut bersama pulpennya ke Aldo lagi. Aldo mengambilnya.
"Terimakasih, Sya. Semoga kamu bisa menjalankan hidup yang lebih baik lagi dan mendapatkan pasangan yang lebih baik dari aku. Tidak sebejat aku yang selalu menyakiti kamu," kata Aldo.
"Tentu saja. Syahirah harus mendapatkan laki-laki yang lebih baik. Bahkan jauh lebih baik." Reno menyahuti perkataan Aldo. Dan Aldo tidak bisa berkata-kata lagi. Hanna sedari tadi hanya berdiri sambil terdiam di samping Aldo. Hanya mendengarkan, tidak berkata apa-apa dan tidak berani menatap Syahirah.
"Semoga mas Aldo dan Hanna segera mendapatkan momongan, ya?" kata Syahirah sambil tersenyum. Senyum palsu. Senyuman yang digunakan hanya untuk menutupi luka dihatinya.
"Terimakasih, Syahirah." kata Aldo yang sekaligus mewakili Hanna. Aldo tahu Hanna merasa tidak nyaman karena merasa bersalah. Meskipun Aldo sudah menjelaskannya dan memberikan pengertian, tetap saja Hanna masih merasa bersalah. Hanna menyalahkan dirinya karena sudah merebut Aldo dari Syahirah.
***
Azki keluar dari dalam kamar inap Syahirah. Perempuan itu saat ini sedang menangis. Iya, Syahirah sedang menangis setelah Aldo dan Hanna pergi. Aldo datang hanya meminta Syahirah untuk menandatangani surat perceraian saja. Setelah itu, pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Syahirah 2: Aldo ✔
RomanceJodoh itu rahasia Allah. Jika memang Allah sungguh menakdirkan kita untuk bersama. Percayalah, suatu saat nanti kita akan dipertemukan kembali dan akan hidup bahagia bersama. Seperti nabi Adam dengan Siti Hawa yang dipertemukan kembali setelah sekia...